Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Do we Know the Holy Spirit? -- The Holy Spirit and the Apostles of Christ
This page in: -- Arabic? -- English -- German -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian
TOPIK 1: Apakah Kita Mengenal Roh Kudus?
Short explanations to 335 Bible texts that speak of the Holy Spirit
III. Roh Kudus dan Para Rasul Yesus Kristus

5. Roh Kudus Di dalam Surat-Surat Penjara dari Paulus

(dituliskan antara tahun 56-62 Masehi)


EFESUS 1:3
3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.

Paulus memiliki sesuatu pada masa penahanannya yang sebelumnya sangat jarak dia miliki : Waktu. Begitu banyak waktu! Kepenuhan pemikirannya begitu mendalam sehingga sekarang ini ia memakai rangkaian kata-kata dan pemikiran yang panjang, sementara sebelumnya ia hanya menuliskan kalimat-kalimat atau penjelasan dalam bentuk yang lebih singkat. Ayat yang dituliskan di atas (dalam bahasa Yunaninya), merupakan awal dari kalimat yang terpanjang di dalam Alkitab, yang dimulai dari pasal satu, ayat 3, dengan pujian dari Allah, dan berakhir di ayat 16, dimana sang rasul melanjutkan dengan pujian dan ucapan syukur kepada Allah untuk semua orang yang sudah dilahirkan kembali.

Sang rasul yang terpenjara itu pertama-tama meninggikan Allah, Bapa dari Yesus Kristus. Pada saat inkarnasi Anak-Nya yang dikasihi Ia sudah meletakkan di dalam diri-Nya semua berkat-berkat rohani yang ada di surga. Barangsiapa percaya kepada Yesus dan yang secara rohani menyatu dengan Dia menerima bagian dari semua berkat, keselamatan, kuasa, dan kehidupan yang ada di surga. Paulus memasukkan dirinya sendiri ke dalam aliran penyembahan yang mengalir dari anugerah Allah. Semua itu dimulai dari Bapa Surgawi, dan mengalir kepada kita melalui Yesus Kristus. Namun, siapakah yang bersyukur kepada Bapa dan Anak atas semua anugerah kuasa, kehidupan dan Roh-Nya? Dimanakah orang-orang yang bisa memahami kasih yang agung dan tak berkesudahan dari Bapa dan Anak kepada orang-orang berdosa yang tidak layak, yang sudah diangkat-Nya menjadi anak-Nya di dalam kasih karunia? Kita jangan pernah lupa bahwa kita, di dalam diri kita sendiri, tidak akan mampu untuk secara pribadi menerima aliran berkat yang melimpah ini. Kita hanya bisa menerimanya di dalam dan melalui Yesus (Yohanes 15:5-8).

EFESUS 1:13-14
13 Di dalam Dia (Yesus) kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. 14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

Paulus, sang tahanan, mulai memuji Allah, Bapa dari Yesus Kristus, yang sudah memilih kita “di dalam Yesus,” dan menentukan kita di dalam Anak-Nya untuk menjadi anak-anak-Nya. Ia memberikan kepada kita bagian dari kekayaan kasih karunia-Nya di dalam Yesus dengan mengampuni segala dosa kita melalui darah-Nya yang kudus. Pengampunan ini adalah hasil dari pemenuhan yang sempurna terhadap tuntutan hukum dari hukum Perjanjian Lama. Bapa di surga sudah menentukan sebelumnya bahwa orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi dan orang-orang Kristen berlatar belakang bangsa-bangsa bukan Yahudi akan menjadi satu di dalam Kristus. Ia sudah menyatakan kebenaran ini pada saatnya, saat pemilihan-Nya. Karena itu, bukan hanya anak-anak Yakub yang percaya kepada Yesus yang dipanggil untuk memuji kemuliaan Allah, tetapi juga semua orang percaya dari antara bangsa-bangsa asing, yang sudah dijadikannya menjadi kudus sebagai hasil dari kasih karunia-Nya yang melampaui semuanya.

Dalam pasal 1, ayat 13 dan 14, sang rasul kepada bangsa-bangsa menjelaskan secara terperinci tentang bagaimana “orang-orang kudus” di Efesus sampai kepada keyakinan akan keselamatan. Hal itu datang dari pendengaran akan Injil yang benar. Semua itu kemudian langsung dimeteraikan di dalam Kristus oleh Roh Kudus yang dijanjikan. Dia sajalah jaminan dari semua warisan yang akan mereka terima dalam penebusan yang akan datang, dan hal itu sama sekali bukanlah untuk pemenuhan egoistis pribadi yang memanfaatkan kasih karunia yang melimpah. Namun, jaminan ini perlu ada agar mereka tetap ada dalam kepemilikan Allah, sang Bapa dan sang anak, untuk memuji keagungan kemuliaan-Nya.

EFESUS 1:15-20
15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 16 aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, 20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati ...

Paulus bisa terus menerus berdoa dan menaikkan ucapan syukur dari dalam hatinya, karena alasan yang paling utama yaitu bahwa dia tidak melakukan pemberitaan Injil dengan kekuatannya sendiri. Ia menerima pengajarannya, dan juga buah-buah roh yang tumbuh karenanya, langsung dari Tuhan dan Juruselamatnya. Ia tidak memakai kata “tritunggal” tetapi berpikir, berbicara dan menghidupi kenyataan itu. Ia menjelaskan tentang “Allah Tuhan kita Yesus Kristus” sebagai Bapa yang mulia, sementara orang-orang Yahudi menganggap kemuliaan TUHAN itu mewakili keseluruhan sifat, nama dan kuasa-Nya. Meskipun Ia adalah yang Mahamulia, yang juga seharusnya menghakimi dan menghukum kita, namun Ia tetap saja Bapa kita yang setia. Ia menarik kita masuk di dalam kasih ke dalam kemuliaan-Nya.

Dari Allahnya, yang benderang terang-Nya sudah dialami sendiri oleh Paulus ketika Kristus menampakkan diri kepadanya di dekat gerbang kota Damsyik, Paulus meminta roh hikmat bagi jemaat di Efesus. Namun, Roh ini tidak memberikan hikmat dalam ukuran hikmat Yunani klasik. Namun, Ia memungkinkan terjadinya, sesuai dengan pemahaman Semitis, pernyataan yang langsung dari Allah. Jadi, orang-orang percaya tidak bisa hanya bersandar kepada iman intelektual saja. Di dalam batin mereka, mereka juga mengakui Allah sebagai Bapa mereka, dan kemudian datang untuk hidup di dalam kuasa-Nya.

Pemahaman ini, yang datang dari Roh Kristus, membuka mata hati mereka; orang-orang percaya harus memandang kepada pengharapan kekal yang kepadanya mereka sudah dipanggil. Pengharapan ini menjanjikan adanya warisan yang indah dan kudus atas segala sesuatu sehingga Paulus, meskipun ia sedang dipenjarakan, bisa dengan penuh keberanian menyaksikan hal itu. Ia sudah sering mengalami kuasa Allah di dalam kehidupannya sebagai akibat dari imannya kepada Kristus. Kekuatan ini, berulangkali, terbukti sangat efektif bagi pelayanannya dan rekan-rekan sekerjanya. Paulus tidak tenggelam ke dalam rasa pesimis dan kepahitan, bahkan kalaupun pemenjaraannya memang melambatkannya. Namun, ia tetap memuji Allah atas iman jemaat di Efesus, akan kasih mereka kepada orang-orang kudus, dan atas pengharapan mereka yang hidup. Ia bersukacita atas kehadiran iman yang demikian, di kota dimana ia sendiri, bersama dengan team pelayanannya, pernah melayani di sana selama dua setengah tahun.

EFESUS 2:17-18
17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.

Perbedaan besar yang ada di dalam pikiran dan perasaan di antara orang-orang percaya berlatar belakang Semitis dengan para pemikir Indo-Jerman sangat mengganggu perasaan sang rasul kepada bangsa-bangsa itu. Namun, di dalam Kristus, ia menemukan jawabannya, dan kemudian ia menuliskan, “Dialah damai sejahtera kita” (Efesus 2:14). Yesus, dengan Injil-Nya, datang dan membawa keselamatan dan damai sejahtera dengan Allah bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang tadinya “jauh”. Keselamatan dan damai sejahtera dengan Allah itulah yang pertama-tama ditawarkan kepada orang-orang Yahudi yang “dekat” yang karena perjanjian mereka mendapatkan hak istimewa di hadapan Allah. Sebelum kelahiran Kristus, baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi sama-sama tidak bisa datang kepada Allah, apalagi berbicara dengan Dia sebagai “Bapa pribadi mereka”. Sebelumnya, hanya imam besar yang memiliki hak, pada Hari Raya Pendamaian, untuk masuk ke dalam Ruang Mahakudus, untuk memperdamaikan dirinya sendiri dan juga bangsanya dengan Allah yang suci dan Tritunggal. Namun, di jaman sekarang ini, baik orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi dan juga yang berlatar belakang bukan Yahudi, sama-sama memiliki pintu yang terbuka kepada Allah. Tirai dari Ruang Mahakudus sudah terbelah menjadi dua dari atas ke bawah! (Matius 27:51; Markus 15:31; Lukas 23:45). Hal itu terjadi pada saat Kristus menjadi korban pendamaian, dan yang kemudian dinyatakan di dalam pencurahan Roh Kudus ke atas semua manusia (Yoel 3:1). Roh Kudus yang ada pada orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi maupun yang berlatar belakang bukan Yahudi adalah sama-sama Roh Allah.

EFESUS 2:19-22
19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Di dalam aliran konsep yang sangat deras ini, yang penuh dengan kuasa dan konsekuensi jangka panjang, Paulus meyakinkan anggota jemaat di Efesus bahwa pergumulan yang melelahkan berkenaan dengan dewa-dewa dan berhala-berhala sudah berakhir. Tidak ada lagi orang-orang asing atau yang “sekedar” tamu di hadapan Allah yang agung dan benar. Namun, mereka semua sudah mendapatkan hak kewarga-negaraan di dalam surga, setelah mereka dimasukkan ke dalam keluarga Allah. Allah yang kudus dan mahakuasa itu menjadi Bapa melalui pengangkatan mereka sebagai anak dan melalui kelahiran kembali.

Pada saat yang sama, mereka juga dibangun menjadi bait Allah, karena Roh-Nya hidup dan bekerja di dalam diri mereka. Para rasul dan para nabi, dengan pengajaran dan penderitaan mereka, mewakili batu-batu pondasi dari bangunan rohani ini (Wahyu 21: 18-21). Namun, Kristus tetap saja Batu Penjurunya, yang mengikat semuanya menjadi satu. Dialah juga yang menjadi pondasi sekaligus mahkota dari bangunan itu, karena “di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kisah Para Rasul 17:28). Jemaat di Efesus juga sudah mendapatkan janji akan hak istimewa untuk dibangun menjadi Bait rohani bagi Allah, karena Allah yang hidup memang berdiam di dalam kehidupan mereka melalui Roh Kudus-Nya.

EFESUS 3:5-6
5 yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.

Paulus berjuang untuk hak orang-orang Kristen berlatar belakang bukan Yahudi. Selain Kristus, kita perlu juga berterima kasih kepada sang rasul kepada bangsa-bangsa akan kenyataan bahwa kita tidak lagi tunduk kepada 613 peraturan yang ada di dalam Perjanjian yang Lama dan juga tidak harus mengikuti hak disunatkan. Hal itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dinyatakan oleh Yesus kepada Petrus dan Paulus, dan juga kepada nabi-nabi Perjanjian Baru lainnya, seperti Filipus dan Silas (Kisah Para Rasul 8:26, 29; 15:32). Roh Yesus Kristus meyakinkan mereka dan kita bahwa kita semua adalah pewaris bersama dari kasih karunia Allah dan bahwa kita semua akan mendapatkan bagian dari kemuliaan-Nya. Dengan pemahaman ini, jemaat di Efesus dicangkokkan ke dalam tubuh rohani Kristus. Allah sudah membuat mereka hidup bersama-sama dengan Yesus, membangkitkan mereka dari kematian bersama dengan Kristus, dan menempatkan mereka di surga bersama-sama dengan Dia (Efesus 2:4-6). Jadi, orang-orang Kristen dari antara bangsa-bangsa bukan Yahudi juga menerima bagian yang penuh di dalam penggenapan dari semua janji-janji Kristus.

EFESUS 3:14-17
14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. ...

Paulus, dalam keteladanan doanya, bisa mendorong banyak hamba Tuhan dan para pemimpin gereja yang lain kepada pertobatan. Karena kenyataannya adalah, kita banyak berbicara tetapi sedikit berdoa. Sang Rasul, yang sedang ada di dalam penjara, berlutut di hadapan Allah di depan mata para penjaganya. Ia mengakui bahwa Allah adalah Bapa dari banyak anak-anak rohani, yang mana sebagian dari antaranya sudah hidup di dalam surga. Awan saksi ini sebenarnya lebih besar dan lebih dahsyat daripada yang kita ketahui (Ibrani 12:1-2)

Sang Rasul yang dipenjarakan meminta kepada Bapa yang sah dari anak-anak rohani untuk memberikan kepada anggota jemaat di Efesus kekuatan dan kuasa di dalam batin mereka. Kuasa Allah mengalir dari kemuliaan yang tak terbatas, dan menunjukkan berdiam-Nya Roh Kudus-Nya di dalam hati manusia. Manusia batiniah menjadi ciptaan baru, dan kehidupan kekal, yang tidak pernah binasa, ada di dalam dirinya, bahkan kalaupun tubuhnya menjadi binasa (Yohanes 11:25-26).

Paulus melanjutkan di dalam doanya, dan meminta bukan hanya agar Roh Bapa untuk bekerja dengan kuasa-Nya di dalam kehidupan orang-orang yang baru percaya di Efesus, tetapi juga agar Kristus sendiri mau berdiam di dalam kehidupan mereka. Hal ini terjadi sebagai akibat dari iman dan kasih mereka kepada Yesus, Juruselamat dan Tuhan mereka. Ia memberikan jaminan kepada mereka dan kepada kita juga, “ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Ia adalah inkarnasi dari Roh Kudus dan adalah Roh sendiri, sebagaimana Roh Kudus, yang diterima-Nya dari Bapa, adalah juga Roh-Nya. Kita tidak mau berspekulasi dengan mengatakan apakah Kristus itu Roh Kudus atau sebaliknya, karena masing-masing Pribadi itu adalah Pribadi yang mandiri yang memiliki kehendak dan mampu berbicara sendiri. Semua Pribadi di dalam Tritunggal yang Kudus itu dengan rendah hati membiarkan Pribadi yang lainnya dimuliakan. Kesatuan dari Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak akan pernah bisa dipisahkan. Di dalam kesatuan inilah dinyatakan firman ini, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yohanes 4:16). Firman nubuatan yang dikatakan Yesus, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yohanes 14:23), sekali lagi dimunculkan di dalam doa Paulus. Juga, Yesus meminta kepada Bapa-Nya di dalam doa-Nya sebagai Imam Besar, “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:20-23).

Sang Rasul tidak meminta agar jemaat di Efesus diberi kekuatan super rohani demi kepuasan mereka sendiri. Ia juga tidak memintakan kekayaan untuk mereka, atau pekerjaan. Namun, ia meminta agar semua orang percaya di sana akan dipenuhi dengan kasih Allah, agar semua bagian kehidupan mereka akan ditembus oleh kasih ini. Sebagaimana akar sebuah pohon memberikan kehidupan kepada daun-daun dan buah-buah di pohon itu, demikian juga kasih Allah harus menjadi akar yang mendasar di dalam kehidupan semua pengikut Kristus. Hal ini akan membuat seluruh kehidupan mereka akan menjadi nyanyian pujian akan kasih karunia Allah, sehingga mereka bisa menghidupi kehidupan pelayanan bagi semua manusia. Barangsiapa hidup di dalam keadaan yang demikian sudah mendapatkan alasan dan tujuan dari seluruh keberadaannya.

EFESUS 4:1-6
1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. 2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. 3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Paulus percaya bahwa tidak ada sesuatupun yang akan terjadi terpisah dari kehendak Tuhannya. Karena itu, ia menyebut dirinya bukan sebagai orang yang dipenjarakan karena bangsa Romawi atau orang-orang Yahudi, tetapi sebagai orang yang dipenjarakan karena Tuhan. Dalam pemenjaraan yang tidak adil ini ia juga bisa bersandar kepada Tuhan. Paulus yang berkemauan keras itu harus belajar kerendahan hati dan kelemah-lembutan, yang mendatangkan damai sejahtera di dalam hatinya.

Nilai-nilai itulah yang dinasehatkan oleh Paulus untuk dimunculkan di antara anggota-anggota jemaat—agar mereka bisa hidup sepadan dengan panggilan mereka. Kata untuk “gereja” di dalam bahasa Yunani (ekklesia) berarti “mereka yang dipanggil keluar,” mereka yang sudah sudah ditanamkan oleh Tuhan di dalam jaman yang baru melalui panggilan kreatif-Nya. Tanda yang sangat khusus mengenai “penanaman” yang benar ke dalam perjanjian Allah ini adalah kerendahan hati dan kelemah-lembutan Kristus (Matius 11:29). Keduanya melambangkan buah-buah dari kasih Allah dan kuasa-Nya. Paulus sangat menghargai nilai-nilai dimana orang-orang percaya hidup bersama di dalam segala kerendahan hati dan kelemah-lembutan, saling bersabar antara satu dengan yang lain.

Sampai sejauh itu, rasul yang dipenjarakan karena Tuhan itu menasehatkan kepada jemaat di Efesus bahwa mereka harus saling bersabar satu kepada yang lain, meskipun ada banyak perbedaan dan pergesekan yang mungkin terjadi. Lebih dari semuanya, karakter mereka, bahasa, talenta dan pengalaman mereka masing-masing yang berbeda-beda jangan sampai menghambat mereka untuk memelihara kesatuan Roh. Sangat dipahami bahwa di dalam gereja sekalipun sering muncul pertentangan. Akan tetapi, justru di dalam pertentangan itulah kekuatan atau kelemahan di dalam persekutuan itu akan sungguh-sungguh kelihatan. Gereja yang kuat akan mengalahkan semua perbedaan itu dengan kesabaran, doa dan saling mengampuni. Gereja yang lemah akan terpecah-belah tanpa kemungkinan berdamai, dan juga akan memberi tempat untuk munculnya kesombongan dan kebencian. Kedamaian di dalam gereja akan sangat bergantung kepada kerendahan hati, pertobatan, dan kesiapan untuk saling mengampuni.

Kekuatan dari sebuah gereja berasal dari Tritunggal yang Kudus, yang digambarkan oleh Paulus, dalam konteks ini:

Hanya ada satu tubuh Kristus dalam sebuah lokalitas, yang didirikan melalui Roh yang satu dan yang sama. Demikian pula, melalui Roh ini diteguhkan pengharapan yang sama. Seorang pendeta menjelaskan tentang kenyataan ini dengan gambaran tentang dua orang yang bertengkar: barangsiapa di bumi ini tidak bisa berdamai dengan saudara atau saudarinya di dalam Kristus, ia akan, di dalam kehidupan selanjutnya, akan dikurung di dalam sebuah ruangan dengan orang itu selama puluhan tahun, sampai mereka kemudian bisa saling memaafkan dan saling mengasihi. Lebih baik untuk dengan rela, dengan sepenuhnya, dan dengan segera berdamai di dunia ini daripada menderita sampai kekekalan karena pertengkaran.

Pernyataan iman yang kedua di dalam surat ini didasari kepada pribadi Yesus Kristus, yang adalah Tuhan yang mulia, bagi kemuliaan Allah Bapa (Filipi 2:11). Kita percaya hanya kepada satu Yesus, dan bukan kepada dua Mesias yang berbeda. Hanya satu yang mati menggantikan kita di kayu salib, bukannya dua. Jika dipahami dengan benar, baptisan kita ke dalam Kristus adalah satu-satunya cara menuju kepada Bapa di surga, karena hanya melalui Dia saja kita dibenarkan, dan hanya melalui Dia saja kita menerima pengampunan dosa kita (Yohanes 14:6-7; Kisah Para Rasul 2:38). “Yesus adalah satu-satunya pengharapan bagi dunia ini”, kata Kagawa, pembaharu dari Jepang itu.

Paulus melanjutkan dengan bersaksi mengenai Allah sebagai Bapa bagi semua orang Kristen yang sejati, dan melalui Roh-Nya memberikan kelahiran kembali. Roh ini berdiam di dalam semua anak-anak rohani-Nya dan bekerja di dalam diri mereka. Barangsiapa bertengkar di dalam gereja, yang menunjukkan bahwa mereka merasa lebih baik, lebih bijaksana, atau lebih suci dibandingkan orang-orang lain, tidak sungguh-sungguh memahami Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Tritunggal Yang Kudus menyatukan bersama-sama semua orang Kristen yang hidup di dalam Kristus. Kesatuan ini, yang ada di dalam Roh Kudus, tidak memerlukan adanya organisasi ekumenis yang menyatukannya. Juga tidak diperlukan dana subsidi pajak atau bujukan tertentu, karena gereja tumbuh dari akarnya, dan semua satu di dalam Dia (Yohanes 17:20-26).

EFESUS 4:29-30
29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

Apa yang menjadi pembicaraan anda sepanjang hari? Di dalam kekekalan dan di hadapan orang-orang lain, kalau anda harus mendengarkan rekaman tentang semua yang anda katakan di dunia ini, tidak diragukan lagi, anda akan tertunduk karena malu. Kita harus meminta kepada Yesus untuk mengajarkan kepada kita untuk berbicara dengan pantas dan dengan penuh kuasa, sehingga orang-orang lain diberkati, diangkat, dan dikuatkan di dalam Dia! Paling tidak 50%, kalau tidak lebih, dari percakapan kita harus berpusat kepada Yesus kalau kita sungguh-sungguh sangat mengasihi Dia.

Roh Allah itu kudus dan menjadi berduka ketika ada lelucon kotor atau pembicaraan yang tidak pantas keluar dari bibir kita. Roh kebenaran tidak membiarkan adanya kebohongan, perkataan jahat yang dikeluarkan dalam kemarahan, atau ungkapan kecongkakan. Karena Yesus sudah memeteraikan kita dengan Roh Kudus-Nya, tidak ada cara lain bagi kita selain dari pertobatan, pengakuan dan meminta pengampunan, apabila kita sudah mempengaruhi atau mengganggu orang lain melalui percakapan bodoh kita. Roh Kudus menyatakan diri pada hari Pentakosta seperti lidah api. Ia menghendaki untuk membasuh lidah kita dalam kehidupan sehari-hari kita, dan memenuhi lidah kita dengan perkataan menghibur yang penuh anugerah. Apakah anda siap untuk membiarkan lidah anda dibasuhkan oleh Roh kebenaran dan disiapkan untuk memberitakan Injil?

Paulus menjelaskan bahwa orang-orang Kristen yang dilahirkan kembali dimeteraikan menjelang hari penyelamatan. Kedatangan Kristus yang kedua kali adalah hari yang agung, dimana Tuhan, sebagaimana yang dinyatakan Tuhan sendiri kepada Paulus, “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”. (1 Tesalonika 4:16-18)

EFESUS 5:18-20
18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. 20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.

Di Efesus ada sering ada festival umum dan perayaan di kuil-kuil dimana semua penduduk terlibat di dalamnya. Barangsiapa tidak mengikuti acara-acara itu akan dianggap sebagai orang asing, dan sebagai akibatnya tidak mendapatkan kemudahan di dalam pekerjaan mereka. Karena itu, beberapa anggota gereja berusaha untuk “muncul” dalam acara-acara seperti itu. Namun, mereka kemudian juga diundang untuk ikut minum-minum minuman keras dan semua kegiatan yang terjadi setelah itu. Namun, perilaku yang demikian bertentangan dengan Roh kekudusan, yang mau memberikan kepada kita bentuk sukacita yang lain,sukacita yang tidak akan pernah berlalu.

Paulus menyarankan kepada jemaat di Efesus bahwa mereka, sebagai pengganti dari keikutsertaan di dalam acara-acara festival itu, menggantikannya dengan perayaan-perayaan gereja yang penuh sukacita. Pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok bisa saling berlomba untuk menghafal dan mengulangi sebuah teks atau nyanyian mazmur dari dalam Alkitab. Mereka juga bisa menggubah lagu-lagu rohani untuk memuliakan Allah Tritunggal yang mulia itu. Namun, Yesus senantiasa harus menjadi pusat untuk segala sesuatu. Karena tidak semua anggota gereja bisa memiliki kemampuan bermain musik yang tinggi, Paulus menyarankan agar mereka bisa juga ikut menyanyi di dalam hati mereka, membuat melodi di dalam jiwa mereka. Kita memiliki hak istimewa untuk meminta kepada Yesus untuk sebuah hati yang bermusik, sehingga tubuh, jiwa dan roh kita bisa diangkat untuk menyanyi bersama pada saat Allah dan Anak Domba itu dipermuliakan. Kepenuhan Roh Kudus biasanya akan membawa kepada penyembahan, dimana kita bisa belajar di dalam penyembahan yang dipenuhi dengan Roh sebagaimana yang ada di dalam kitab Wahyu (Wahyu. 1:5, 6; 4:8-11; 5:8-14; 7:9-12; 11:15; 12:10, 11; 19:4-7; 21:3, 4; 22:17).

EFESUS 6:10, 13-20
10 …hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. ... 13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, ... 14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, 15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; 16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, 17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, 18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, 19 juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, 20 yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.

Paulus adalah seorang tahanan di dalam penjara Romawi. Setiap hari ia melihat prajurit, yang berpakaian lengkap dengan baju zirah, perisai dan pedang pendek. Hal itu menginspirasi dia untuk menjelaskan tentang peperangan rohani orang-orang Kristen dengan kuasa kegelapan, dengan mengambil pelajaran dari para penjaga penjara. Semua orang Kristen harus mendengar panggilan untuk menjadi waspada dan siap untuk terlibat di dalam pergumulan rohani. Namun, seharusnya tidak ada seorangpun yang berjuang dengan kekuatannya sendiri, tetapi semata-mata di dalam kuasa sang pemenang itu, Yesus Kristus. Peperangan rohani ini diperjuangkan dengan kebenaran, yaitu kebenaran Allah, dan Injil damai sejahtera, yang bekerja dengan aktif melalui iman, kasih, dan Firman Allah.

Di depan para penjaganya, Paulus berani berbicara mengenai pedang Roh, yaitu pemakaian Firman Allah yang tepat waktu dan penuh keberanian. Ide kita sendiri dan kecerdikan cara kita pribadi tidak akan membawa hasil. Sedangkan Firman Allah yang diwahyukan itu, tetap penuh dengan kuasa. Karena itu, Firman itu harus senantiasa diterjemahkan ke dalam bahasa dan budaya para pendengarnya.

Tulisan saja tidak akan bisa menyelamatkan siapapun, kuasa Allah di dalam Firman-Nya yang menyelamatkan. Karena itu, sebuah gereja harus mendukung semua pemberitaan Firman yang dilakukan di sekitar mereka dengan doa dan syafaat di dalam Roh Kudus, agar Tuhan memimpin banyak orang kepada pertobatan dan iman di dalam keselamatan yang digenapkan oleh Allah bagi mereka. Jadi, Paulus meminta kepada sahabat-sahabatnya, yang, berbeda dengannya, tidak ada di dalam penjara, untuk senantiasa berdoa bagi dia, meminta agar Tuhan yang hidup memberikan kepadanya banyak kuasa dan hikmat dalam keadaannya yang menyulitkan. Ia rindu untuk secara langsung memberitakan Injil sepenuhnya kepada para tamunya dan juga para penjaga di sana. Keharusan rohani di dalam hatinya mendorongnya untuk bersaksi bagi Yesus kepada semua orang yang dipertemukan oleh Tuhan dengannya, dan mengundang mereka untuk percaya kepada kekayaan kasih karunia Allah yang diberikan secara cuma-cuma di dalam Kristus.

KOLOSE 1:7-9
7 Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. 8 Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh. 9 Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.

Paulus mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengenal jemaat di Kolose. Namun, sementara menjadi tahanan rumah, ia mendengar dari salah seorang yang mengunjunginya yaitu Epafras, yang adalah salah satu penatua jemaat di gereja Kolose, bahwa Injil Yesus Kristus bukan hanya didengarkan dan dipercayai di sana, tetapi juga menghasilkan buah-buah roh. Reaksi Paulus adalah ciri khasnya. Ia langsung memuji Tuhan dan berdoa. Syafaat yang dinaikkannya memiliki tujuan yang jelas. Jemaat tidak hanya memahami bahwa di dalam Yesus Kristus berdiam seluruh kepenuhan Ilahi (Kolose 2:14), tetapi bahwa mereka juga akan memiliki kepenuhan-Nya, selama mereka tetap menjunjung tinggi hubungan iman dengan Dia.

Jaminan keselamatan ini juga memiliki konsekuensi praktis di dalam kehidupan para pemimpin gereja. Mereka dituntut untuk bisa membiarkan kehendak dan perintah Yesus untuk membimbing mereka—mengasihi, melayani dan berpengharapan. Tuntutan untuk mengenal kehendak Allah, ketaatan iman, penyangkalan diri, dan memisahkan diri dari semua kebiasaan dan praktek yang jauh dari kehendak Tuhan. Paulus tidak hanya menulis sebuah surat yang sangat indah dari penjara untuk jemaat yang tidak dikenalnya. Namun, ia juga dengan tulus mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus yang memberikan kepada masing-masing anggota jemaat di sana hikmat dan pengetahuan rohani. Ia tidak mau melihat mereka jatuh ke dalam fanatisme radikal, tetapi agar mereka bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam roh Injil.

FILIPI 1:18-19
18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, 19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.

Di dalam penjara, Paulus harus mengalami bagaimana para musuhnya dari kalangan orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi mengambil kesempatan ketika ia tidak ada di antara jemaat. Mereka lebih memperhatikan bagaimana mentaati Perjanjian Lama lebih dari pengajaran Injil yang murni. Mereka memuji Yesus sebagai guru yang terbaik dari hukum Taurat. Hal itu sangat menyakiti Paulus, tetapi ia harus tersenyum melihat kegiatan para saudara palsu itu. Bagi dia, yang paling penting adalah bahwa nama Yesus diberitakan, baik dengan maksud jujur maupun maksud yang palsu. Ia berserah kepada kuasa dari Kristus yang sudah bangkit dan kepada kuasa Roh Kudus. Karena itulah ia bisa, bahkan saat ia berada di dalam penjara, bersukacita atas semua tindakan orang-orang yang memusuhinya itu. Ia berulangkali mengalahkan orang-orang yang memusuhinya dengan tetap bersukacita di dalam Kristus, yang sudah mengijinkan dia berada di dalam penjara selama bertahun-tahun sementara menantikan saat pengadilan.

Paulus mengakui bahwa dengan terus berada di bawah penahanan seperti itu, ia dituntut untuk terus berpegang teguh di dalam imannya kepada Tuhan, meskipun ia merasa sangat terbatasi pelayanannya karena pemenjaraan itu. Untuk itu, ia meminta jemaat di Filipi untuk berdoa baginya, agar ia bisa terus mengalami kemenangan dalam peperangan imannya di dalam Yesus. Ia yakin bahwa penghiburan dan pertolongan dari Roh Yesus Kristus tidak akan meninggalkan atau mengabaikannya. Ia yakin bahwa Tuhannya yang mulia, melalui Roh-Nya, akan tetap dekat dengannya dalam keadaan itu.

FILIPI 1:27
27 Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.

Jemaat di Filipi adalah jemaat yang pertama yang didirikan oleh Paulus di wilayah Eropa. Di sana, di dalam nama Yesus, ia sudah mengusir setan dari seorang hamba perempuan yang memiliki roh tenung. Sebagai akibatnya, ia dan Silas ditelanjangi di depan umum, disesah dengan rotan, dan dimasukkan ke dalam penjara. Namun, pada malam harinya, mereka menyanyikan lagu pujian, bahkan pada saat kaki mereka dibelenggu dan dipasung. Kemudian, sebuah gempa bumi dari Tuhan membebaskan mereka, sehingga kepala penjara di Filipi kemudian menjadi percaya dan dibaptiskan, bersama-sama dengan seluruh keluarganya, pada malam itu juga (Kisah Para Rasul 16:9-40).

Orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi yang sangat gigih membela hukum Taurat kemudian mengikuti jejak Paulus. Mereka ingin mengubahkan gereja untuk menjadi sesuai dengan prinsip-prinsip Yahudi. Ini menyebabkan perbedaan pandangan yang sangat besar di antara orang-orang percaya dan hampir memecahkan gereja. Inilah alasan sehingga sang Rasul, yang sedang ada di dalam pemenjaraan dan menantikan pengadilan, menuliskan sebuah surat curahan isi hati kepada orang-orang percaya, menasehatkan mereka untuk tetap menjaga kesatuan.

Pada awal suratnya Paulus mendaftarkan beberapa prinsip yang mendasar dan berlaku bagi semua orang Kristen di segala jaman, “hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus!” Ia tidak mau mengikatkan gereja kepada dirinya sendiri, tetapi kepada Yesus. Pada saat itu ada banyak “Injil” atau “pengumuman khusus” dari istana Kaisar. Namun, Paulus menjelaskan kabar baik tentang Mesias yang disalibkan dan bangkit itu sebagai satu-satunya jalan yang akan langsung membawa ke surga. Ia tidak mengajak jemaat di Filipi untuk mengikuti Hukum Musa, tetapi mengikuti Injil Kristus! Dua hal itu mewakili dua jalan dan prinsip yang sangat berbeda.

Apabila terjadi perselisihan di dalam gereja maka jemaat harus memusatkan perhatian kepada satu hal yang paling penting, yaitu “Yesus, Juruselamat dan Tuhan kita,” dan kesatuan di antara mereka akan bertumbuh dengan sendirinya, karena mereka semua adalah anggota dari tubuh rohani-Nya. Demikian juga, hanya ada satu Roh Kudus, sehingga semua orang yang dilahirkan kembali dan dimeteraikan di dalam Roh Kudus akan hidup dari pemberi-kehidupan yang sama ini. Pengakuan akan adanya satu Tuhan dan satu Roh ini saja bisa membuat orang-orang yang sedang bertengkar itu kembali berpikiran jernih.

Sang tahanan itu kemudian menantang semua orang yang bebas di Filipi untuk berjuang bagi iman yang benar, yang berasal dari Injil. Di dalam gereja kita, kita jangan sampai ikut serta dalam pertengkaran karena hal-hal yang terlalu kecil berkenaan dengan penafsiran hukum. Namun, kita justru harus sepakat untuk terlibat di dalam perjuangan untuk hidup berpadanan dengan Dia yang sudah disalibkan dan bangkit itu. Ijinkan kami menanyakan pertanyaan ini: Apakah anda tertidur? Apakah anda masih bermimpi, atau apakah anda melakukan perjuangan di dalam perkataan dan perbuatan anda? Apakah anda berjaga-jaga dan berdoa, agar kemenangan Yesus di Golgota bisa dikenal di lingkungan anda, dan dimana saja Tuhan menempatkan anda?

FILIPI 2:1-2
1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.

Paulus mendesak jemaat di Filipi, dengan penuh kasih dan kebaikan, agar mereka menemukan cara untuk bersatu kembali. Ia mengingatkan mereka akan nasehatnya yang mula-mula, yang berbicara kepada mereka tentang apa yang sudah menyatukan mereka ke dalam tubuh Kristus. Ia menggambarkan tentang penghiburan kasih Allah di depan mata mereka, dan menekankan persekutuan mereka di dalam Roh Kudus. Ia menghendaki adanya kasih yang tulus dan rasa dan sepenuh hati muncul kembali di dalam kehidupan mereka. Ia mendorong semua jemaat untuk menjadi sehati sepikir, dan dengan itu mereka akan membuat dia, yang dipenjarakan karena Tuhan bagi keselamatan mereka, merasakan sukacita yang luar biasa. Mereka harus selalu berada dalam ikatan kasih sehingga mereka bisa, dalam kesatuan rohani, mengalahkan semua serangan Iblis baik dari dalam maupun dari luar.

Paulus sendiri, yang ada di dalam penjara, berjuang bersama mereka di dalam perjuangan rohani ini dengan menyanyikan pujian kepada Anak Allah yang sudah menjadi manusia. Di dalam inkarnasi-Nya Ia sudah turun ke tingkatan yang paling rendah dari keberadaan kita, dan kemudian disalibkan bagi kita. Namun, Ia bangkit dari kematian, naik ke surga, dan hidup di sana sebagai “Tuhan” bagi kemuliaan Bapa-Nya (Filipi 2:5-11). Semua orang Kristen seharusnya menghafalkan dan menaikkan ayat ini sebagai doa, dan kemudian hidup sesuai dengan kebenaran ini, sehingga lebih banyak lagi sukacita dan kegiatan missi yang bisa masuk ke dalam gereja kita, dan membuat sukacita Paulus akan lebih penuh di surga.

FILIPI 3:2-3
2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, 3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

Setelah Paulus memberikan nasehat lagi kepada jemaat di Filipi mengenai rekonsiliasi, ia beralih kepada orang-orang yang menyebabkan pertengkaran dan perpecahan di antara mereka. Kemarahannya sepenuhnya tertuju kepada orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi itu, yang bahkan setelah keputusan sidang para rasul di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-35) terus saja menuntut adanya sunat bagi semua orang yang baru menjadi percaya agar mereka bisa masuk ke dalam perjanjian Allah dengan Musa. Sang Rasul menyebut mereka sebagai anjing-anjing, yang sering menularkan rabies di Timur Tengah, yang mengakibatkan kematian. Ia menyebut mereka sebagai pekerja-pekerja yang jahat, yang merusak kebun anggur Tuhan yang baru ditanam. Mereka berusaha untuk memotong tubuh rohani Kristus menjadi dua! Orang-orang jahat yang demikian sangat perlu untuk diwaspadai!

Orang-orang Kristen dari antara bangsa bukan Yahudi yang menerima hak sunat dari Perjanjian Lama akan terpisah dari kebenaran dari Kristus melalui kasih karunia dan kembali masuk ke dalam kebenaran melalui pekerjaan hukum Taurat Musa. Sunat daging tidak akan pernah bisa menyelamatkan seseorang. Sunat itu sama saja dengan mendustai diri sendiri, dan merupakan cobaan untuk iman, yang berasal dari kehidupan keagamaan yang mengandalkan kekuatan sendiri. Sunat tubuh yang dilakukan oleh Paulus tidak ada nilanya bagi dirinya sendiri, dan demi sunat itu ia pernah menjadi penganiaya bagi jemaat gereja mula-mula di Yerusalem. Adalah anugerah Yesus saja yang membenarkan Paulus, sama seperti yang terjadi kepada semua orang yang percaya kepada Anak Maria itu. Karunia Roh Kudus menyunatkan egoisme Paulus dan egoisme kita, dan menciptakan di dalam diri kita keinginan untuk melayani di dalam kasih dan kesabaran. Kita tidak memiliki kehormatan apapun selain di dalam Yesus, Kemenangan kita! Semua keahlian dan karunia kita, tanpa Roh Kudus, justru tidak akan menghasilkan apapun bagi kita. Roh dari Dia yang sudah diselamatkan dan bangkit, mengalahkan dan menguduskan hakekat dan karakter kita.

FILIPI 4:22-23
22 Salam kepadamu dari segala orang kudus, khususnya dari mereka yang di istana Kaisar. 23 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu.

Paulus, pada saat berada di dalam tahanan rumah di Roma, tidak sendirian dan terpisah dari yang lain, karena ia mendapatkan ijin untuk menerima tamu di rumahnya. Mereka yang datang kepadanya adalah dari antara jemaat di Roma, dan juga pengunjung-pengunjung lain dari wilayah-wilayah bukan Yahudi yang mengadakan perjalanan ke Roma. Sang tahanan itu berbicara kepada mereka mengenai cobaan-cobaan dan juga pertanyaan jemaat-jemaat, yang diberikan kepadanya melalui surat atau melalui orang yang diutus untuk menyampaikan kepadanya. Paulus berdoa bersama dengan orang-orang yang mengunjunginya untuk pelayanan missi dunia di bawah tuntunan dan kuasa Roh Kudus. Mereka menaikkan syafaat untuk pemeliharaan dan kekuatan bagi pemberitaan Injil yang benar meskipun harus menghadapi banyak tantangan.

Paulus memahami bahwa banyak di antara mereka yang mengunjunginya sudah disucikan dan dibasuhkan dari segala dosa dan pelanggaran mereka oleh darah Kristus dan kebenaran-Nya. Sebagai orang-orang yang sudah “dilahirkan kembali,” mereka didewasakan di dalam pelayanan mereka kepada Allah melalui nilai-nilai yang mereka terima dari Roh Kudus. Paulus menyebut mereka sebagai “orang-orang kudus” bukan supaya mereka bisa memegahkan diri, tetapi supaya mereka menaikkan pujian kepada Kristus.

Sebuah kemenangan Kristus ditunjukkan di dalam kesaksian Paulus, yang menegaskan bahwa di dalam daerah yang sangat dijaga ketat dan terisolasi yaitu di istana Kaisar sendiri ada juga orang-orang Kristen, yang sebagai orang-orang kudus bersaksi melalui perkataan dan perbuatan mereka untuk Injil. Dalam pengadilannya dan bandingnya kepada Kaisar, Paulus sudah berusaha memanfaatkan keberadaannya sebagai seorang yang dilahirkan sebagai warga negara Romawi. Ia ingin mendapatkan kesempatan untuk bersaksi mengenai kemuliaan Tuhan dan kejayaan Injil di hadapan Kaisar. Namun sekarang, ia harus berada di dalam tahanan rumah karena proses hukumnya yang tertunda. Ia hanya bisa berdoa, berpuasa, beriman dan bersaksi tentang Injil kepada orang-orang yang mengunjunginya. Orang-orang yang mendengar kesaksiannya, kemudian membawa kabar baik itu dan semakin menyebarkannya, sehingga janji Tuhan—bahwa Paulus juga akan bisa menjadi saksi bagi-Nya di Roma—digenapi dengan kuasa dan berkat yang besar (Kisah Para Rasul 23:11).

FILEMON 1:25
25 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!

Surat pendek Paulus kepada Filemon, seorang Kristen yang kemungkinan berasal dari jemaat Kolose, adalah salah satu karya agung untuk penggembalaan dari sang Rasul. Filemon, seorang yang cukup kaya, mungkin menjadi percaya karena Paulus memberitakan Injil kepadanya ketika ia sedang berada di Efesus. Filemon memiliki seorang budak yang bernama Onesimus, yang sudah melarikan diri dan bersembunyi di Roma. Namun, pada suatu saat, ia bertemu dengan Paulus, dan kemudian mengalami kelahiran kembali melalui penyampaian Paulus mengenai Kristus. Ia kemudian menolong sang Rasul dalam banyak hal-hal yang praktis.

Namun, Paulus tidak mau menahan Onesimus untuk tetap bersamanya tanpa persetujuan yang sah dari Filemon, karena menurut hukum Roma, memang Onesimus masih tetap merupakan budak Filemon. Jadi, Paulus mendorong Onesimus untuk kembali kepada tuannya, bahkan meski ia harus menghadapi hukuman yang keras sebagai akibat dari pelariannya. Namun, Paulus dengan sangat berhati-hati menuliskan surat yang dipenuhi dengan kasih dan penghargaan terhadap Filemon. Ia menyebut Onesimus sebagai anak rohaninya, yang dilahirkannya pada saat ia dipenjarakan, dan karena itu Onesimus juga menjadi saudara bagi Filemon sampai kekekalan. Kalau Onesimus yang akan datang kembali itu sudah menyebabkan kerugian bagi Filemon, Paulus siap untuk membayar kembali. Lalu, ia juga meyakinkan Filemon untuk melakukan lebih dari apa yang dimintakan Paulus kepadanya.

Surat ini ditutup dengan salam kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, yang akan menyertai, menerangi dan memimpin roh Filemon. Surat ini ditandatangani oleh team pelayanan Paulus, termasuk di dalamnya Epafras, yang membawa surat kepada jemaat di Kolose, Markus sang penulis Injil, dan Lukas sang tabib. Paulus tidak menyerang sistem perbudakan Romawi, tetapi ia mengalahkannya dengan kasih di dalam kalangan jemaat. Bisa dibaca di dalam sejarah bahwa Onesimus kemudian dimerdekakan oleh Filemon, dan kemudian kembali ke Roma untuk menjadi penolong Paulus. Beberapa kali ia menyalin surat yang dituliskan oleh Paulus dan mengirimkannya ke beberapa gereja. Mungkin kita juga sangat perlu berterima kasih kepada Onesimus bahwa hari ini kita bisa membaca tiga belas surat Paulus, sementara hanya ada sedikit surat dari Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang bisa kita kenal saat ini. Kata “Onesimus” berarti “dia yang berguna!” Dan memang, ia menjadi sangat berguna bagi keseluruhan Kekristenan.

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2013, at 11:15 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)