Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 023 (Jesus Christ’s Message to the Church Leader of the Laodiceans)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 1 - LIHATLAH, AKU DATANG SEGERA! (WAHYU 1:1 - 3:22)
BAGIAN 1.2 PENGLIHATAN YANG PERTAMA DAN AKIBATNYA UNTUK DUNIA INI: KEDATANGAN ANAK MANUSIA UNTUK MENGUDUSKAN JEMAAT-NYA (WAHYU 1:9 - 3:22)
BAGIAN 1.2.2 SURAT DARI YESUS KRISTUS KEPADA KETUJUH JEMAAT DI ASIA KECIL (WAHYU 2:1 - 3:21)

7. Surat Yesus Kristus kepada pemimpin jemaat di Laodikia (Wahyu 3:14-21)


Lihat, Aku Berdiri Di Muka Pintu Dan Mengetok; Jikalau Ada Orang Yang Mendengar Suara-Ku Dan Membukakan Pintu, Aku Akan Masuk Mendapatkannya Dan Aku Makan Bersama-Sama Dengan Dia, Dan Ia Bersama-Sama Dengan Aku: Yesus mengatakan kepada pemimpin jemaat di Laodikia bawha Ia sudah sampai ke tempat kediamannya, mendekati rumahnya, dan sekarang berdiri di dekat pintu ruang tamunya. Ia berdiri di sana karena alasan yang sederhana, yaitu karena pintunya memang tertutup. Sang gembala itu tidak membuka pintunya untuk menyiapkan kedatangan sang Juruselamat. Ia hidup tanpa mengharapkan kedatangan-Nya kembali. Bahwa Tuhan akan datang, atau kapan Ia datang, sama sekali bukan perkara penting baginya. Ia merasa sudah memiliki semua yang diperlukannya; ia tidak menantikan Juruselamat.

Yesus tidak memaksa masuk ke dalam hati orang itu, seperti seorang pelaksana penghukuman Allah. Tuhan penguasa dunia ini berdiri dengan rendah hati di depan pintu dan mengetuk. Ia tidak mendorong agar pintu itu terbuka, tetapi dengan jelas memanggil nama pemilik rumah dan menunggu. Pintu itu tidak memiliki gagang di bagian luarnya, sehingga hanya bisa dibuka dari dalam. Ide Islam tentang penentuan ganda berakhir di dalam Pribadi Yesus. Di dalam Injil ketika Tuhan memutuskan untuk sebuah urusan, Ia tidak sekedar mengatakan “jadilah” dan semua itu jadi (Sura 3:47); akan tetapi, Tuhan menunggu keputusan dari pelayan yang bersangkutan. Yesus tidak membangkitkan hamba-hamba yang akan tunduk tanpa syarat kepada-Nya, tetapi Ia memanggil mereka untuk menjalani kehidupan sebagai anak-anak Allah yang taat dengan rela, di dalam roh kasih. Gambaran tentang Tuhan yang mengetuk pintu dunia kita membawa dampak yang sangat kuat atas Islam. Di dalam Al-Quran, Hari Penghakiman juga disebut sebagai Al-Qari'a (Sura 13:31; 29:4) (Dalam bahasa Arab berarti :Dia yang Megetuk), yang menjelaskan mengenai bencana terakhir untuk menghancurkan seluruh dunia.

Betapa besar bedanya dengan yang kita lihat di dalam wahyu Yesus kepada pemimpin jemaat di Laodikia! Tuhan atas dunia berdiri di pintu hati sang pelayan-pengusaha itu dan kemudian mengetuk. Kedatangannya tidak berarti lenyapnya dunia, atau tanda datangnya bencana. Namun, kedatangan-Nya adalah pernyataan dari “kasih mula-mula” dari sang Anak Allah kepada utusan-Nya, yang sudah menjauh dari-Nya. Tuhan tidak membinasakannya, tetapi bergumul untuk keselamatannya dan kelangsungan dari jemaatnya.

Janji yang ketujuh di dalam Wayhu Yohanes, mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali, bukan bertujuan untuk menjatuhkan hukuman; namun bermaksud untuk menyelamatkan pemimpin jemaat yang duniawi itu dari ilahnya—Mamon!

Yesus mengharap agar suara kasih-Nya akan mencapai dan menembus hati gembala yang tidak memiliki kepedulian itu, sehingga ia akhirnya bisa tetap berdiri, mendengarkan, dan membuka lebar pintu hatinya untuk Yesus. Merupakan berkat yang sangat besarbagi seseorang untuk mendengar suara Kristus, untuk menyesuaikan penerimaan di hatinya dengan gelombang suara Ilahi, dan memahami apa yang Tuhan kehendaki dari dirinya. Yesus siap untuk masuk ke dalam setiap hati yang bertobat yang terbuka bagi-Nya ketika Ia datang.

Yesus mendatangi kita sebagai tamu. Ia ingin mendatangi kita dengan Bapa dan Roh Kudus untuk tinggal di dalam kita. Kedatangan-Nya berarti berdiamnya Roh Kudus di dalam kehidupan kita, tinggalnya Dia yang kekal di dalam manusia yang fana, dan persekutuan Dia yang Kudus dengan orang-orang berdosa (Yohanes 14:23).

Perwira pasukan di Kapernaum mengakui, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku” (Matius 8:8; Lukas 7:6). Memang, tidak ada manusia yang layak menerima Yesus. Namun Tamu Surgawi ini membersihkan dan menyucikan kita sehingga kita bisa menjadi layak menerima Dia. Tamu ini membawa serta Perjamuan Tuhan. Ia menawarkan diri-Nya sebagai makanan dan mengatakan, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yohanes 6:54). Orang-orang Kristen bukanlah kanibal, sebagaimana yang sering dituduhkan orang berdasarkan ayat ini. Namun, Yesus mau berdiam di dalam kita, sebagaimana roti dan anggur di dalam Perjamuan Tuhan masuk ke dalam tubuh dan membangun kekuatan hidup.

Bagaimana dengan kesiapan kita? Apakah kita menantikan kedarangan Tamu yang kudus ini? Apakah kita menyatakan kasih kita yang mendalam kepada-Nya? Apakah kita bersyukur akan kedatangan-Nya? Apakah kita sujud menyembah kepada-Nya? Tuhan, tinggallah bersama kami, karena senja telah tiba dan hari sudah hampir berlalu.

Barangsiapa Menang, Ia Akan Kududukkan Bersama-Sama Dengan Aku Di Atas Takhta-Ku, Sebagaimana Aku Pun Telah Menang Dan Duduk Bersama-Sama Dengan Bapa-Ku Di Atas Takhta-Nya: Yesus menawarkan kepada pemimpin jemaat di Laodikia, yang sudah gagal total, janji yang paling tinggi! Bagi dia yang tidak layak dikasihi, Yesus menawarkan semua kasih yang dimiliki-Nya. Janji dari Yesus Kristus ini bisa melelehkan hati yang paling beku sekalipun. Janji itu bisa menghangatkan hati yang paling tidak perduli dan paling puas diri. Kasih Yesus lebih besar daripada dosa dan kematian.

Bagian mengenai menyangkal diri dan menanggalkan manusia lama ini berlaku untuk siapa saja. Barangsiapa yang mengalahkan dirinya dan kasihnya akan uang di dalam kuasa Kristus juga akan mendapatkan janji ini. Hanya melalui kematian dari kesombongan “ku” dan dengan kita dimerdekakan menjadi “kau” di dalam Roh Kristus yang memungkinkan kebagkitan kita. Yesus mengatakan dalam doanya sebagai Imam Besar bagi kita, “Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku” (Yohanes 17:24). Penghormatan yang tak terkatakan besarnya yang ditawarkan kepada pemimpin jemaat di Laodikia itu juga merupakan tawaran kepada semua pemimpin jemaat yang ada di dunia ini, karena “tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:3; Rom 3:9-18; 23-24).

Yesus menjadikan kemenangan-Nya sebagai ukuran bagi kita. Ia percaya bahwa karya keselamatan-Nya sudah digenapkan, meskipun hal itu berakhir dengan kematian di kayu salib. Ia mengasihi musuh-musuh-Nya dan meminta agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka bahkan pada saat Ia masih tergantung di kayu salib. Di kayu salib itulah Ia memuaskan murka Allah, mengalahkan cobaan yang terakhir dari Iblis, dan menaklukkan hak maut akan Dia dan kita. Kristus adalah sang Pemenang. Dari kemenangan-Nya kita menerima kuasa untuk menang. Di dalam diri kita hanya ada kelemahan dan kegagalan. Tetapi Ia memberikan keyakinan kepada kita, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Inilah sebabnya Yohanes bersaksi, “Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4).

Yesus memberikan kesaksian akan penderitaan, kematian dan kemenangan-Nya. Ia juga bersaksi tentang kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga, dan bahwa Ia duduk di dalam kemuliaan di tahta Bapa-Nya, sebagaimana yang disaksikan oleh Roh Kudus seribu tahun yang lalu melalui Daud, “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."” (Mazmur 110:1).

Tahta di dalam budaya timurseringkali berupa kursi yang cukup lebar sehingga sang penguasa bisa juga mengajak tamu kehormatan untuk duduk di sebelahnya, sehingga orang bisa melihat dengan jelas bahwa mereka mungkin berbagi di dalam kekuasaan, kehormatan dan kemuliaan.

Tetapi hal yang berbeda terjadi di pusat dari seluruh sejarah dunia. Di sana Bapa memberikan segala kuasa di langit dan di bumi kepada Anak-Nya. Ia tidak takut bahwa Anak-Nya akan mengadakan pemberontakan terhadap-Nya di surga, karena Yesus lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29).

Segala kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, kemuliaan, pujian dan berkat semuanya berpusat pada Dia yang duduk di atas tahta dan Anak Domba (Wahyu 5:12). Di dalam janji terakhir dari Yesus, Ia sekali lagi menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Kecemerlangan matahari kalah dibandingkan dengan kemuliaan Bapa dan Anak. Muhammad menyangkali keberadaan Yesus sebagai Anak sebanyak 17 kali di dalam Al-Quran. Namun hal itu sama sekali tidak berpengaruh apapun kepada kenyataan bahwa sang Anak duduk di atas tahta dan memegang sejarah dunia di tangan-Nya.

Kemuliaan tahta Allah yang terselubung kemudian dinyatakan ketika kita melihat bagaimana Yesus memegang, memimpin dan mendorong pemimpin jemaat di Laodikia; kepada sang gembala yang tidak memiliki kepedulian ini, karena kasihnya akan uang, sudah menimbunkan pelanggaran ke atas dirinya sendiri, kepadanya yang sudah mendengar ancaman yang paling keras dari mulut Tuhannya, yang sudah mendengar panggilan yang paling mendesak baginya untuk bertobat, bahkan untuk orang yang sudah jatuh ini Yesus menawarkan kasih-Nya yang paling hebat dan janji-Nya yang paling besar. Orang yang sudah gagal ini dipanggil untuk duduk dengan Yesus di dekat tahta-Nya, memerintah dan menghakimi dengan Dia, dan untuk memandang kemuliaan-Nya.

Tahta Allah dan Anak Domba tidak hanya menandakan kemuliaan, kuasa, kebesaran dan penghakiman, tetapi, lebih dari semuanya, menyatakan kasih Allah, yang melampaui pemahaman kita. Tritunggal yang Kudus siap untuk menerima semua orang berdosa yang hancur hati dan menerima untuk bersama dengan Dia kalau orang itu mau taat kepada tarikan kasih Kristus dan menanggalkan semua kejahatan, dusta dan kesombongannya (Yohanes 17:20-24).

Yesus bergumul untuk setiap pengikut-Nya. Tidak ada yang terlalu buruk atau terlalu jahat bagi-Nya. Ia tidak pernah menyerah. Tali kasih-Nya cukup untuk menjangkau setoap anak-anak-Nya yang sudah tersesat, dan khususnya para pemimpin jemaat yang sudah bersalah.

DOA: Kami memuliakan Engkau, Yang sudah Tersalib, karena Engkau mendekati pelayan-Mu yang tidak berhasil itu, yang jahat di dalam pandangan-Mu, dan berdiri di depan pintu-Nya untuk masuk dan terus bersama dengan dia. Engkau berjanji kepadanya akan memberikan kehormatan terbesar untuk duduk bersama-Mu di tahta surgawi kalau ia mau bertobat dan mengalahkan, dengan kuasa Roh Kudus, kecongkakan dan khayalan palsunya, serta menerima Engkau sebagai Juruselamat pribadinya. Berikan belas kasihan kepada kami, ya Allah, yang ada dalam imajinasi yang salah agar kami juga berkesempatan membuka pintu hati kami agar Engkau bisa masuk ke dalamnya di dalam kebesaran-Mu melalui kasih karunia-Mu.

PERTANYAAN:

  1. Apakah janji-janji besar dari Yesus kepada pemimpin jemaat di Laodikia?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 10:58 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)