Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 018 (Jesus' Message to the Leader of the Church in Sardis)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 1 - LIHATLAH, AKU DATANG SEGERA! (WAHYU 1:1 - 3:22)
BAGIAN 1.2 PENGLIHATAN YANG PERTAMA DAN AKIBATNYA UNTUK DUNIA INI: KEDATANGAN ANAK MANUSIA UNTUK MENGUDUSKAN JEMAAT-NYA (WAHYU 1:9 - 3:22)
BAGIAN 1.2.2 SURAT DARI YESUS KRISTUS KEPADA KETUJUH JEMAAT DI ASIA KECIL (WAHYU 2:1 - 3:21)

5. Surat Yesus Kristus kepada Pemimpin Jemaat di Sardis (Wahyu 3:1-6)


WAHYU 3:1-6
1 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! 2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. 3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. 4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. 5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. 6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Tuliskanlah Kepada Malaikat Jemaat Di Sardis: Siapa yang menyampaikan berita kepada orang yang sudah mati? Bukankah itu sesuatu yang sia-sia? Namun Yesus memberikan kepada Yohanes yang ada di Patmos sebuah wahyu khusus kepada tubuh yang sudah mati secara rohani. Ia belum membuang bintang yang hampir padam itu dari tangan-Nya. Yesus sudah memanggil orang itu dan meletakannya dalam tugas sebagai gembala jemaat. Ia sudah berjalan bersama orang itu dan menyertai dia di sepanjang pelayanannya.

Sardis adalah ibukota Lydia dan pusat dari wilayah adminsitrasi Romawi yang sangat penting. Pemimpin jemaat yang sudah mati memiliki tanggungjawab yang besar di pundaknya. Banyak di antara orang terpilih di sekitarnya mengharapkan Injil diberitakan melalui bibirnya.

Ketujuh Roh Allah dan Ketujuh Bintang: Yesus memperkenalkan dirinya kepada Yohanes sebagai Tuhan dan Kepala jemaat di Asia Kecil. Ia memegang ketujuh pemimpin jemaat dengan tangan berkat-Nya. Yesus memegang di tangan kanan-Nya bukan enam bintang, tetapi tujuh bintang, seperti sebelumnya. Ia belum melepaskan bintang yang padan itu dari tangan-Nya (Wahyu 1:4,16,20; 2:1).

Selanjutnya Yesus memperkenalkan diri sebagai Yang Memiliki Ketujuh Roh Allah. Dengan pernyataan ini ia secara sepintas menjelaskan mengenai Tritunggal yang Kudus. Ketujuh Roh di sini menggambarkan keseluruhan kepenuhan Roh Kudus. Allah tidak memberikan Roh Kudus sebagian demi sebagian. Semua yang dilahirkan oleh Roh adalah roh (Yohanes 3:6,34). Karena itu, Yesus bisa membangkitkan orang mati dan membaptiskan mereka yang sudah mati secara rohani dengan Roh Kudus-Nya (Yohanes 1:33). Ia tidak membuang bintang yang sudah padam. Seolah-olah di sini Ia mempercepat kepenuhan Roh Kudus “dengan menggunakan ambulance yang lampunya menyala” untuk membawa dia yang sudah mati itu untuk hidup kembali.

Yesus mengasihi bukan hanya gereja yang hidup, tetapi juga gereja yang mati. Ia tidak sekedar meratapi gereja yang mati, tetapi melakukan sesuatu bagi gereja itu. Jemaat yang mati sangat menarik perhatian-Nya; Ia datang kepada mereka dengan perintah untuk bangkit kembali.

Aku Tahu Segala Pekerjaanmu: Engkau Dikatakan Hidup, Padahal Engkau Mati!: Yesus memperhatikan pemimpin jemaat untuk waktu yang cukup lama dan melihat pelayanannya. Mungkin pemimpin jemaat itu dianggap penting karena nama baiknya, dan karena itu, ia tidak terlalu memperhatikan keadaan rohani jemaatnya. Semua aktifitas di dalam gerejanya mungkin membuatnya semakin terkenal. Ia menjadi sangat terpandang dan banyak dipuji orang; tetapi pekerjaannya itu hanya berpusat kepada diri sendiri. Ia ingin memegahkan diri, dan bukan mempermuliakan Yesus. Jemaatnya berkembang menjadi pemakaman, dimana tubuh-tubuh yang mati secara rohani dijejerkan.

Ada banyak katedral yang sudah mati. Musik organ mereka mungkin masih terdengar di dalam ruangan dan banyak turis berdatangan melihat benda antik yang artistik di dalamnya. Ribuan orang juga datang dalam pertemuan-pertemuan konferensinya. Namun sebenarnya, sebagian besar dari semua itu merupakan tindakan menipu diri sendiri.

Di Sardis Iblis sudah mengalami kemenangan. Ia berkuasa di pemakaman yang sunyi itu. Para pejabat yang memimpin di gereja itu tidak melakukan apapun terhadap para anggotanya, karena penyembahan berhala tidak lagi dianggap bahaya besar bagi mereka. Tidak ada perbincangan di antara pandangan yang berbeda-beda, dan tidak ada usaha mengecam tindakan itu di dalam khotbah. Sama sekali tidak ada apapun! Semuanya sudah mati. Tidak ada lagi pengenalan akan dosa atau anugerah untuk menghibur yang takut, tidak ada makanan yang rohani yang bergizi, tidak ada firman Allah, tidak ada roti yang sehat untuk memuaskan rasa lapar akan kehidupan di Sardis. Kematian rohani meracuni bangku-bangku gereja, membuatnya semakin mematikan dalam kesunyian.

Kecaman Yesus kepada pemimpin jemaat di sana datang dalam perkataan yang sangat mengerikan, “Engkau Dikatakan Hidup, Padahal Engkau Mati!” Namun perkataan Tuhan ini bukanlah perkataan yang terakhir dari sang Hakim. Masih ada kesempatan munculnya kebaikan, karena Tuhan Yesus masih bekerja dengan ketujuh Roh Allah memberikan kehidupan kepada pemimpin jemaat yang mati. Yesus masih mau berbicara kepada mereka yang mati.

Pemimpin jemaat bukan hanya tidur secara rohani, dan bukan hanya seperti mati. Dokter surgawi sudah menegaskan bahwa jantung rohaninya sudah berhenti berdetak. Tidak ada lagi kasih di dalamnya. Otak rohaninya juga sudah padam. Tidak ada iman yang bekerja. Jiwa rohaninya juga sudah kosong, tidak ada lagi harapan di dalamnya. Semua yang terjadi di sana dibangun di atas dasar kepentingan diri sendiri. Kata-kata yang dahsyat yang menipu diri sendiri digemakan tanpa ada karya kuasa Roh Kudus.

Apa yang dilakukan Yesus dalam keadaan yang tanpa harapan demikian? Apakah Ia memberkati pelayan yang sudah mati atau uskup yang sombong dalam peristirahatan terakhir mereka? Tidak! Yesus berbicara kepada orang yang sudah mati di dalam dosa dan memberikan kepadanya lima perintah singkat. Ia menyerukan kepada mereka panggilan yang luar biasa untuk bangkit kembali, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Anak Allah:

Bangunlah, Dan Kuatkanlah Apa Yang Masih Tinggal Yang Sudah Hampir Mati, Sebab Tidak Satu Pun Dari Pekerjaanmu Aku Dapati Sempurna Di Hadapan Allah-Ku: Para pemimpin jemaat tidak hanya jatuh tertidur, tetapi benar-benar mati. Ketika Yesus dipanggil masuk ke sebuah rumah, Ia menjelaskan kematian dengan cara berbeda, dan berkata kepada mereka yang ragu, “Ia tidak mati, tetapi tidur.” Ia lalu memegang tangan anak perempuan itu, dan mengatakan “Bangunlah” (Lukas 8:52-54).

Yesus memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati dengan Firman-Nya. Ia memiliki kuasa untuk memberikan hidup kepada gereja yang tidak memiliki kehidupan dan kasih, dengan membangkitkan pelayan rohaninya yang sudah mati. Panggilan Yesus agar dia bangun diucapkan dengan singkat dan jelas. Ketujuh Roh Allah mengambil bagian di dalam perintah ini. Yang terjadi hampir seperti seorang dokter berusaha untuk membuat jantung berdetak lagi dengan menggunakan kejut listrik. Dokter di atas segala dokter itu tidak memakai arus langsung, atau arus sambung putus, atau arus tiga fase untuk memulihkan detakan jantungnya, tetapi langsung mencurahkan tujuh kuasa Allah ke dalam hati dan roh dari gereja yang sudah mati rohani itu agar ia bisa langsung bangun dan bangkit melayani Tuhannya.

Pelayan jemaat di Sardis tidak bangkit demi dirinya sendiri, tetapi demi jemaatnya, yang sudah ada di ambang kematian rohani. Pemimpin jemaat itu, yang saat itu hidupnya sudah berkisar pada dirinya sendiri, tidak ada dalam posisi yang bisa memberikan kepada anggota jemaatnya kuasa Allah dan kehidupan kekal. Tetapi setelah kelahiran kembali, kuasa Allah berkehendak, melalui diri-Nya, untuk menembus masuk ke dalam gereja yang sudah mulai layu itu. Khotbah penginjilan Yesus, dengan lima perintah di dalamnya, memiliki tujuan untuk terjadinya kebangunan rohani, dan bukan hanya untuk keselamatan rohani pengkhotbah yang sudah mati itu.

Kelahiran kembali dari hamba Kristus itu tidak dimaksud untuk memoles kebanggaan mereka sendiri atau untuk membuat mereka semakin meningkat dalam karirnya, tetapi justru berisi panggilan ke dalam sebuah pelayanan yang baru. Orang berdosa yang cemar, yang bau busuknya sudah mulai menyebar, diberi pengampunan melalui panggilan Yesus, diberi tugas yang baru, dan diutus lagi. Yesus memberikan kepada hamba Tuhan yang sudah bertobat itu anugerah baru untuk meneruskan pelayanan. Sebagaimana seluruh surga sudah bergerak bersama untuk membebaskannya, demikianlah hamba Tuhan itu harus lari dengan bergegas untuk mengunjungi yang di ambang kematian agar mereka juga bisa dipenuhi dengan kuasa Yesus. Nama hamba itu tidak lagi penting. Bisnis pribadinya sudah berakhir. Sekarang yang dilakukannya menyangkut hidup dan mati! Tuhan sedang berdiri di hadapannya menuntut pembaharuan dilakukan di dalam gerejanya. Ia memberikan kepada sang gembala jemaat itu satu kesempatan lagi untuk mengusir penyakit ngantuk mematikan itu dengan memanggil mereka untuk bangun. Ia harus memimpin seluruh jemaatnya masuk ke dalam pertobatan hati yang penuh, sehingga mereka bisa dibaharui secara rohani. Pujian bersama mereka adalah untuk memuliakan Dia yang sudah disalibkan dan yang bangkit dari kematian.

Yesus sekali lagi menyatakan kepada pelayan yang baru dibangkitkan itu bahwa catatan pelayanannya di masa lalu tidak cukup. Ia memang tidak malas melakukan pekerjaannya. Semua orang mengayakan, “Ini jemaat yang hidup dan sangat berkembang.” Tetapi hal yang paling penting justru tidak ada di sana, kehidupan dari Allah. Diukur dengan kekudusan Allah, ia sama sekali tidak ada apa-apanya. Setelah pertobatannya ini kehampaan batinnnya seharusnya sudah diisi penuh—melalui doa, kerendahan hati, kebergantungan kepada Yesus, dan kepemimpinan Roh Kudus. Sebagaimana sebuah rumah yang tidak memiliki listrik tidak ada terang, pemanasan, atau bahkan bel rumah, begitu juga gereja tanpa Roh Kudus tidak memiliki pengetahuan, kasih, pengorbanana dan doa. Aliran kasih Allah ingin mengalir melalui kehidupan pemimpin jemaat kepada gerejanya yang mati ini.

Yesus sama sekali tidak berusaha mengabaikan hubungan-Nya dengan Allah, dan memanggil Bapa-Nya sebagai Allah-Nya. Inti dari khotbah penginjilan bagi gembala yang mati rohani ini bukan berpusat di dalam iman kepada Bapa Yesus Kristus, tetapi kepada pengakuan akan Allah sebagai Hakim dan Pencipta langit dan bumi, yang menuntut pertanggungjawaban dari semua orang. Yesus meletakkan diri-Nya secara sadar dan dengan sukarela di bawah kekudusan Allah yang memberikan penghakiman, meskipun Dia sendiri adalah Allah, dan bahwa semua kuasa dan kehormatan di langit dan di bumi sudah diberikan kepada-Nya. Tanpa kerendahan hati tidak ada kehormatan. Yesus mengijinkan kita untuk melihat ke dalam hakekat terdalam-Nya ketika Ia mengajarkan kepada kita, “belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29-30). Yesus menundukkan diri sepenuhnya kepada kehendak, rancangan dan kekudusan Allah-Nya.

Pelayan jemaat di Sardis harus memahami bahwa dirinya sama sekali bukan penguasa yang bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Ia harus diremukkan dan dengan rela menguburkan kesombongan dan sikap keras kepalanya. Ia perlu mengikuti kehendak Tuhan, dan pada saat yang sama menanyakan dengan sukacita, “Tuhan, apakah yang Engkau kehendaki untuk aku lakukan dan yang tidak boleh aku lakukan?”

Tuhan adalah kebenaran kita. Ia ingin dengan tepat memimpin kita di dalam pekerjaan dan pelayanan kita. Inilah sebabnya kita berdoa, “Kehendak-Mu jadilah di gereja kami seperti di surga.” Kerinduan dan harapan akan kedatangan Kristus harus nebhadu dasar dari pelayanan doa setiap orang yang letih lesu karena masalah dunia yang tak kunjung selesai.

Ingatlah, Bagaimana Engkau Telah Menerima Dan Mendengarnya; Turutilah Itu Dan Bertobatlah!: Barangsiapa yang sudah bangun dari kematian rohani harus belajar untuk mengingat, mengambil saat teduh di hadapan Allah, dan meminta Roh Kudus mengarahkan pikirannya. Tuhan menghendaki untuk memimpin para pemimpin jemaat ke dalam ucapan syukur dan penyembahan. Ia menghendaki mereka merenungkan lagi pertemuan pertama mereka dengan Allah. Ia harus menyadari kembali pilihan dan panggilannya dari Allah.

Perintah yang ketiga dari Yesus Kristus membawa pemimpin jemaat itu untuk berhenti sejenak dan mengingat. Perintah ini tidak berkaitan dengan tindakan di luar, tetapi di dalam batin untuk menyelami kebaikan Allah. Ia harus memahami kuasa, sukacita dan damai sejahtera bagaimana yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma kepadanya pada saat pertama kali ia bertobat. Ia perlu memahami anugerah Allah yang bekerja di dalam kelahiran kembali yang terjadi padanya. Sangat mungkin bahwa ucapan syukur dan pujian akan dibangunkan di dalam dirinya untuk apa yang sudah dikerjakan oleh Allah yang kudus di dalam diri orang berdosa yang sudah cemar itu.

Pemimpin jemaat itu harus memahami bahwa Yesus, Juruselamatnya, tidak menghukum atau membinasakan dia karena sikap mementingkan dirinya, kesibukannya atau kesombongannya; namun, Tuhan yang hidup berbicara sekali lagi kepada pemimpin yang mati rohani itu untuk memindahkannya dari kematian rohani kepada kehidupan rohani. Kristus sekali lagi menawarkan firman-Nya kepada pemimpin jemaat itu dan meneguhkan dia kepada panggilan yang semula. Orang dari Sardis itu harus mengarahkan kepala, telinga, pikiran, hati dan imannya kepada Yesus, sehingga ia bisa belajar untuk “mendengar.” Tuhan sudah membuka telinga orang itu kepada suara Allah pada awal pertobatannya. Namun, sekarang ia sudah menjadi tuli; daya jangkau pendengarannya sudah menurun sampai titik nol. Ia perlu belajar lagi untuk mendengar dan mulai melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Bukan ide, rencana dan tujuan pribadinya yang akan dinyatakan, tetapi semata-mata rancangan kasih dari Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Ini adalah awal dari pertobatan pemimpin jemaat itu. Pertama-tama, Tuhan membangunkan dia dari tidur yang lelap, dan kemudian mengutus dia kembali ke jemaatnya untuk memberikan pertolongan yang segera. Ia bukan hanya harus menghibur mereka yang sudah mati rohani, tetapi juga mengejutkan mereka, sehingga mereka bangun, dan kemudian membawa mereka kepada pertobatan. Lalu, Yesus menjelaskan kepadanya untuk melatih pikirannya dalam mengingat. Yesus memerintahkan agar dia memelihara pengenalan yang diciptakan Roh Kudus dan ditanamkan di dalam dirinya. Ia harus sungguh-sungguh menuliskan di dalam pikirannya tentang kasih dan kekudusan Allah. Yesus tahu bahaya yang mengancam pelayan ini, yaitu bahwa ada kemungkinan dia akan jatuh kembali ke dalam cara yang lama dan kegiatan yang mementingkan diri sendiri. Semua itu harus diakhiri! Ia perlu memperbaharui pikirannya agar Yesus bisa menjadi satu-satunya pusat dan sumber kekuatan di dalam kehidupannya. Ia harus menghafalkan kebenaran ini, menyampaikannya kepada orang-orang lain, dan menyimpannya di depan matanya sendiri. Dengan itu ia mungkin bisa mengalahkan dosa yang mementingkan drii sendiri saja. Berbahagialah pengkhotbah yang menghafalkan ayat-ayat yang penting dari Alkitab. Ia kemudian akan memiliki sumber kekuatan yang terus mengalir dari bawah sadarnya. Semua orang seharusnya menghafalkan paling tidak satu ayat dalam seminggu, dan tidak membuat berbagai alasan seperti ingatannya lemah atau tidak terbiasa melakukannya. Kalau ada keinginan, pasti ada jalan.

Perintah kelima dan keenam dari Yesus* membawa pemimpin jemaat itu kepada pertobatan yang benar. Yesus menghidupkan rohaninya kembali setelah memberikan peringatan yang sangat serius. Tuhan sudah memperbaharui pikirannya dan sekarang saatnya bagi dia untuk bertindak. Di dalam nama Yesus ia harus mematahkan semua dosa dan beban yang dipikulnya. Pertobatan adalah sesuatu yang membawa sukacita karena di situ beban ditanggalkan, belenggu dipatahkan, kejahatan dan pelanggaran diserahkan kepada Anak Domba Allah. Karena Yesus sudah secara pribadi datang kepadanya, pemimpin jemaat itu sekarang bisa sepenuhnya memandang Yesus. Barangsiapa menyerahkan dirinya kepada Anak Allah akan mengalami bahwa kuasa ketujuh Roh-Nya mampu menyembuhkan dan menguduskan kehidupan yang paling hancur dan paling rusak sekalipun.

* Daftar dari kelima perintah Kristus itu adalah: 1. Bangunlah! 2. Kuatkanlah apa yang masih tinggal! 3. Ingatlah apa yang telah kau terima dan kau dengar! 4. Turutilah! and 5. Bertobatlah!

Jikalau Engkau Tidak Berjaga-Jaga, Aku Akan Datang Seperti Pencuri Dan Engkau Tidak Tahu Pada Waktu Manakah Aku Tiba-Tiba Datang Kepadamu: Tujan tahu siapa yang mengatakan, “ya, ya” tetapi bertindak, “tidak, tidak.” Bagi mereka, jalan ke neraka sudah diratakan dengan menggunakan maksud baik. Inilah sebabnya Tuhan membangunkan pelayan yang mengantuk itu, dan menggoncang serta mengancamnya, sehingga mereka bisa tetap bangun, bukan hanya demi diri mereka sendiri, tetapi agar ia menggenapi tanggungjawabnya sebagai pengawas untuk seluruh jemaat. Di dalam Yehezkiel 33:1-20 kita melihat bahwa Roh Kudus menjelaskan mengenai peranan dan fungsi dari para nabi Allah pada masa pembuangan. Akan sangat baik kalau kita mengingat perkataan itu di dalam pikiran kita.

Yesus memberikan peringatan kepada pelayan yang sudah dibahari bahwa Ia akan mendatangi mereka dengan diam-diam seperti musuh, seperti pencuri, tanpa diketahui oleh siapapun dan pada waktu orang sedang bersantai, ketika tidak seorangpun menduga akan kedatangan-Nya. Yesus mau membawa pemimpin jemaat itu ke dalam keadaan waspada senantiasa, menekankan kepadanya bahwa bangun itu bukan hanya sekedar untuk dirinya sendiri, tetapi juga demi seluruh jemaat. Ia bisa mengharapkan kedatangan Sang Pemeriksa Ilahi itu kapan saja. Tidak ada orang yang bisa menunda kedatangan Yesus kembali. Tuhan menyatakan kepada pelayan jemaat itu bahwa Ia kaan datang seperti pencuri. Biasanya pencuri tidak memberitahu bahwa ia akan datang. Ia hanya memperhatikan pemilih rumah dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Namun, Yesus, berusaha untuk menggoncang hamba Allah ini, dan mau melihat apakah ia sudah terlatih dan bangun pada saat melaksanakan pelayanan sebagai penjaga jemaatnya. Kedatangan Kristus akan terjadi lebih cepat daripada yang kita duga.

Peringatan ini adalah janji yang kelima dari Wahyu Yohanes berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali. Tujuan peringatan ini adalah untuk membangunkan pemimpin jemaat yang mati dan menyiapkannya untuk pelayanan di jemaatnya yang sudah mati.

Tidak seorangpun tahu apakah ia akan bangun dari tidurnya atau apakah ia akan bisa sampai dengan selamat di rumah setelah perjalanannya hari itu. Namun bukan hanya ada jam kematian untuk kita masing-masing, karena ada juga saat akhir jaman dimana perputaran dunia kita akan berhenti.

Ada ketidakpastian dan ketidakperdulian yang besar dari sisi sang penjaga dan pelayan jemaat yang melebihi tingkat kewasapadaan di dalam gereja. Tuhan bukan sekedar bicara ketika ia mengatakan, “Umat-Ku binasa karena kurangnya pengetahuan.” Kegagalan atau ketidakmauan untuk menantikan dan mencari Kristus, yang akan datang segera, sudah begitu berkembang luas di seluruh dunia.

Bahkan sekarang ini, kepadatan penduduk yang berlebihan, polusi udara, tanah dan air, kurangnya bahan mentah dan juga adanya permasalahan yang terus berkemban di Timur Tengah karena banyak usaha penyelesaian masalah mengenai Yerusalem yang gagal, menyebabkan hanya sedikit orang Kristen yang sungguh-sungguh waspada dan berjaga-jaga.

Hari ini, televisi bisa menyiarkan secara langsung ke ruangan kita laporan saksi mata tentang bencana alam dari seluruh penjuru dunia. Konferensi dari para kepala negara dan ilmuwan yang tidak juga ada membawa hasil seharusnya mendorong kita untuk berdoa bagi seluruh dunia. Dunia sudah menjadi desa global dimana kita saling bertanggungjawab secara rohani satu kepada lainnya. Lebih dari dua pertiga populasi dunia belum mengenal Yesus atau Injil-Nya. Bisakah kita tidur dengan tenang ketika hanya kita sendiri yang hidup secara rohani, sementara begitu banyak orang di mana-mana mati secara rohani? Mari kita berdoa untuk pertobatan dunia dan kebangunan rohani dunia, dan agar pemberitaan Injil terjadi di semua benua yang ada. Milyaran orang mati secara rohani. Kita sudah diberi kepercayaan untuk membagikan hidup Yesus kepada orang-orang lain dan membangunkan banyak orang dari kematian rohani mereka.

Panggilan ini juga berlaku untuk gereja-gereja dimana orang Kristen menjadi minoritas dan sering direndahkan dalam dunia dimana Islam berkembang. Mari kita meminta agar Tuhan membangunkan gereja-gereja yang tidak bisa berkembang, diliputi ketakutan dan juga dianggap rendah. Kita juga harus berdoa untuk gembala dan pemimpin gereja-gereja itu, meminta agar mereka melakukan tanggungjawabnya dengan serius menjadi penjaga-penjaga jemaat di dalam lingkungan Islam, dan bukannya berpindah ke luar negeri atau mengasingkan diri dari lingkungan mereka.

Beberapa pemimpin gereja berusaha untuk memilih jalan yang paling sedikit tantangannya. Mereka mencoba membangun persahabatan dan rekonsiliasi di antara agama-agama yang ada. Mereka tidak melihat bahwa hal yang demikian selalu dimulai dengan bunuh diri massal secara rohani, membunuh sisa-sisa jemaat yang masih hidup di dalam jemaat mereka. Tanpa Dia yang disalibkan dan bangkit tidak akan ada kebenaran, damai dengan Allah dan kehidupan kekal.

DOA: Kami berterima kasih kepada-Mu, Juruselamat yang hidup, yang memberdulikan orang-orang berdosa yang mati secara rohani, karena Engkau tidak membuang bintang pelayan jemaat di Sardis, tetapi memelihara dia, mendiagnosa keadaannya, dan memerintahkan dia untuk bangun dan menguatkan mereka yang hampir mati secara rohani. Tuhan, hidupkanlah di jaman ini semua hamba-Mu yang sedang menuju kematian rohani. Jangan biarkan juga kami menghakimi, tetapi biarlah kami menguji diri kami sendiri dahulu, dan bertobat demi anugerah-Mu yang besar dan penuh kebaikan.

PERTANYAAN:

  1. Apakah lima perintah yang dipakai Tuhan untuk membangunkan gembala yang mati secara rohani itu?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 10:48 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)