Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 028 (Does Christ dwell in your heart? The “Amen” in the prayers of Paul)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 2 - Doktrinal theologi dari Rasul Paulus Agar anggota jemaat dari golongan Semit dan golongan Yunani-Romawi bisa hidup bersama dalam kesatuan (Efesus 2:1 – 3:21)

Apakah Kristus Berdiam di dalam hati anda? (Efesus 3:17-19) “Amin” di dalam doa Paulus (Efesus 3:20-21)


Efesus 3:17-21
“Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”

Paulus melanjutkan doanya ketika ia berada di dalam penjara. Sang rasul memintakan kuasa Roh Kudus untuk orang-orang kudus di Efesus, dan juga untuk semua orang Kristen yang ada di antara segala bangsa. Roh Allah akan membangun persekutuan jemaat gereja yang hidup, dimana kuasa dari Bapa surgawi akan bekerja secara ajaib.

Permohonan dari sang pejuang doa itu mengakui bahwa Roh Bapa juga adalah Roh Anak. Tempat dimana Roh Kudus berdiam di dalam kehidupan seseorang yang percaya kepada Kristus juga adalah tempat dimana Yesus akan berrdiam. Pernyataan iman ini adalah pernyataan yang sangat luar biasa! Juruselamat dunia, Raja di atas segala raja, Dia yang dihina dan disalibkan tetapi yang juga adalah Tuhan atas segala kemuliaan berkenan untuk tinggal di dalam kehidupan anda dan saya—sampai selamanya! Untuk memahami kebenaran ini perlu ketenangan, perenungan, iman dan ucapan syukur. Siapakah kita sehingga anak Allah berkenan untuk berdiam di dalam kehidupan kita? Memang, Dialah yang sudah membasuh kita dengan darah-Nya dan menguduskan kita dengan Roh-Nya, sehingga kita bisa menerima Dia. Akan tetapi, kita sebenarnya hampir hanya bisa mengatakan seperti Petrus, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa!” (Lukas 5:8). Namun Yesus masuk, dengan kasih dan kesetiaan-Nya, ke dalam kehidupan semua orang yang bertobat. Ia tetap berada di dalam kehidupan mereka dan membawa mereka masuk menjadi anggota tubuh rohani-Nya. Kita hanya perlu mengucapkan syukur dan menyembah Dia atas kehendak-Nya itu, karena kita sebenarnya tidak layak menerimanya! Anugerah-Nya jauh lebih besar dibandingkan dengan pemahaman kita.

Roh Kudus menciptakan di dalam kita iman dan kepercayaan sehingga kita bisa menerima Yesus. Roh Bapa dan Roh Anak adalah kehidupan kekal Allah. Dan Kristus mati agar kita bisa mendapat bagian di dalam kehidupan itu. Memang dosa-dosa kita sudah membuat kita layak menerima kematian dan hukuman kita, namun darah Yesus Kristus sudah membawa terang ke dalam kehidupan kita, dan mencurahkan kehidupan yang kudus kepada kita (Yohanes 3:15-16, 36; 5:24-25; 10:27-28). Berdiamnya Kristus di dalam kehidupan seorang berdosa menjadi tanda awal kehidupan kekal di dalam kehidupan orang itu. Ia akan memulai bernafas secara rohani, yaitu dengan berdoa, dan kemudian memulai suatu kehidupan yang baru. Tanpa Yesus manusia mati secara rohani; namun dengan Yesus orang itu sudah bangkit dari kematiannya (1 Yohanes 5:11-13).

Iman ini bukan hanya sekedar teoritis saja, tetapi diwujudkan di dalam cara yang praktis. Dimana Roh Yesus masuk ke dalam kehidupan seseorang, maka di sana kasih Allah akan mulai memimpin, memotivasi dan menggerakkannya. Paulus menuliskan, “karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5b). Semua orang Kristen perlu menghafalkan kalimat ini dan mempraktekannya di dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu lagi bermimpi tentang kasih Allah yang jauh; bahkan, kasih ini sudah menjelma di dalam kehidupan semua orang yang mengasihi dan percaya kepada Yesus, dan yang menikmati firman bagaikan mereka menikmati makanan setiap hari mereka.

Paulus menulis kepada para pemimpin jemaat gereja rumah di Efesus bahwa mereka harus tetap berakar di dalam kasih Allah, sebagaimana pohon berakar ke tanah yang subur. Mereka harus tetap berpegang teguh kepada kesetiaan Kristus, sama seperti rumah yang dibangun di atas batu. Pada akhirnya bukan teologi teoritis atau sekedar pemahaman Alkitab yang menjadi bukti dan buah dari iman yang benar, namun pelayanan praktis wujud kasih itulah yang dilakukan dengan kuasa Kristus.

Barangsiapa hidup, mengasihi dan memuji Allah di dalam lingkup tindakan rohani yang demikian, akan mulai bisa merasakan keluasan dan kebesaran gereja Kristus. Namun yang luar biasa, baik Yesus maupun para rasul sendiri tidak pernah membangun gedung gereja. Mereka tidak pernah mengambil bagian dalam proyek pembangunan demikian, ataupun mengumpulkan material untuk membangun sebuah katedral. Namun, mereka mendirikan banyak gereja, baik yang kecil maupun yang besar, dan meneguhkan bait rohani dari Allah Tritunggal. Lebar, panjang, dalam dan tinggi dari bangunan rohani ini terbentang di hadapan Paulus ketika ia sedang memuji Bapa dari Tuhan Yesus Kristus, dan ketika ia sedang menaikkan syafaat untuk para pemimpin jemaat di propinsi Asia itu.

Bait suci rohani ini tidak dibangun menurut ukuran meteran atau menggunakan hiasan emas, dan tidak pernah kosong. Namun, bait rohani ini dipenuhi dengan orang-orang yang kehidupannya sudah menyatakan kasih Kristus. Dengan demikian Tuhan di atas segala tuhan itu sebenarnya sedang melakukan revolusi hukum, dimana Ia sedang menetapkan sebuah “hukum yang baru”, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35). Semua orang yang membaca pengajaran Yesus di dalam Perjanjian Baru akan menemukan lebih dari seribu perintah dan empat ribu pernyataan yang bersifat perintah yang mengikat. Tuhan merangkumkan semua perintah dan hukumnya itu dalam satu kalimat ketika Ia mengatakan, “Kasihilah sesamamu seperti Aku mengasihi kamu.” Dengan pernyataan itu, Ia sudah menjadikan diri-Nya sebagai patokan untuk kehidupan dan keberadaan kita. Semua perintah itu bisa meremukkan diri kita, karena siapakah yang bisa mengasihi semua kerabat, semua sahabat dan bahkan semua musuh sebagaimana Yesus mengasihi para murid-Nya, dan mengasihi umat-Nya yang keras kepala dan pemberontak? Hakekat alamiah kita adalah orang-orang yang egois, dan menghendaki agar segala sesuatu berpusat kepada diri kita. Namun, seseorang yang sudah mengasihi Yesus akan diubahkan menjadi hamba yang mengasihi dan pelayan yang setia, dimana di dalam dirinya kesbanggaan pribadinya menjadi semakin mengecil, sementara kekuatan kasih karunia Ilahi akan menjadi semakin besar di dalam hidupnya. Semakin kita mempraktekkan apa yang diperintahkan Yesus kepada kita, maka kita akan semakin bisa mengenal Dia dan kasih-Nya yang tak berkesudahan yang melampaui pemahaman akal budi kita.

Lebih dari itu, semua orang yang memperhatikan permohonan terakhir di dalam doa rasul itu—supaya para pemimpin jemaat dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah—akan mendapati dirinya seringkali berada dalam kegelisahan. Siapa yang berani mengatakan bahwa Allah, di dalam seluruh kepenuhan kekudusan dan kemuliaan-Nya, berdiam di dalam dirinya? Ingat sebuah pepatah yang mengatakan, “Tiada gading yang tak retak!”

Namun Paulus menyadari apa yang dimohonkannya bagi gereja. Seluruh sifat Bapa di surga berdiam di dalam Anak-Nya Yesus Kristus, yang sebagai Imam Besar pernah berdoa, “segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku!” (Yohanes 17:10). Kemudian mengenai hal itu juga Ia menyatakan, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Matius 28:18). Sebelumnya Ia juga pernah mengatakan, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku” (Matius 11:27; Yohanes 3:35). Dengan penuh kepastian Ia pernah mengatakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa!” (Yohanes 14:9). Kemudian Ia juga mengatakan, “Bapa di dalam Aku!” (Yohanes 14:10-11). Pernyataan itu ditegaskan dengan penjelasan-Nya, “Aku dan Bapa adalah satu!” (Yohanes 10:30). Semua penegasan Yesus itu menjadi kesaksian bahwa seluruh kepenuhan keilahian bisa berdiam di dalam kehidupan manusia (Kolose 2:9-10). Karena itu, masuk akal dan benar sekali bahwa sang rasul meminta sifat Bapa di surga untuk berdiam dan dinyarakan di dalam kehidupan anak-anak-Nya. Dan kita juga bisa dengan sangat jelas melihat kesaksian-kesaksian dari para rasul lainnya,

Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5b). “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7). “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14; 5:9). “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1 Petrus 4:14). “Kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dengan kuasa Allah, di dalam sukacita Allah” (2 Korintus 6:4, 7; Roma 5:11). “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Matius 5:3, 10; Roma 14:17). “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan” (Kolose 1:27). “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yohanes 14:23).

Barangsiapa merenungkan beberapa ayat pilihan itu, lalu percaya dan mengucap syukur atasnya, akan bisa mengatakan: Kalau Kristus hidup di dalam hati kita, maka Ia berdiam di dengan kepenuhan keilahian –dalam kehidupan manusia! Kita sendiri tidak akan bisa menjadi bait Allah, tetapi kehadiran Kristus di dalam kehidupan itulah yang menjadi harta dan keuntungan bagi kita.

Hati dan pikiran kita pasti tidak akan memahami sepenuhnya kenyataan bahwa Yesus dan Bapa-Nya akan bersama-sama berdiam di dalam kehidupan kita. Kita bukanlah siapa-siapa, tetapi Allah Tritunggal yang rendah hati itu begitu mengasihi kita sehingga Ia bertindak mengatasi kesia-siaan dan kehinaan manusia. Di dalam Roh dan dengan iman, Dia mengalahkan kelemahan kita dan membuat kita menjadi anak-anak-Nya.

Tuhan tidak memiliki kehendak untuk menciptakan orang-orang yang egois secara rohani. Doa Rasul Paulus bukan ditulis hanya untuk satu orang pemimpin jemaat, tetapi ditujukan kepada orang dengan bentuk kata jamak—artinya bagi kita semua. Kepenuhan keilahian Kristus tidak dinyatakan di dalam diri orang-orang percaya sebagai pribadi, tetapi di dalam persekutuan orang-orang kudus, dalam menguatkan sukacita di dalam, jemaat, dan di dalam tindakan kasih yang dilakukan oleh banyak orang tanpa banyak berbicara. Di beberapa sekolah Yahudi diajarkan bahwa seluruh sifat Allah itu secara bersama-sama menjadi kemuliaan-Nya. Setiap nama, gelar atau sifat-Nya adalah pancaran dari keagungan-Nya yang tak berkesudahan. Ini berarti: dimanapun kasih, sukacita, perkenanan, kesabaran, kuasa dan kebenaran-Nya menjadi nyata di dalam kehidupan seseorang di dalam jemaat, maka di sana juga kepenuhan keilahian akan mulai bersinar. Tempat dimana beberapa sifat itu mulai nampak selama beberapa waktu menjadi tempat dimana suasananya tidak lagi bersifat duniawi, tetapi suasana surgawi. Sebagian besar tempat-tempat yang demikian berkaitan erat dengan pembacaan Alkitab yang dilakukan secara tetap, disertai dengan doa baik yang dinaikkan secara pribadi maupun di dalam persekutuan. Hal itu juga disertai dengan pengakuan yang jujur akan kesalahan dan dosa, dan juga adanya kesiapan untuk saling mengampuni. Kehidupan rohani, kasih dan pujian dari “orang-orang percaya kepada Kristus” adalah “cahaya yang menyala” dari kehadiran kepenuhan kasih karunia Allah. Rasul Yohanes menyusun penjelasan tentang rahasia ini dalam sebuah kalimat yang luar biasa, “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:16). Di dalam kesunyian pemenjaraannya, Paulus tidak bisa melakukan apapun selain berdoa agar kepenuhan Allah bisa menjadi nyata dan nampak di antara para pemimpin jemaat di Efesus. Doa syafaat ini juga mencakup jemaat dari semua orang percaya yang memulai doanya dengan kalimat “Bapa kami.”

“Amin” di dalam doa Paulus (Ef. 3:20-21)

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin”

Paulus tahu dan mengakui bahwa semua yang kita lakukan dan pikirkan tidaklah sempurna, dan pengetahuan yang kita miliki sangatlah terbatas bagaikan terselubungi oleh kabut yang tebal (1 Korintus 13:9-12). Namun, kejujuran ini sama sekali tidak menghalanginya untuk percaya kepada Yesus yang mulia, dan percaya bahwa Ia akan menjawab doanya sehingga ia melanjutkan doanya itu dan ia melanjutkan dengan pernyataan yang melampaui kemampuan bahasa manusia, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:26-27). Dalam pemahaman inilah Paulus percaya dan mengaku di dalam doa-Nya bahwa Bapa Tuhan Yesus Kristus akan turut bekerja di dalam kuasa-Nya di dalam kelemahan, keterbatasan dan pemenjaran rasul-Nya. Melalui karya Allah di dalam kehidupan Paulus, keseluruhan kepenuhan keilahian itu diteguhkan juga di dalam kehidupan para pemimpin jemaat.

Karena jaminan ini Paulus berdoa agar Bapa akan dimuliakan di dalam jemaat di Efesus, dan juga di semua gereja rumah yang tersebar di seluruh propinsi Asia, karena dengan itu maka kasih dan pengharapan akan bertumbuh di dalam kehidupan orang-orang kudus. Dan apabila setelah semua syafaat dan iman itu jemaat-jemaat menjadi lemah, dianiaya ataupun tidak ada lagi, sang rasul akan tetap berpegang kepada Yesus. Ia berdoa agar Bapa dimuliakan di dalam Anak-Nya, karena tidak cukup bahwa Bapa dimuliakan hanya di antara manusia saja. Kemudian, rahasia tentang keselamatan dan jemaat tidak lagi terikat kepada waktu atau keadaan tertentu saja, tetapi jauh menjangkau sampai kekekalan. Kemuliaan kasih Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus serta anak-anak-Nya tidak akan pernah berakhir, dan akan terus ada sampai kekekalan.

Di akhir dari doanya, sang rasul mencantumkan satu kata singkat—“Amin”—seolah-olah ia memeteraikan doanya itu. Dalam bahasa Semitis kata itu memiliki makna, “aman, pasti, damai, dan dijamin akan terlaksana!” Dengan itu sang rasul yang terpenjara itu berpegang kepada kedaulatan, kemahakuasaan dan kesetiaan dari “Bapa segala kemuliaan” dan “Tuhan Yesus Kristus,” yang terus berada di dalam cahaya keagungan. Penjara dan penjaga-penjaganya mewakili kenyataan-kenyataan duniawi; namun, kenyataan yang lebih besar daripada itu adalah berdiamnya Tuhan surgawi di dalam hatinya, yang jauh lebih besar daripada semua kenyataan lahiriah yang ada di sekitarnya. Roh Kudus berbisik kepadanya, “Tuhan hidup dan melakukan lebih besar daripada yang bisa engkau mintakan atau pahami. Amin!”

Pertanyaan:

  1. Bagaimanakah Kristus berdiam di dalam hati orang-orang percaya?
  2. Bagaimanakah kepenuhan keilahian itu berdiam di dalam kehidupan manusia?
  3. Apa makna kata “Amin” yang menjadi kata penutup dari doa Paulus?
  4. Hafalkanlah doa Rasul Paulus dan naikkanlah doa itu sebagai doa pribadi anda:

Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
yang dari pada-Nya
semua turunan yang di dalam sorga
dan di atas bumi
menerima namanya.
Aku berdoa supaya Ia,
menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu
oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
sehingga oleh imanmu Kristus
diam di dalam hatimu
dan kamu berakar serta berdasar
di dalam kasih.
Aku berdoa, supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami,
betapa lebarnya dan panjangnya
dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi
di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Bagi Dialah, yang dapat melakukan
jauh lebih banyak
dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa
yang bekerja di dalam kita,
bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat
dan di dalam Kristus Yesus
turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin
(Ef. 3:14-21)

Ujian Kedua:

Ujilah pengetahuan anda:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan renungan dari surat Efesus

1. Apa yang kita pelajari dari doa paulus untuk jemaat di Efesus?

2. Bagaimana kita bisa mengenal Allah dengan benar?

3. Apa makna dari istilah “Bapa yang mulia?”

4. Mengapa kita tidak boleh langsung percaya kepada semua wahyu?

5. Apa saja warisan orang-orang kudus di dalam Kristus?

6. Mengapa pengharapan kita penuh dengan kemuliaan?

7. Apakah rahasia dari kuasa Allah?

8. Bagaimana kuasa Allah menjadi nyata kehebatannya di dalam gereja kita?

9. Kapankah kuasa Allah secara khusus nampak di dalam Yesus? Apa maknanya bagi kita?

10. Bagaimanakah Kristus menjadi Tuhan atas segala tuan, bahkan ketika para utusan-Nya sedang dianiaya dan bahkan dibunuh?

11. Apa yang terkandung dalam nubuat di dalam Mazmur 110:1?

12. Bagaimanakah Tuhan Yesus menjadi Kepala gereja-Nya?

13. Bagaimana penringnya berdiamnya kepenuhan Allah di dalam gereja Yesus Kristus?

14. Siapakah orang-orang yang mati rohani di jaman sekarang ini?

15. Mengapa manusia sering tidak perduli kalau mereka melakukan dosa?

16. Bagaimana kita bisa melindungi diri kita dari kelicikan dan dusta Iblis?

17. Bagaimanakah Yesus membebaskan kita dari kekuasaan Iblis?

18. Bagaimanakah jahatnya manusia?

19. Apa yang bisa menyelamatkan kita dari murka Allah?

20. Bagaimanakah seseorang bisa dibebaskan dari dosanya?

21. Apa perbedaan antara fakta obyektif keselamatan dan penerapan subyektif keselamatan itu sendiri?

22. Bagaimana anda tahu kalau Allah mengasihi manusia berdosa?

23. Apa makna kebangkitan dan kenaikkan Yesus ke surga bagi para pengikut-Nya?

24. Mengapa tidak ada manusia yang bisa diselamatkan melalui apa yang disebut “perbuatan baik?”

25. Bagaimana Paulus bisa mengatakan bahwa “perbuatan baik” dari orang-orang kudus sudah direncanakan oleh Allah sebelumnya?

26. Bagaimana kita bisa mengakui bahwa “Yesus adalah damai sejahtera” kita?

27. Apakah yang memisahkan pemikiran keagamaan yang dangkal di kalangan orang-orang Kristen Yahudi dan yang bukan Yahudi di jaman ini?

28. Bagaimana Yesus menyatukan kedua kelompok itu?

29. Apakah rahasia tersembunyi dan jalan keluar yang disediakan oleh Allah yang mahakuasa?

30. Bagaimanakah Allah menggenapi dan menyatakan rancangan keselamatan dari-Nya?

31. Mengapa kita bisa menyebut Allah yang Mahakuasa sebagai Bapa kita?

32. Kuasa apa yang dimintakan oleh Paulus di dalam doanya untuk jemaat-jemaat?

33. Bagaimanakah Kristus berdiam di dalam hati orang-orang percaya?

34. Bagaimanakah kepenuhan keilahian itu berdiam di dalam kehidupan manusia?

35. Apa makna kata “Amin” yang menjadi kata penutup dari doa Paulus?

36. Hafalkanlah doa Rasul Paulus dan naikkanlah doa itu sebagai doa pribadi anda!

Siapa saja yang bisa menjawab 28 pertanyaan dengan benar akan menerima secara gratis satu buku yang dirancang untuk pertumbuhan rohani dan penguatan. Kalau anda berada di Eropa, silahkan kirimkan ke alamat di bawah ini:

EUSEBIA – Missionsdienste,
Postfach 15 01 03, D- 70 075 Stuttgart

Waters of Life
Postfach 60 05 13, D-70 305 Stuttgart
Germany

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 24, 2018, at 03:38 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)