Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 025 (The spiritual naturalization of the apostle)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 2 - Doktrinal theologi dari Rasul Paulus Agar anggota jemaat dari golongan Semit dan golongan Yunani-Romawi bisa hidup bersama dalam kesatuan (Efesus 2:1 – 3:21)

Naturalisasi rohani sang rasul (Efesus 2:19-22)


Efesus 2:19-22
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh."

Paulus, baik sebagai konselor rohani maupun seorang yang belajar hukum Taurat, sampai kepada kesimpulan rohani dan hukum mengenai diskusi yang sudah dipelajarinya itu. Ia bukan hanya menjelaskan tentang bagian-bagian penting di dalam kehidupan iman, tetapi juga bisa memberikan tulisan yang sangat menolong bagi rekan-rekan sekerjanya. Dengan tulisan itu ia bisa mengajarkan kepada gereja-gereja rumah tentang hak yang baru mereka dapatkan beserta dengan tanggungjawab rohaninya.

Kepada orang-orang Kristen Yahudi ia mengatakan, kamu bukan lagi sekedar menjadi tamu atau orang asing yang menumpang di propinsi Asia ini, akan tetapi kamu sudah menerima hak kewarganegaraan bersaama-sama dengan orang-orang kudus di surga dan di bumi. Ia mengajar kepada orang-orang Kristen yang bukan berasal dari bangsa Yahudi bahwa mereka bukan lagi sekedar menjadi “orang-orang asing” di dalam sinagoga-sinagoga Yahudi, yang hanya hadir untuk menyalakan lampu lalu duduk diam dan hanya menjadi “pendengar” saja dalam semua diskusi yang terjadi. Namun, mereka juga sudah diterima, kapan saja dan sampai selamanya, ke dalam keluarga Allah sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan melalui darah dan Roh Kristus.

Sebagai tambahan untuk semua janji yang bersifat legal itu, sang rasul juga menjelaskan kepada kedua belah pihak bahwa keduanya tidak ditetapkan untuk mendorong kemajuan filsafat atau hak-hak demokratis meeka sendiri. Namun, mereka hsrus bertumbuh secara rohani di bawah kerangka pikir tulisan para nabi terdahulu dan para rasul yang sudah datang ke tengah-tengah mereka. Semua gagasan yang berbeda dengan hal itu akan menjadi bagian di luar gereja dan tidak memiliki bagian di dalam jemaat. Dan juga, Tuhan Yesus Kristus sendiri menjadi dasar yang memelihara semua jemaat yang benar. Ia menjadi batu penjuru yang juga menjadi puncak tertinggi dari semua pengajaran, perbuatan dan doa. “Di dalam Dia” saja kita bisa memiliki kuasa dan kemenangan.

Pada saat yang sama, gereja bukan hanya keluarga Allah, tetapi juga bait dimana Roh Kudus berdiam dan bekerja. Bangunan rohani ini tidak akan pernah selesai dibangun dan masih belum lengkap detailnya. Setiap generasi menambahkan sesuatu kepada bait rohani ini di dalam kuasa Roh Kudus. Di dalam proses pembangunan ini setiap jiwa menjadi satu batu yang dengan tepat menempati posisinya dan saling berkaitan dengan semua batu-batu lainnya. Hanya dengan itu maka tidak akan ada batu yang runtuh ketika ada gempa bumi, dan akan tetap bisa bertahan menghadapi hujan badai yang melanda.

Rahasia dari bait yang kudus ini terletak kepada kenyataan bahwa perkembangannya terjadi di dalam Tuhan. Di alam dirinya sendiri perkembangan itu bahkan mustahil terjadi, dan hanya ada oleh dan di dalam sang Pencipta, Hakim dan Juruselamat yang berdiam dan bekerja di dalam setiap “batu yang hidup” itu. Di Efesus sangat penting bahwa orang-orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi saling berkaitan dengan erat menyatu di dalam Tuhan, dan kemudian bersama-sama menjadi bait kediaman bagi Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Seluruh kepenuhan keilahian juga mau berdiam dan bekerja di antara jemaat-jemaat (Kolose 2:9-10).

Barangsiapa mengambil waktu hari ini untuk merenungkan bagaimana seharusnya keadaan gereja dan bagaimana gereja menjadi lebih hidup, akan mendapati bahwa prinsip-prinsip di dalam surat Efesus menjadi pelajaran yang sangat berguna baginya. Kalau tidak, maka ia akan membangun rumahnya di atas pasir. Barangsiapa berpikir bahwa tarian doa, ritual atau gaya meditasi dari India bisa menghidupkan kerohanian gereja, ia sangat keliru karena ia tidak mengenal roh-roh yang melawan Kristus dari agama-agama yang tidak mengenal Kristus. Dalam pandangan Allah yang hidup, jika dosa tidak dipahami dan diakui, dan dimana darah Yesus Kristus tidak diterima sebagai satu-satunya cara pembasuhan hati, maka tindakan keagamaan yang keliru akan merajalela dan disertai dengan berbagai ketenangan palsu serta kedamaian semu yang tidak berdasarkan Alkitab (Kisah Para Rasul 2:38-40).

Doa: Bapa surgawi, kami menyembah Engkau, karena Engkau sudah meruntuhkan tembok pemisah antara orang Kristen Yahudi dengan orang Kristen bukan Yahudi melalui kematian Anak-Mu Yesus. Sehingga kami bisa menghadap ke hadirat-Mu melalui anugerah-Mu. Melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus, Engkau menjadikan kamu sebagai batu untuk membangun jemaat-Mu, menjadi bagian dari Bait Suci-Mu dan anggota keluarga-Mu. Kami bukan siapa-siapa dan Engkaulah segala-galanya! Biarlah bangsa kami juga datang datang dan bertobat sehingga mereka dipulihkan, dan mereka bisa hidup di dalam Engkau, mengasihi Engkau dan memuliakan-Mu. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apakah yang memisahkan pemikiran keagamaan yang dangkal di kalangan orang-orang Kristen Yahudi dan yang bukan Yahudi di jaman ini?
  2. Bagaimana Yesus menyatukan kedua kelompok itu?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 23, 2018, at 02:35 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)