Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 010 (A short digression: Jewish Christian hopes regarding the Coming of the Messiah)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
A - Sebuah doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-15)

Pelajaran tambahan singkat: Pengharapan orang Kristen Yahudi tentang Kedatangan Mesias


Rasul Paulus menjelaskan kerinduan berabad-abad dari orang-orang Yahudi mengenai kedatangan Mesias yang dijanjikan, sebagai salah satu dari pengharapan yang paling menonjol. Orang-orang Kristen Yahudi di Efesus memahami tentang nubuat-nubuat itu dan bisa membicarakan tentang hal itu di dalam pertemuan-pertemuan di rumah mereka. Banyaknya janji di dalam 39 kitab Perjanjian Lama menghasilkan banyak penekanan untuk pengharapan mereka.

Janji-Janji mengenai Kerajaan Mesias di Dunia ini

Nubuat di dalam Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesias sebagai Raja dan Penguasa, mengandung aspek yang berkaitan dengan dunia dan yang berkaitan dengan kehidupan rohani, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yesaya 9:5,6; lihat juga 2 Samuel 7:12-14a; Mazmur 2:7-9; 97:1; Yesaya 11:1-5; 33:17; 60:1-3; Yeremia 33:15-17; Daniel 7:13-14; Mika 5:2; Zakharia 2:11-12; 6:12-13; 14:9). Menurut nubuat-nubuat itu, Mesias bisa diharapkan sebagai Raja yang bersifat politis maupun rohani, yang akan menegakkan kembali Kerajaan Daud di dunia ini.

Menurut semua janji itu, tanda yang sangat penting dari Mesias adalah kenyataan bahwa Ia, di masa yang akan datang, akan membawa kembali dari perbudakan anak-anak Yakub yang sudah terserak dan tercerai-berai, kembali ke tanah leluhur mereka. Sekarang, orang-orang Yahudi Ortodoks meyakini bahwa sebagian dari kaum Yahudi Diaspora sudah kembali ke Tanah Perjanjian, yang menandakan akan datangnya sang Mesias. Tuhan dan Raja mereka sendiri yang akan membawa semua sisa bangsa itu kembali ke tanah mereka. Namun, nabi Yesaya mendengar sendiri bagaimana TUHAN berfirman kepada sang Mesias, “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi” (Yesaya 49:6). Di kalangan orang-orang Yahudi Ortodoks jaman ini, ayat ini tidak terlalu disukai, karena ayat ini tidak membatasi karya keselamatan dari sang Mesias hanya kepada orang-orang Israel saja, tetapi menawarkannya kepada semua bangsa juga. (Yesaya. 11:11-16; 35:8-10; 43:5-7; 49:9-12; 60:3-9; Yeremia 30:10, 16; 31:8-14; Yehezkiel 37:21-27; Zakharia 8:7-8).

Menurut nubuatan di dalam Perjanjian Lama, Mesias akan memerintah di Yerusalem dan membuat kota ini menjadi pusat yang sangat penting bagi seluruh dunia, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda... ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi” (Zakharia 9:9-12, bagian di atas dari ayat 9-10b; lihat juga Yesaya 4:2-6; 11:1-5, 9; 33:20-22; 62:6-7; Yeremia 3:16-17; 31:1-7, 23; Yehezkiel 40:1-43; Zakharia 12:8).

Harapan terhadap pemerintahan sang Mesias sebagai raja akan berkaitan langsung dengan sangat erat kepada pembaharuan yang terjadi di antara bangsa Israel. Akan etapi, hanya “sisa yang kudus” yang berjumlah sedikit saja yang akan hidup di dalam Kerajaan sang Mesias. Sebagian besar dari bangsa Israel akan mengeraskan hati mereka, dan sebagai akibatnya, akan dibinasakan oleh penghakiman Allah. Bagi orang-orang itu, nubuatan ini terlaksana, “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung” (Zakharia 12:9-14, bagian di atas dari ayat 10; lihat juga Yesaya 6:9-13; 10:20-21; 44:3; Yeremia 31:31-34; 33:14-17; Yehezkiel 36:26-32; 37:1-28; 39:29; Yoel 3:1-5; Amos 9:11; Zakharia 4:6). Kenyataan bahwa mereka akan melihat Mesias “yang telah mereka tikam” juga dituliskan oleh rasul Yohanes, dan menjadi salah satu bagian yang sangat penting dari Wahyu Kristus (Wahyu 1:7).

Di dalam Kerajaan Mesias, sisa yang akan dipulihkan itu akan menjalani peran sebagai para imam di antara bangsa-bangsa di dunia, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel” (Keluaran 19:5-6; lihat juga Ulangan 7:6; Yesaya 4:3; 6:1-13; 61:6,7; Zakharia 8:13). Kita memahami bahwa penggenapan sebagian dari nubuat ini sudah terjadi di antara para Rasul Yesus Kristus, yang menjadi para raja dan imam seturut dengan perkaraan ini.

Suatu era baru dari missi dunia dimulai dengan kedatangan sang Mesias, “Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung rumah TUHAN akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Mikha 4:1-2; lihat juga Yesaya 11:10; 42:6-7; 49:6,23; 55:5; 60:3; 66:19; Yeremia 16:19-21; Zakharia 2:11; 8:20-23; 14:16-19). Namun, karya firman Allah di seluruh dunia ini dipahami oleh beberapa orang Yahudi sebagai perluasan dari pengaruh Hukum Taurat Musa beserta dengan 613 perintah dan larangannya.

Pemerintahan damai sejahtera dari sang Mesias akan menjadi akhir peperangan politis yang terjadi di antara bangsa-bangsa, “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yesaya 2:4; 9:4-5; 11:13).

Perkembangan kosmik dan perubahan iklim di Tanah Suci akan menolong bumi untuk menjadi lebih bermandaat, “Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya, supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya” (Yesaya 41:18-20; lihat juga Yesaya 4:2; 30:25; 32:15; 35:1-2, 6-7; Yehezkiel 47:7-12; Hosea 2:22-23; Amos 9:13; Zakharia 8:12). Namun beberapa orang dari pemukiman itu, tidak “melihat, mengetahui, memperhatikan dan memahami” tangan Tuhan, serta menganggap bahwa pemenuhan sebagian dari janji itu adalah karena kerja keras mereka sendiri dan hasil dari pengorbanan waktu dan energi mereka sendiri!

Pada masa pemerintahan Mesias, orang-orang yang bermukim di wilayah-Nya akan sehat dan berumur panjang, “Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk” (Yesaya 65:20; lihat juga Kejadian 15:5; Yesaya 29:18-19; 33:24; 35:4-6; Yeremia 30:17; 33:6, 22; Zakharia 8:4-6; 12:8).

Binatang-binatang juga menjadi jinak karena pengaruh roh damai sejahtera sang Mesias, dan akan hidup berdampingan dengan damai, “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak” (Yesaya 11:6-8; 65:25).

Janji-janji berkaitan dengan Pribadi Mesias

Janji-janji yang berkaitan dengan kedatangan sang Mesias sangat dikenal di antara jemaat mula-mula di Yerusalem. Ada anggota-anggota jemaat yang sampai menjual ladang dan harta milik mereka dan kemudian hidup di dalam “Kebersamaan Kristen” dimana ada saling mengasihi, penuh dengan pujian dan ucapan syukur—untuk menantikan kedatangan Tuhan dan Juruselamat yang semakin dekat. Namun, janji-janji dari Perjanjian yang Lama, itulah yang menguatkan dan memelihara harapan mereka dalam menantikan kedatangan kembali sang Mesias yang dijanjikan.

Yang Mahakuasa berfirman kepada Abraham, “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat.” Kemudian, Rasul Paulus juga menunjukkan bahwa “keturunan Abraham” itu menunjuk kepada suatu pribadi—Yesus Kristus (Kejadian 22:18; Galatia 3:16).

Yakub bersaksi di dalam berkat kepada anak-anaknya bahwa, “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda .... sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa” (Kejadian 49:10; Yesaya 2:3; Yohanes 4:22-26 dan 39-42).

Musa memberikan jaminan kepada bangsanya, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan” (Ulangan. 18:15, 18; Yeremia 23:5; Yohanes 1:21, 45; 6:14; 7:40; Kisah Para Rasul 3:22; 7:37). (Di dalam agama Islam, ayat ini sering disebut menubuatkan tentang Muhammad). Sang peramal dari bangsa yang tak mengenal Tuhan, Bileam, memberikan kesaksian, “bintang terbit dari Yakub.... dari Yakub akan timbul seorang penguasa...! (Bilangan 24:17b-19).

Raja Daud menerima dari Tuhan janji yang sangat menghiburkan, “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.” (2 Samuel 7:12-14a; Mazmur 2:7; 89:27; Lukas 1:32; Ibrani 1:5).

Di dalam Mazmur 2, TUHAN secara pribadi berbicara kepada Mesias, seribu tahun sebelum Ia dilahirkan di Betlehem, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk” (Mazmur 2:7b-9; Daniel 7:13-14; Kisah Para Rasul 13:33; Wahyu 2:27; 12:5; 19:15). Sejak masa nubuatan itu, Mesias yang akan datang itu disebut sebagai Anak Daud, yang, sebagai Raja dan Imam, akan datang dalam satu Pribadi. Di dalam pemahaman Yahudi bahkan sampai hari ini, Ia diharapkan datang sebagai Penguasa yang berkemenangan dan tak terkalahkan. (Mazmur 89:27-30; Yesaya 9:5-6; lihat juga 7:14; 11:1-5).

Kemudian, setelah pembuangan sebagian besar rakyat Yahudi ke Babel, janji Allah mengenai kedatangan sang Pembebas, Penebus dan Pemenang menjadi lebih nyata. Jangkauan penebusan bukan lagi hanya terbatas kepada bangsa Israel. Namun, sekarang hal itu menjangkau semua bangsa (Yesaya 42:1-7; 49:5-6; 51:4-5 dan ayat-ayat lain). Dengan cara yang sangat unik, penggantian dan perwakilan yang dilakukan oleh Hamba Allah untuk menanggung hukuman dari Yang Mahakuasa, baik dalam penderitaan maupun kesengsaraan-Nya, bisa dipahami sebagai tujuan utama dari kedatangan-Nya. Hal itu dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan-Nya agar kedatangan-Nya yang kedua kali bisa terjadi (Yesaya 53:1-12).

Yesaya memahami bahwa Dia yang akan datang itu tidak lain dari TUHAN sendiri. Ia menyatakan bagaimana dunia akan menyiapkan diri untuk kedatangan sang Mesias, “Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya” (Yesaya 40:3-5).

Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, panggilan untuk menyiapkan diri bagi kedatangan sang Mesias sangat sering dikumandangkan dan bersifat pribadi, “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yesaya 60:1-3).

Di dalam kitab Yesaya, Mesias yang akan datang itu memperkenalkan diri-Nya dan menyatakan rahasia tentang Pribadi-Nya (Yesaya 61:1-2, lihat juga ayat 3-5; Lukas 4:18).

Nabi Mikha mengalami nubuatan yang sangat luar biasa sekitar 750 tahun sebelumnya, mengenai tempat kelahiran dan inkarnasi sang Mesias, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mikha 5:1).

Nabi Zakharia mendapatkan penglihatan tentang sang Mesias yang masuk ke dalam kota Yerusalem (Zakharia 9:9-10).

Kedaulatan Yesus, sang Anak Manusia, beserta kuasa dan kewenangan-Nya setelah Ia naik ke surga, ditunjukkan di kepada nabi Daniel (Daniel 7:13-14; Wahyu 5:1-14).

Raja Daud melihat keagungan dari kehidupan sang Mesias, yang dituliskannya di dalam kitab Mazmur, “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun”. (Mazmur 110:1-3).

Lebih dari itu, nabi Zakharia mendengarkan perkataan yang sangat khusus mengenai kedatangan kembali sang Mesias di masa akhir jaman, “Kemudian TUHAN akan maju berperang melawan bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran. Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar.... Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia.... Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya” (Zakharia 14:3-9, bagian di atas dari ayat 3-4, 5b, 9).

Rasul Yohanes, di dalam kitab Wahyu, mengulangi kembali apa yang dituliskan oleh nabi Zakharia berkaitan dengan kedatangan kembali sang Mesias, “Maka pada waktu itu Aku berikhtiar untuk memunahkan segala bangsa yang menyerang Yerusalem." "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung” (Zakharia 12:9-10).

Menjelang datangnya masa yang baru, Yohanes Pembaptis memulai nubuatan mengenai kedatangan sang Mesias dengan perkataan yang keras, “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” (Matius 3:10-12).

Setelah pembaptisan Yesus Kristus di sungai Yordan, sang Pembaptis kemudian memahami rahasia dari Anak Maria itu. Ia kemudian membuat sebuah pernyataan yang sangat berani yang menyatakan tentang siapakah Mesias itu, “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.... Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yohanes 1:29-30, 33-34).

Semua orang yang membuat perbandingan di antara begiru banyak janji di dalam Perjanjian Lama akan bisa lebih memahami pola pikir bangsa Yahudi, dan memahami sifat serta jabatan dari Mesias yang mereka nantikan.

Sikap keras kepala bangsa Israel tidak dimulai dengan penolakan terhadap Yesus dan Rasul Paulus, tetapi sudah bisa dilihat sejak nabi Yesaya (Yesaya 6:8-13). Yesus menegaskan sikap keras kepala ini, dan kemudian mengalahkan kebutaan dan ketulian dari antara umat pilihan-Nya dengan memilih beberapa pengikut-Nya. Ia menyatakan kepada “Sisa yang kudus” itu demikian, “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya” (Matius 13:16-17).

Dengan kerinduan yang sangat besar, banyak orang Yahudi di jaman ini menantikan Mesias mereka, yang akan membawa kembali mereka semua dari antara segala bangsa di dunia dan menyatukan mereka menjadi sebuah bangsa yang kuat. Seorang Rabbi pernah mengatakan: Sang Mesias akan memasuki kota Yerusalem dengan menunggang seekor keledai kalau penduduk Kota Suci itu tidak mentaati hukum Sabat. Tetapi, kalau orang-orang Yahudi menggenapi Hukum Musa, maka sang Mesias akan datang dengan turun dalam kemuliaan melalui awan-awan di angkasa.

Namun, barangsiapa yang hari ini memberitakan kepada keturunan Yakub itu bahwa Yesus dari Nazaret yang sudah disalibkan itu adalah Mesias yang dijanjikan, Anak Allah dan Raja orang Yahudi, maka orang-orang Yahudi akan menganggap orang itu melakukan penghujatan. Sebagian besar orang Yahudi tidak sedang menantikan Anak Domba Allah, tetapi menantikan pemimpin dan pemenang yang gagah perkasa. Kedatangan yang pertama dari sang Mesias tidak mereka ketahui. Namun, kalau sebelum kedatangan yang kedua kali dari Yesus sang Mesias lalu ada “Mesias yang lain” datang dengan kekuasaan dan pengertian, maka orang-orang Yahudi akan mendengarkan dia (Yohanes 5:43; 8:42-46).

Mata dan telinga para rasul Yesus sudah dibukakan oleh Roh Kudus. Mereka bisa melihat kedatangan pertama dari sang Mesias yang “terselubung”, dan juga kedatanga-Nya yang kedua kali dimana Yesus menyatakan diri secara terbuka. Namun, perlu waktu cukup lama juga bagi mereka untuk memahami hal itu, karena hal itu tidak sesuai dengan tatanan logika, melainkan dengan tatanan rohani dan wahyu yang benar, dan para rasul itu hanya bisa memahaminya setelah mengalami perubahan yang radikal dalam cara berpikir mereka.

Apa yang dikatakan Yesus sendiri tentang Kedatangan-Nya yang Kedua kali?

Yesus Kristus memulai pelayanan pengajaran-Nya di Galilea dengan pernyataan ini, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2).

Pada awalnya orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka sangat tertarik dengan kesembuhan-kesembuhan yang dilakukan-Nya. Namun ketika menjadi jelas bahwa para tua-tua dan ahli-ahli Taurat di Yerusalem menolak Yesus, banyak yang mulai meninggalkan-Nya. Dalam keadaan seperti inilah Yesus bertanya kepada para murid-Nya, “Apa katamu, siapakah Aku?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Dengan kesaksian ini Petrus menyatakan bahwa Orang muda yang berdiri di tengah-tengah mereka, Yesus dari Nazaret, adalah Mesias yang sudah lama dinantikan, dan sekaligus juga Anak Allah. Namun, Tuhan melarangnya untuk menceritakan tentang rahasia ini (Matius 16:13-20). Setelah pembicaraan ini Yesus mulai menyiapkan para pengikut-Nya untuk penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Yesus menyatakan kepada mereka bahwa karena mengikut Dia, maka mereka juga akan mengalami penganiayaan dan kesusahan serta perlu senantiasa menyangkal diri (Matius 16:24-26).

Untuk memberikan penghiburan, harapan dan penguatan kepada mereka dalam menjalani penderitaan, Yesus menempatkan janji tentang kedatangan-Nya yang kedua kali dalam kemuliaan di depan mata mereka, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Matius 16:27; Lukas 9:26).

Sebelumnya, di dalam salah satu perumpamaan-Nya, Yesus sudah memperkenalkan beberapa prinsip mendasar tentang penghakiman terakhir yang akan terjadi pada saat Ia datang kembali, “Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka” (Matius 13:37-43; lihat juga 13:49-50).

Beberapa hari sebelum kematian-Nya di kayu salib, ketika Yesus duduk bersama dengan para murid-Nya di Bukit Zaitun dan kota yang mereka kasihi itu terbentang di hadapan mereka, Ia menubuatkan mengenai pelaksanaan penghakiman Allah, yang akan datang secara bertahap terhadap kota yang tidak mau bertobat itu (Matius 23:37-39; 24:1-36; Markus 13:1-32; Lukas 21:25-28). Ia menyatakan kepada mereka tentang tanda-tanda kedatangan-Nya yang pasti akan terjadi, agar jangan sampai mereka disesatkan oleh siapapun juga, “Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun." "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.

Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain” (Matius 24:26-31; Markus 13:24-27; Lukas 17:23-24, 37; 21:25-28).

Konsekuensi dari pengenalan akan peristiwa-peristiwa perubahan dunia ini sama bagi semua pengikut Yesus, “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Matius 24:32-44; Markus 13:28-37; Lukas 21:29-36). Yesus menantang para murid-Nya untuk senantiasa siap sedia untuk menerima kedatangan-Nya (Matius 24:42-44; 25:1-13). Barangsiapa percaya kepada kedatangan Anak Allah yang kedua kali, tidak boleh menjalani kehidupan yang malas, berdiam diri dan berpangku tangan saja. Namun, ia harus menggunakan seluruh kekuatannya bagi Yesus dan kerajaan-Nya (Matius 24:14; 25:14-30; Lukas 19:11-27).

Dalam proses persidangan di hadapan mahkamah agama Yahudi di Yerusalem, sang Imam Besar Kayafas, yang gagal dalam usah menghakimi Yesus, mengajukan pertanyaan jebakan yang sebenarnya melanggar hukum, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak!” Yesus tidak menghindar dari tantangan ini, dan dengan berdiri tegak di hadapan 71 perwakilan bangsa-Nya, Ia bersaksi, “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit” (Matius 26:63-64; Markus 14:61-62; Lukas 22:70).

Dalam jawaban yang dikuasai Roh Kudus ini, Yesus menyimpulan dua nubuat Mesianis—Mazmur 110:1 dan Daniel 7:13-14, dalam satu kalimat. Dengan itu Ia menegaskan keilahian-Nya dan kedaulatan-Nya sebagai Anak Manusia. Dengan kesaksian pribadi-Nya ini Ia secara tidak langsung memanggil para hakim yang mengadili-Nya untuk mengakui dan menyembah Dia, yang sedang berdiri di hadapan mereka dalam keadaan terikat sebagai tertuduh, sebagai Hakim dan Raja yang akan datang. Akan tetapi, Kayafas dengan cepat berseru, “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!” (Matius 26:57-68; Markus 14:53-65; Lukas 22:66-71). Dengan jawaban yang hanya satu kalimat itu, Yesus di depan hukum bersaksi tentang kedatangan-Nya kembali di atas awan-awan. Dengan itu, Ia menyatakan kepada mereka keseluruhan tujuan dari rancangan dan sejarah keselamatan Allah.

Sebelumnya Ia sudah menjelaskan mengenai kedatangan-Nya sebagai Hakim atas dunia, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.... Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya!`” (Matius 25:31-46).

Di dalam segala kerendahan hatinya Yesus bersaksi bahwa Bapa-Nya bukan hanya memberikan kepada-Nya kusa penghakiman atas segala bangsa, tetapi juga kedaulatan untuk membangkitkan orang-orang mati pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yohanes 5:25-29).

Yesus menyaksikan kepada para murid-Nya, anggota mahkamah agama Yahudi, dan kepada semua orang yang mendengar-Nya bahwa Ia akan datang kedua kali untuk menebus gereja-Nya dan melaksanakan penghakiman terakhir sebagai Tuhan dan Hakim. Dalam penjelasan-Nya Ia lebih banyak memakai gelar kehormatan sebagai “Anak Manusia.” Dengan itu Ia mengakui bahwa Bapa surgawi-Nya sudah memberikan kepada-Nya segala kuasa di surga dan di bumi untuk meneguhkan kerajaan kasih dan kebenaran-Nya.

Apa yang dituliskan oleh Paulus tentang Kedatangan Mesias untuk yang Kedua kalinya?

Paulus menuliskan kepada jemaat yang diridikannya di Korintus, “Sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Korintus 1:6-8; Filipi 1:9-10).

Kecenderungan batin dari kehidupan jemaat di Asia Kecil dan Yunani, diarahkan kepada Tuhan yang sudah bangkit dan akan datang kembali, mendasarinya dengan, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kolose 3:2-4).

Paulus menuliskan kepada jemaat yang tidak mementingkan diri sendiri, yang berada di tepi Lautan Mediterania itu, tentang apa yang akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Filipi 3:20-21).

Semua agama atau filsafat tidak berguna jika tidak bisa memberikan jawaban kepada masalah yang paling besar tentang kematian dan hidup sesudah mati. Rasul Paulus menuliskan kepada kita apa yang sudah dinyatakan Kristus kepadanya, “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:51-52).

Sang misionaris kepada bangsa-bangsa itu menghiburkan jemaatnya, yang sedang diserang oleh ketakutan akan kematian dan keraguan, dengan penjelasan yang terperinci mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali dimana ia berbicara mengenai kebangkitan semua orang mati, dan pengangkatan dari para pengikut Kristus, “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (1 Tesalonika 4:16-18).

Maut menyatakan diri bagaikan pemanen yang tak bisa dihentikan yang akan mendatangi semua manusia—untuk menebas dan mengumpulkan ikatan-ikatan gandum. Namun, Yesus dengan kekudusan dan kesucian-Nya mengalahkan sumber dan kuasa maut. Sebagai hasil dari kemataian-Nya sebagai pengganti, Ia akan membawa kita masuk ke dalam kehidupan kekal-Nya pada saat Ia datang kembali, “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya (Mazmur 110:1). Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut” (1 Korintus 15:22-26).

Lebih lagi, kedatangan Yesus di dalam kemuliaan menandakan datangnya keselamatan, pemulihan, penebusan dan “pulang ke rumah” bagi jemaat-Nya. Keberadaan rohani mereka adalah untuk membawa kemuliaan bagi Dia yang sudah tersalib dan bangkit. Pada saat yang sama, Yesus akan datang sebagai Tuhan dan Hakim, Pembalas dan Pemenang atas semua seteru Allah, “Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai” (2 Tesalonika 1:6-10).

Jangan sampai kita memiliki bayangan yang salah tentang jalan keselamatan: jalan itu terjal, penuh duri, sempit dan berbahaya. Yesus dan para rasul-Nya berulangkali memperingatkan kepada kita tentang cobaan di masa menjelang akhir jaman, “Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, .... Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. ... Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali” (2 Tesalonika 2:1-8).

Doa: Bapa surgawi, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau mengutus Anak-Mu Yesus, sebagai Mesias dan Juruselamat, ke dalam dunia cemar ini, sehingga Ia bisa menyelamatkan orang-orang yang mau diselamatkan. Kami menyembah Engkau, karena memahami bahwa Anak-Mu akan datang kembali di dalam kemuliaan dan membawa jemaat untuk bersama-sama Dia. Ia juga akan duduk sebagai Hakim pada Hari Penghakiman, dan memisahkan antara orang-orang yang mengasihi Dia dengan orang-orang yang membenci-Nya. Tolonglah kami untuk memancarkan terang-Nya bagaikan cermin di dalam dunia yang semakin gelap ini. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apa yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi Ortodoks dari Mesias yang akan datang?
  2. Apakah yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus berkaitan dengan kedatangan-Nya kembali?
  3. Bagaimanakah Rasul Paulus menjelaskan tentang kedatangan kembali sang Mesias di dalam surat-suratnya?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:55 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)