Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 008 (The merger of the universe and the church through the redemptive offering of Christ)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
A - Sebuah doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-15)

Bersatunya alam semesta dan gereja dalam tawaran penebusan Kristus (Efesus 1:9-10)


Efesus1:9-10
"Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi”

Paulus menuliskan tentang rahasia dari pernyataan yang sudah diberikan kepadanya setelah banyak berdoa dalam masa pemenjaraannya sebagai tahanan rumah di Roma. Rahasia itu menyatakan ada lima perkara yang ada di dalam rancangan keselamatan dari Tuhan:

Kehendak Allah yang tegas dan tak akan gagal, dirancang semata seturut ketetapan-Nya, dirancang di dalam Kristus sejak kekekalan, dalam rancangan waktu pernyataan keselamatan, yang akan dijalankan tepat sesuai waktu-Nya.

Bagi Paulus, apa makna lima perkara yang akan terjadi dalam rancangan keselamatan Allah itu? Pertama-tama, dalam pemikiran Semitis, kehendak Allah adalah motor dan juga kompas dari segala keberadaan. Tidak ada manusia atau roh apapun yang bisa menahan kekuatan yang begitu besar dari kehendak Allah. Apa yang sudah dijanjikan dan ditentukan oleh Yang Mahakuasa tidak perlu diragukan lagi, pasti akan terjadi, meski segala keadaan di dunia ini nampak seolah-olah melawannya. Agama Islam juga mengajarkan hal yang sama, yang menjadi meterai dan peneguhan dari semua pemikiran dan tindakan penganutnya. Dengan pemilihan anak-anak Abraham dan dilakukannya perjanjian dari TUHAN dengan bangsa yang tegar tengkuk itu di Sinai, Perjanjian lama menegaskan tentang penentuan dari segala sesuatu. Paulus sendiri dengan tegas menyatakan keyakinannya bahwa tidak ada sesuatupun di dalam kehidupannya yang terjadi kalau bukan karena kehendak Allah. Ia tidak melihat dirinya sebagai tawanan bangsa Yahudi atau bangsa Romawi, tetapi ia melihat dirinya sebagai tawanan Yesus sang Mesias, atau sebagai orang yang dipenjarakan karena Tuhan Yesus (Efesus 3:1; 4:1). Menurut pemahaman Semitis, kehendak Allah ini muncul dari ketetapan-Nya yang mandiri atau karena perkenanan-Nya. TUHAN mempertimbangkan kemungkinan pernyataan rancangan-Nya di dalam Diri-Nya sendiri. Ia tidak tergesa-gesa dalam melaksakan apa yang ditetapkan-Nya, tetapi Ia membicarakannya dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Yesus Kristus bersama-sama dengan Bapa sejak kekekalan, dan sebagai Firman Ia mengambil bagian penting dalam keputusan tentang penciptaan dunia, pemberian hukum Musa, dan dalam pelaksanaan rencana penebusan. Menurut terjemahan yang dibuat oleh Martin Luther untuk teks ini, bentuk akhir dari rancangan keselamatan ada di dalam Kristus, karena implementasi itu dikerjakan oleh-Nya.

Di zaman teknis sekarang ini, yaitu jaman yang semakin banyak dikendalikan dengan komputer, dalam tingkatan tertentu kita semakin kehilangan pemahaman akan kekekalan, akan keberadaan Allah dan perkenanan-Nya. Dengan perencanan kita, kita berpikir bahwa kita bisa mengatur nasib dunia kita. Namun ada banyak asteroid yang tak bisa kita kendalikan di sekitar kita yang terus melintas, yang hanya bisa kita perhatikan dan kita selidiki. Perhitungan banyak dibuat tentang berapa besarnya kerusakan kalau salah satu asteroid itu menabrak bumi kita (Wahyu 6:13). Banyak ahli lain yang mengukur meningkatnya suhu di dalam planet bumi kita yang kecil ini dengan mengukur mencairnya ujung gunung es di kutub utara dan kutub selatan. Ada juga ahli-ahli yang memperhitungkan pertumbuhan penduduk yang tak terkendali di planet kita dan pengaruhnya terhadap tingkat polusi, yang pada akhirnya akan mencemari udara dan air. Dan banyak orang yang tidak mau berbicara mengenai ancaman ledakan bom atom, karena persediaan bom atom dengan hulu ledak mengandung radioaktif yang ada sekarang ini sudah cukup untuk membunuh seluruh penduduk bumi sampai sepuluh kali. Hanya sedikit yang menyadari bahwa pernyataan di dalam Kitab Wahyu sedang mendekati penggenapannya, “Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?” (Wahyu 6:15-17). Dunia yang menolak atau mengabaikan Kristus adalah seperti halaman yang menuju ke neraka.

Bersatunya segala makhluk di dalam Kristus

Sekitar 2000 tahun yang lalu Paulus menerima pernyataan yang lain—pernyataan mengenai penebusan dunia di dalam Kristus dan melimpahnya kekayaan kasih karunia dari Tritunggal yang Kudus. Dalam status sebagai tahanan rumah, sang rasul sangat takjub ketika mendengar firman Allah yang mengatakan bahwa segala sesuatu baik di surga maupun di bumi, dipersatukan bersama di dalam Kristus ketika waktunya telah genap. Perkataan itu begitu dahsyat dan agung sehingga melampaui kemampuan pemahaman akal budi manusia, dan manusia hanya bisa berusaha untuk menangkap apa yang bisa dipahami saja.

Pertama-tama, dalam beberapa kesempatan Tuhan Yesus sudah menyaksikan bahwa Bapa-Nya sudah memberikan segala sesuatu kepada-Nya. Ia menyatakan rahasia ini kepada para murid-Nya, yang kebanyakan berlatar-belakang sebagai nelayan, dan yang tidak pernah mendapatkan pendidikan teologi, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (Matius 11:27).

Setelah Yesus secara sah menggenapkan keselamatan dunia di kayu salib dan mengalahkan kuasa maut melalui kebangkitan-Nya, Ia menampakkan diri kepada para pengikut-Nya di bukit Galilea. Di sana Ia berbicara kepada mereka, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:18-19).

Setelah pertemuan-Nya dengan Nikodemus, salah satu anggota Sanhegrin, Tuhan menyimpulkan percakapan itu dan berfirman, “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3:35-36).

Di sore hari sebelum kematian-Nya, Yesus menyatakan doa-Nya yang lengkap sebagai Imam Besar,

“Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya... dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka” (Yohanes 17:1-2; 10). Tujuan dari pemberian kuasa kepada Yesus bukanlah untuk memenuhi mimpi pribadi-Nya, tetapi untuk memberikan kehidupan kekal-Nya kepada semua orang yang mengikut Dia. Orang-orang berdosa yang mati secara rohani, melalui kasih karunia sang Mesias, sudah dijadikan sebagai anak-anak Allah yang mendapatkan kehidupan kekal.

Pernyataan Kristus kepada Yohanes di Pulau Patmos menunjukkan kepada kita bagaimana Anak Domba Allah itu memang sejak semula memang Mahakuasa. Ia mengutus Roh Kudus dari Diri-Nya ke segala bangsa dengan tujuan untuk pelaksanaan misi menjangkau dunia. Dengan itu, Anak Domba Allah menerima dari Bapa-Nya yang kudus kuasa atas seluruh alam semesta. Karena itu, para tua-tua dari Perjanjian yang Lama dan yang Baru menyembah Dia, dan dengan tanpa syarat sujud di hadapan-Nya, “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.” (Wahyu 5:6-10).

Para malaikat di surga juga menyembah Anak Domba Allah. Mereka menundukkan diri dihadapan kasih dan kuasa-Nya ketika Ia mengambil gulungan kitab Wahyu dari tangan kanan Bapa-Nya, “Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin". Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah” (Wahyu 5:11-14). Penyembahan terhadap Anak Domba Allah oleh semua makhluk ini tidak hanya menunjukkan pengakuan serta penghormatan mereka kepada-Nya, tetapi juga ketundukkan mereka kepada Tuhan di atas segala tuan.

Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!" Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah, sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!.” (Wahyu 7:9-12).

Dalam penyembahan para malaikat di surga, setelah mereka melihat orang-orang yang sudah “dilahirkan kembali” dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya, tidak lagi dituliskan mengenai Anak Domba, tetapi mengenai satu Allah Tritunggal yang esa, yang memerintah atas seluruh alam semesta.

Persatuan semua orang percaya di dalam Kristus

Dalam ketiga perjalanan missinya, Paulus menghadapi masalah yang sangat mendasar. Di manapun ada sinagog di tempat itu, Paulus akan masuk ke sana untuk menginjili orang-orang Yahudi. Biasanya hal itu akan membawa perpecahan di antara anggota sinagog. Lalu sang rasul akan mengumpulkan orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus sang Mesias dan membentuk suatu kelompok baru. Persekutuan yang baru dibentuk itu beranggotakan orang-orang Yahudi Mesianik dan orang-orang Helenis yang menjadi percaya.

Namun di antara kelompok yang baru itu juga muncul masalah dan ketegangan. Orang-orang Kristen Yahudi berdiri kokoh di dalam iman mereka kepada para bapa rohani mereka: Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, Elia, Yesaya, Yeremia dan banyak utusan lain yang dipakai TUHAN untuk menyampaikan firman kepada umat yang memberontak itu. Dan lebih lagi, mereka juga berpegang teguh kepada 613 perintah dari Perjanjian Lama, dan kepada semua pantangan yang berkaitan dengan makanan. Berulangkali orang-orang Kristen Yahudi itu menuntut agar orang-orang percaya berlatar belakang Yahudi dan Romawi itu juga disunatkan, mentaati hari Sabat, dan tidak boleh lagi makan makanan yang dilarang.

Akan tetapi, semua itu bertentangan dengan berita pembenaran orang berdosa melalui anugerah oleh darah Kristus saja, dan kehidupan baru mereka hanya diterima oleh kuasa Roh Kudus. Paulus terus menerus berusaha membangun jaringan antara tradisi Perjanjian Lama dengan berita pembebasan dari Perjanjian yang Baru.

Pernyataan baru yang diterima Paulus selama masa penahananya, bahwa semua penguasa baik yang di angkasa maupun di bumi yang saling berjuang dan saling melawan suatu saat akan dipersatukan di dalam Kristus menjadi obat dari luka di dalam batin sang rasul yang terpenjara itu. Para bapa iman juga manusia berdosa sama seperti kita, dan mereka secara retroaktif dibenarkan melalui karya penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah” (Yohanes 8:56-59).

Kristus yang mulia, di dalam terang kemuliaan-Nya yang agung, yang menyatakan diri kepada Paulus di jalan menuju Damsyik, juga adalah Tuhan yang menyelamatkan dan memelihara mereka yang menantikan Dia datang kembali kedua kalinya. Ia adalah Penjamin dari keselamatan dan akan mewakili kita sebagai Imam Besar pada Hari Penghakiman—bukan hanya untuk orang-orang Yahudi, Yunani dan Romawi yang percaya kepada-Nya ketika Ia masih hidup sebagai manusia di bumi ini, tetapi juga untuk orang-orang Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika yang mau menanggalkan diri bagi-Nya di jaman sekarang ini. Selain di dalam Dia tidak ada keselamatan dan tidak akan ada damai sejahtera dengan Allah.

Juga, Yesus memberikan hukum yang baru yang menyatukan dan memperbaharui semua hukum Tuhan sebelumnya, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35). Yesus menjadikan kasih-Nya yang tanpa syarat kepada sahabat dan juga seteru-Nya itu sebagai hukum untuk pemerintahan yang baru di surga dan di bumi.

Untuk orang-orang Kristen Yahudi maupun orang-orang Kristen bukan Yahudi, sangat menguatkan ketika melihat bahwa 24 orang tua-tua yang ada di sekeliling tahta Allah menyanyikan pujian menyembah Anak Domba dan mengakui, “Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Wahyu 5:9). “Suku” di dalam lagu pujian itu berarti orang-orang yang percaya kepada Yesus dari kedua belas suku Israel (Wahyu 7:4-8). “Bahasa” menunjuk kepada lebih dari 6000 bahasa yang ada di dunia ini. “Kaum” berbicara mengenai lebih dari 11,800 kelompok etnis yang ada di planet kita, dan “bangsa” menujuk kepada 193 negara yang menjadi anggota PBB dan memiliki perwakilan di gedung PBB di New York. Namun tidak semua orang diselamatkan, dan tidak semua orang bisa mendapatkan damai sejahtera di dalam hati kecuali oleh darah Yesus Kristus. Di dalam Dia sajalah surga dan manusia bersatu. Barangsiapa tidak tidak masuk ke dalam jangkauan rohani dari kekayaan kasih karunia Kristus ini sedang menuju kebinasaanya—bahkan kalaupun saat ini ia kelihatan sehat dan makmur. Mereka yang sudah dibasuhkan dan diselamatkan menjadi sebuah kelompok manusia yang baru, yang tidak mau menganggap diri lebih tinggi daripada orang-orang lain. Namun, mereka menjadi orang-orang yang saling mengasihi dan saling melayani, dan selalu rindu untuk membagikan kasih Allah kepada orang-orang lain. Kesatuan yang lengkap dari orang-orang Kristen yang sudah dibenarkan di surga dan di bumi berasal dari kuasa yang dimiliki oleh Kristus yang sudah bangkit dan penuh kemuliaan. Gereja Kristus tidak akan pernah lenyap dan akan tetap ada sampai kekekalan (Wahyu 21:3-22, 5).

Doa:Bapa di surga, kami bersyukur dan memuji Engkau, karena Engkau sudah memberikan damai sejahtera yang kekal di surga dan di bumi di dalam Yesus Kristus. Di dalam persekutuan ini tidak ada yang lebih baik dari sesamanya. Semua hidup semata-mata oleh kasih karunia dari Anak Domba yang sudah disembelih itu. Kami memohon kepada-Mu hari ini agar Engkau juga memanggil semua orang dari segala bangsa dan bahasa untuk masuk ke dalam kerajaan rohani Kristus. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apakah lima perkara dalam rancangan keselamatan, menurut tulisan Paulus?
  2. Bagaimana Perjanjian Baru bersaksi tentang kesatuan dari Kerajaan Kristus?
  3. Apa yang menyatukan orang-orang Kristen Yahudi dan orang-orang Kristen dari berbagai bangsa?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:54 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)