Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 005 (Worship of God the father)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
A - Sebuah doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-15)

Pujian kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus (Efesus 1:3-6)


Efesus 1:3-6
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya”

Bagaimana sang rasul memuji Allah?

Dalam kehidupan kaum Semitis, penyembahan kepada Allah sudah ada sejak masa prasejarah. Dalam korban penghapus dosa, ucapak syukur dan berbagai korban lain di bait suci, maka imam yang sedang menjabat, sesuai dengan tata cara korban, memberkati rakyat dari bangsa itu yang menunggu dengan sangat, karena penerimaan dari berkat pengorbanan itu menjadi tujuan dari pemberian korban itu sendiri. Berkat ini menyegarkan hati orang-orang berdosa yang dibenarkan, menghidupkan mereka dan membangkitkan mereka untuk memuji Allah. Hal ini secara verbal diakui ketika orang berdosa yang dibenarkan, setelah menerima berkat-berkat mereka, terus memuji Allah. Sang Pemberi dari berkat itu dimuliakan melalui pujian mereka, dan dibesarkan serta diagungkan sesuai dengan penyembahan mereka.

Di dalam penyembahan Paulus, sebagaimana yang dituliskan di dalam teks Yunani dari surat Efesus, hubungan rohani antara berkat dan penerima berkat, dan juga pujian dan penyembahan kepada sang Pemberi berkat, semua dinyatakan.

Ini membawa kepada pertanyaan: Bagaimanakah bentuk dari ucapn syukur kita kepada Allah—atas semua berkat yang sudah anda terima dari Dia? Apakah pujian dan penyembahan akan kebaikan dan kasih-karunia-Nya muncul dari hati anda yang penuh syukur, atau apakah hanya sekedar berupa kata-kata klise yang keluar dari bibir anda? Bahkan, mungkinkah anda lupa sama sekali untuk menaikan pujian dan ucapan syukur? Penyembahan kepada Allah sangat penting bagi Paulus-hal itu muncul di bagian awal suratnya.

Untuk memperjelasnya, sang Rasul menuliskan bahwa pujiannya diberikan kepada “Allah.” Dalam menuliskannya ia tidak memakai salah satu nama dari begitu banyak dewa Yunani dan memberikan penekanan kepada salah satu di antara dewa-dewa itu. Namun, ia menunjukkan bahwa pujiannya hanya layak diberikan kepada satu Pribadi Ilahi yang sudah menciptakan, memberkati dan membenarkan. Dia yang Mahakuasa dan penuh kasih karunia menjadi tujuan dari semua pikiran dan tindakannya.

Bapa Tuhan kita Yesus Kristus

Paulus kemudian melanjutkan, dengan memberikan isi kepada kata “Allah” (Theos) itu dengan rahasia dari Perjanjian Baru, dan menyaksikan kepada para pembacanya tentang siapakah Allah itu. Ini menjadi inti dari penjelasan di dalam Injil—kenyataan bahwa kita tidak beriman kepada suatu Ilah yang tidak dikenal, dan menyembah Dia karena rasa takut semata. Dan juga, bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menyatakan kepada kita siapakah Allah itu. Ia dengan jelas memberikan kesaksian sebanyak 55 kali: Allah adalah “Bapa-Ku!”, dan memberikan kesaksian sebanyak 80 kali bahwa Yang Mahakuasa adalah “Bapa.”

Kristus juga menyatakan bahwa tidak seorangpun yang mengenal Anak selain sang Bapa, dan tidak ada yang mengenal Bapa selain sang Anak, selain dari orang-orang yang kepadanya sang Anak menyatakan rahasia ini (Matius 11:27). Dari perkataan itu jelas mengapa tidak semua orang bisa memahami Allah sebagai “sang Bapa” atau Yesus sebagai “Anak-Nya,” selain dari orang-orang yang sudah menyesali dosanya dan mengakui dosa-dosa itu kepada Tuhan Yesus, mati bagi kesombongannya sendiri, dan hidup oleh kasih karunia Anak Allah. Di suatu kesempatan Anak Maria itu berkata dalam sebuah doa yang sangat menguatkan, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Matius 11:25-26). Barangsiapa menerima semua perkataan itu, percaya dan memahaminya, akan bisa mengetahui bahwa pemahaman akan sang Bapa dan sang Anak tidaklah bergantung kepada pertimbangan intelektual. Akan tetapi, pemahaman itu membutuhkan pernyataan langsung dari Tritunggal yang Kudus, yang menyatakan kepada mereka yang lemah lembut dan rendah hati tentang siapakah Allah itu.

Tuhan Yesus mengatakan kepada semua orang yang mencari kebenaran, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9). Barangsiapa ingin mengetahui seperti apakah Allah itu dan terang bagaimana yang Dia miliki, harus memandang kepada Tuhan Yesus dan mempelajari pribadi-Nya (Matius 11:29). Hanya dengan itu saja orang bisa melihat dan mengenal “Bapa.”

Lebih lagi, Anak Maria memberikan beberapa kali kesaksian bahwa Bapa surgawi-Nya berdiam dan bekerja “di dalam Dia” dan bahwa keberadaan dan kuasa-Nya adalah “di dalam Bapa” (Yohanes 14:10-11; 17:21-23, 26; 2 Korintus 5:19). Pernyataan-pernyataan ini menjelaskan kepada kita tentang mujizat-mujizat luar biasa dari Anak Allah dan menjelaskan tentang keberadaan Tritunggal yang Kudus.

Bapa dan Anak-Nya ada di dalam satu kesatuan yang melampaui pemahaman akal budi manusia. Tuhan Yesus menegaskan kepada semua orang yang mendengar perkataan-Nya, “Aku dan Bapa adalah satu”—bukan dua! (Yohanes 10:30). Sifat-sifat Bapa nampak di dalam Anak-Nya dan diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan-Nya (Matius 11:27). Kemudian, Paulus memberikan kepada kita kesaksian bahwa Roh Allah menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang mendalam tentang Allah, dan mewujudkan semua itu di dalam Anak-Nya (1 Korintus 2:10-16). Namun orang yang belum dilahirkan kembali tidak akan bisa memahami ataupun mengakui bahwa “Yesus adalah Tuhan” dan bahwa Allah adalah “Bapanya” (Yohanes 3:3; 1 Korintus 12:3b).

Bahkan di masa ini, khususnya di antara penganut agama Yahudi dan beberapa agama lain, mereka berpegang teguh kepada konsep kesatuan dan ekslusifisme dari Yahweh dan Allah dan yang, dengan penuh kemarahan dan kebencian, menolak Yesus sebagai Anak Allah. Yesus sendiri disalibkan sekitar 2000 tahun yang lalu karena keberadaan-Nya sebagai Anak Allah. Paulus, karena pengakuan dan keyakinanya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, kemudian ditangkap, dihakimi, dan bahkan dijatuhi hukuman mati di Roma.

Namun, kita membaca di dalam Injil, “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3:35-36). Semua keyakinan yang menolak Anak Allah akan jatuh ke dalam penghakiman ini. Barangsiapa berbicara mengenai menggabungkan agama-agama dalam usaha menyatukan berbagai roh, maka dia adalah seorang yang naif dan buta.

Setelah pembaptisan Yesus di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis, Bapa di surga mengucapkan satu kalimat yang begitu penting di dalam Perjanjian Baru, “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:16-17). Ketika Tuhan Yesus menanggung segala dosa dunia dan penghukumannya ke atas diri-Nya, setelah Ia menjalani pembaptisan menggantikan kita, Allah Bapa secara pribadi memberikan kesaksian bahwa Anak Maria itu juga adakah Anak Tunggal yang dikasihi-Nya. Anak Tunggal-Nya menjadi manusia sehingga melalui kematian dan kebangkitan-Nya, keselamatan dunia bisa diwujudkan. Siapa yang bisa mencegah Yang Mahakuasa dari mengatakan firman yang begitu penting dalam sejarah ini? Orang yang menolak pernyataan Allah yang sangat unik ini adalah orang yang tuli secara rohani dan tidak mampu menangkap kasih karunia penyelamatan Allah bagi manusia. Akan tetapi, ada alternatif lain—yaitu, orang itu harus bertobat dan meminta pencerahan anugerah Allah, sehingga ia akan bisa memahami apa yang dikatakan oleh Yang Mahakuasa itu.

Bapa telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga di dalam Kristus

Dari sejak awal suratnya, Paulus ingin memberikan kesaksian dan menanamkan ke dalam pemahaman orang-orang kudus dan para pemimpin gereja bahwa Allah yang Mahakuasa, Bapa surgawi mereka, sudah memberikan segala kepenuhan berkat dan anugerah surgawi-Nya. Semua ini diberikan kepada mereka melalui Yesus Kristus, tanpa ada usaha mereka sendiri. Kedalaman dari kalimat yang sangat bermakna ini tidak bisa langsung dipahami dengan mudah. Namun inti dari kalimat ini yang menjadi tema dari surat ini dan menjadi kesimpulan dari semua penyembahan sang rasul.

Beberapa kali di dalam suratnya, sang duta Kristus memberikan penjelasan tentang betapa agung dan tak terukurnya kasih, kemahakuasaan dan berkat Allah. Bukan hanya Tuhan memiliki semua sifat dan berkat itu, tetapi Ia juga menganugerahkannya kepada jemaat Yesus. Karena itu, Paulus bisa menuliskan kepada jemaat di Roma dengan menggunakan kata “kita.” “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia” (Roma 8:31-32).

Paulus melanjutkan dengan menegaskan kepada jemaat di Korintus, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu” (1 Korintus 3:16). Kemudian ia bersaksi kepada mereka, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya” (2 Korintus. 5:19)

Kepada jemaat di Kolose ia menuliskan, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. (Kolose. 2:9-10).

Bahasa manusia hanya bisa merfleksikan sebagian saja dari kepenuhan gagasan yang terkandung di dalam ayat ini. Akan tetapi, kita bisa memahami bahwa ayat ini bukan berbicara mengenai pribadi-pribadi dari orang percaya, tetapi mengenai keseluruhan jemaat. Hanya di dalam persekutuan orang-orang percaya sajalah ada perwujudan yang sempurna dari Injil. Pangeran Zinzendorf pernah mengatakan, “Tidak mungkin ada Kekristenan tanpa ada persekutuan orang-orang kudus!

Segala berkat surgawi, dan juga seluruh buah roh muncul karena adanya pengorbanan Anak Allah, dan bukan karena kemampuan pribadi dari orang-orang percaya sendiri. Akan tetapi, semua buah itu datang ke dalam kehidupan kita dan tetap ada di dalamnya hanya kalau kita tetap memelihara hubungan iman dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Bukan kita yang sudah mencapai berkat itu, tetapi kita hanya bisa menerimanya selama kita terikat dengan Yesus. Ia sendiri pernah menjelaskan tentang rahasia ini, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:5-7).

Kalau kita harus menanyakan pertanyaan ini kepada diri kita sendiri: Apa sebenarnya berkat yang tak terukur besarnya yang dulu tersedia di surga, dan sekarang sudah menjadi bagian kita karena kedatangan Yesus Kristus? Jawabannya adalah : Baca surat Efesus dengan teliti dan seksama, lalu garis-bawahi semua berkat yang dituliskan di sana. Kemudian hafalkan serta transformasikan semuanya itu di dalam doa pengucapan syukur. Dengan itu, anda akan kaya dengan pengetahuan, sukacita, dan penghiburan. Setelah anda membajak dan kemudian menuai dari surat Efesus, anda bisa melanjutkan dengan membaca semua surat Paulus yang lain dan kemudian juga surat-surat dari rasul-rasul yang lain. Kalau anda sudah menyelesaikannya dan kemudian membaca kitab-kitab Injil serta kitab Wahyu, anda selalu dipenuhi dengan ucapan syukur dan penyembahan yang tiada pernah berakhir.

Dengan latihan rohani ini anda akan memahami bahwa semua karunia Allah diberikan kepada kita melalui Bapa yang penuh kasih karunia melalui Kristus Yesus. Berkat yang sangat unik dari Bapa surgawi itu menjangkau kepada kita hanya melalui Anak-Nya. Selain dari Tuhan Yesus tidak ada keselamatan dan berkat. Dengan demikian, artinya adalah bahwa Sang Pemberi itu lebih penting daripada apa yang diberikan-Nya! Kita harus memuji Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus lebih dari sekedar ucapan terima kasih atas berkat-berkat jasmani yang diberikan-Nya.

Pernyataan sang rasul, “Tuhan kita Yesus Kristus” menunjukkan betapa eratnya hubungan antara Paulus dengan Juruselamat dan Tuhannya. Sejak peristiwa di jalan menuju Damsyik itu, ia sudah bisa memahami bahwa kasih karunia dan pertolongan Tuhan itu, terutama sekali, adalah berkat yang diberikan kepada jemaat-Nya. Tuhan mengalami penderitaan yang lebih besar bagi jemaat dibandingkan dengan penderitaan jemaat itu sendiri. Penganiayaan yang dialami oleh jemaat juga merupakan penganiayaan terhadap Tuhan sendiri (Kisah Para Rasul 9:5). Ia sangat memperdulikan jemaat dan menjadi pembela bagi jemaat di hadapan Bapa sebagai Imam Besar bagi mereka. Semua berkat dari Bapa Surgawi sampai kepada jemaat hanya melalui Dia. Ia sangat mengasihi semua pengikut-Nya. Karena itu, mereka memiliki hak untuk memanggil Dia sebagai “Tuhan kita”.

Doa: Bapa kami yang ada di surga, kami menyembah Engkau karena kesabaran-Mu terhadap kami dan memohon ampun kepada-Mu kalau kami menganggap berkat yang kami terima lebih penting dari Pribadi-Mu. Kami bersyukur kepada-Mu atas kasih dan kesetiaan-Mu dan khususnya atas Anak-Mu Yesus Kristus, yang sudah menderita dan melakukan begitu banyak perkara bagi kami. Tolonglah kami, agar hidup kami bisa dipenuhi dengan ucapan syukur dan penyembahan untuk semua kasih karunia dan anugerah-Mu yang besar kepada kami. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apakah yang sebenarnya menjadi pujian yang sempurna kepada Allah yang ada di bagian awal dari surat kepada jemaat ini?
  2. ''Apa makna yang terkandung di dalam formulasi yang sangat dalam ini, “Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus?
  3. Bagaimana kita memahami pengakuan Paulus yang menegaskan bahwa Bapa surgawi kita sudah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di surga?
  4. Mengapa semua berkat dari Bapa surgawi kita sampai kepada kita hanya melalui Tuhan Yesus?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:52 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)