Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Romans - 073 (How those who are Strong in Faith ought to Behave)
This page in: -- Afrikaans -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bengali -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Greek? -- Hausa -- Hebrew -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Kiswahili -- Malayalam -- Polish -- Portuguese -- Russian -- Serbian -- Somali -- Spanish? -- Tamil -- Telugu -- Turkish -- Urdu? -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

ROMA - Tuhan adalah Kebenaran Kita
Pelajaran dari surat Paulus kepada jemaat di Roma
BAGIAN 3 - KEBENARAN ALLAH NAMPAK DI DALAM KEHIDUPAN PARA PENGIKUT KRISTUS (Roma 12:1 - 15:13)

10. Bagaimanakah mereka yang kuat iman harus bersikap terhadap masalah yang tidak diharapkan? (Roma 15:1-5)


ROMA 15:1-5
1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. 3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku." 4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,.

Paulus tahu adat istiadat mengenai makanan dan minuman, yang sudah berakar secara mendalam. Ia menghadapi orang-orang yang kuat dan yang sudah dibebaskan dari hukum Taurat, tetapi menganggap dirinya sebagai salah satu di antara mereka. Tetapi kemudian ia membatasi kebebasannya sendiri, dengan mengatakan bahwa mereka yang kuat dan dewasa harus menanggung kelemahan dari orang-orang yang baru percaya, selama mereka percaya kepada Kristus. Kita tidak boleh hidup sekehendak hati kita, tetapi hidup untuk menyenangkan para petobat baru itu, yang tidak merasa pasti akan segala sesuatu. Hal itu dilalukan untuk membangun mereka, karena membangun orang-orang lain jauh lebih penting dibandingkan dengan mengikuti kesenangan dan kemauan sendiri saja.

Prinsip ini menghancurkan pemikiran yang sempit karena mementingkan diri sendiri di dalam gereja di segala sisi. Kita tidak merencanakan kehidupan, pekerjaan dan kesempatan kita sesuai dengan mimpi kita, tetapi melayani Yesus dan mereka yang lemah di dalam iman, karena fokus dari pemikiran kita tidak lagi kepada “Aku” (ego), tetapi kepada Yesus dan gerejanya. Yesus tidak hidup bagi diri-Nya sendiri, tetapi Ia mengosongkan kemuliaan-Nya, dan menjadi manusia. Ia menanggung semua tuduhan, hinaan, dan penderitaan untuk menyelamatkan dunia ini, dan akhirnya mati bagi semua orang, dalam keadaan terhina seolah-olah dia adalah seorang penjahat, untuk menyelamatkan para penjahat dan membangun mereka.

Yesus hidup seturut dengan Kitab Suci; kehidupan yang rendah hati, lemah lembut, dan kesabaran yang luar biasa. Ia mengambil dari kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama tuntunan dan kuasa bagi pelayanan-Nya. Barangsiapa yang mau melayani di dalam gereja maupun di antara orang-orang yang menolak Yesus haruslah memiliki akar yang mendalam di dalam Firman Allah, karena kalau tidak maka ia akan kehilangan kuasa dan sukacita dari pelayanannya.

Paulus menyimpulkan penelitiannya yang panjang mengenai hal ini dengan menunjukkan bahwa Allah adalah sumber dari ketekunan dan pengharapan (Roma 15:5). Sang Pencipta sendiri sangat bersabar berkaitan dengan manusia yang selalu mementingkan diri sendiri dan keras kepala. Ia melihat kesabaran itu di dalam diri Anak-Nya, Yesus, yang kepada-Nya Dia berkenan. Dengan pernyataan ini, Paulus mendoakan untuk orang-orang di Roma agar mereka memiliki roh ketekunan dan pengharapan agar gereja bisa menunjukkan persekutuan, bukan dengan kekuatan dari orang-orang percaya yang ada di sana, tetapi dari Kristus saja, karena hanya di dalam Dia segala pikiran di dalam jemaat dipersatukan. Tidak ada keberhasilan atau persekutuan di dalam gereja selain dari yang berasal langsung dari Kristus. Kemudian semuanya bisa terlibat di dalam pujian, dan memahami dengan pasti bahwa sang Mahakuasa, Hakim, dan Pencipta alam semesta itu adalah Bapa dari Tuhan Yesus Kristus.

Hanya Yesus sajalah yang memperdamaikan kita dengan Yang Mahakudus dengan penderitaan dan kematian-Nya. Ia memberikan kepada kita, melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati dan kenaikan-Nya ke surga, pengangkatan kita sebagai anak dan kelahiran kembali secara rohani sehingga kita bisa masuk ke dalam sukacita, dan memuji Bapa dari Yesus Kristus sebagai Bapa kita yang penuh rahmat. Sebagaimana Dia dan Anak-Nya sempurna, dalam kesatuan yang sempurna, demikian juga anggota-anggota di dalam gereja harus mengikatkan diri mereka kepada Yesus dalam persekutuan yang tak terpisahkan.

DOA: Ya Bapa Surgawi, kami memuliakan Engkau karena Tuhan Yesus menyatakan Engkau sebagai Bapa kepada kami, memperdamaikan kami dengan Engkau, dan mengikat kami kepada Roh Kudus-Mu di dalam kesatuan kasih-Mu. Kiranya kasih itu menggenapi persekutuan rohani yang sempurna meski ada perbedaan di antara orang-orang percaya.

PERTANYAAN:

  1. Apa makna dari Roma 15:5-6?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on December 19, 2023, at 02:37 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)