Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Acts - 038 (The Days of Moses)
This page in: -- Albanian -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Greek -- Hausa -- Igbo -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian -- Serbian -- Somali -- Spanish -- Tamil -- Telugu -- Turkish -- Urdu? -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

KISAH PARA RASUL - Mengiringi Pawai Kemenangan Kristus
Pendalaman Alkitab Kisah Para Rasul
BAGIAN 1 - PENDIRIAN GEREJA YESUS KRISTUS DI YERUSALEM, YUDEA, SAMARIA, DAN SYRIA - Melalui Rasul Petrus, Dibawah Tuntunan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1 - 12)
A - Perkembangan dan pertumbuhan gereja mula-mula di Yeruslem (Kisah Para Rasul 1 - 7)
21. Pembelaan Stefanus (Kisah Para Rasul 7:1-53)

b) Masa Musa (Kisah Para Rasul 7:20-43)


KISAH PARA RASUL 7:35-36
35 “Musa ini, yang telah mereka tolak, dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim? -- Musa ini juga telah diutus oleh Allah sebagai pemimpin dan penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak duri itu 36 Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun, empat puluh tahun lamanya.”

Bangsa itu menolak Musa ketika ia datang kepada mereka membawa berita keselamatan. Allah, bagaimanapun, sudah memilih dia untuk membawa tuntunan rohani, dan dengan demikian Musa menjadi seperti Yesus, yang juga ditolak oleh bangsanya. Namun, Allah tetap setia kepada Yesus, dan membangkitkan Dia dari kematian, sehingga Ia bisa menebus tak terhitung banyaknya orang berdosa dari perbudakan dosa mereka. Salah satu tuduhan terhadap Stefanus adalah bahwa dia menolak Musa. Namun, Stefanus justru meninggikan nama Musa dan memberikan kepadanya gelar yang tertinggi. Ia menyebutnya sebagai pemimpin dan pembebas, yang adalah kepala bagi bangsanya, dan yang sudah menderita dalam usahanya untuk membawa bangsanya kembali kepada Allah. Demikian juga, Kristus adalah Kepala gereja, Pembebas dan Penebus yang sejati. Ia membawa semua manusia rohani, dalam keindahan kekudusan, kepada Bapa-Nya, sehingga Ia bisa meneguhkan mereka semua di dalam perjanjian-Nya yang baru!

Stefanus mengatakan bahwa seorang malaikat Allah, yang mewakili kehadiran Allah, sudah menyertai Musa dalam tahun-tahun ketika ia ada di padang gurun. Musa, orang yang sudah lanjut itu, lemah, dan tidak memiliki keahlian untuk berbicara secara meyakinkan. Ia memiliki kecenderungan untuk bersikap pesimis berkaitan dengan tanggungjawab besar untuk memberi makan bangsanya yang besar itu di padang gurun. Malaikat Tuhan, saat itu, memegang tangannya dan memimpin dia langkah demi langkah, membawa dia menjauh dari perlawanan yang sangat sengit. Malaikat itu menolong Musa untuk berhasil di tengah-tengah kuasa kegelapan, dan memperlengkapi dia dengan banyak tanda ajaib melalui kuasa Allah. Dari dirinya sendiri Musa bukanlah seorang pemimpin atau pembebas. Namun, Allah sudah menyatakan kemahakuasaan-Nya kepada pria yang lemah ini, dan menolong hamba-Nya itu selama empat puluh tahun.

Kita, juga memiliki Tuhan dan Pembebas yang berkemenangan yang bertindak bagi kita, tanpa melalui malaikat. Ia adalah Allah yang menyatakan diri sebagai manusia, dan hari ini Ia memimpin umat-Nya, memanggil banyak orang dari antara bangsa-bangsa, ke dalam pawai kemenangan-Nya. Di tengah kegelapan padang gurun alam semesta kita, kita mengikuti Dia dengan sukacita, penuh syukur dan pujian.

DOA: Oh Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepadamu karena engkau adalah kepala Gereja, dan Juruselamat kami yang setia. Engkau menaruh kami di bawah sayap-Mu. Dari makanan-Mu kami hidup, dan dari kesetiaan-Mu kami terus menjalaninya. Hanya di atas Engkau saja, yang tidak pernah meninggalkan kami, kami membangun masa depan kami.

KISAH PARA RASUL 7:37-43
37 “Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara-saudaramu. 38 Musa inilah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaat di padang gurun di antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu. 39 Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. 40 Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. 41 Lalu pada waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang dibuat sendiri oleh mereka. 42 Maka berpalinglah Allah dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab -: Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? 43 Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel.“

Stefanus berdiri teguh menghadapi tuduhan penghujatan terhadap Musa dan hukum Taurat. Inilah sebabnya ia memberikan penekanan lima kali di dalam pembelaannya, memakai kata penunjuk yang jelas “ini,” bahwa Musa memiliki posisi yang khusus di hadapan Allah, yang tidak pernah dimiliki oleh siapapun di dalam Perjanjian Lama. Yang Mahatinggi sudah berbicara secara pribadi kepadanya (ayat 35, 36, 37, 38, 40). Musa adalah pengantara dari Perjanjian Lama. Ia sudah, di bawah ancaman bahaya maut, mendaki gunung yang sedang menyemburkan lava dan asap, dimana ia bertemu dengan malaikat Tuhan.

Stefanus menyebut hukum Taurat, yang diterima Musa dari Allah, sebagai “firman-firman yang hidup” yang mengalir dari hati Allah, yang diberikan oleh tangan malaikat kepada orang yang mewakili umat perjanjian. Stefanus tidak menyebut hukum Taurat sebagai sesuatu yang merusak atau sebagai tulisan yang mati, tetapi sebagai penuntun kepada kehidupan, yang mengalir dari kekudusan Allah. Barangsiapa yang mentaatinya akan hidup selamanya.

Stefanus sangat peduli, karena dengan meninggikan Musa dan hukum Taurat di hadapan mahkamah agama, ia mau menjelaskan bahwa ia dan gereja Kristen tidak pernah bermaksud untuk menyangkali sang pengantara Perjanjian Lama itu. Ia dan gereja tidak pernah menghujat Musa. Bangsa Israel, sendiri, yang sudah menolak Musa beberapa kali dan masih tetap menolak dia. Merekalah bangsa yang tidak taat. Stefanus meluruskan, di awal penjelasannya, bahwa para budak di Mesir itu tidak memahami Musa, dan berusaha untuk mengenyahkan dia. Musa harus melarikan diri karena bangsanya menolak pertolongan darinya. Namun Allah sudah menetapkan dia untuk menjadi pemimpin dari orang-orang yang menolak dia, dan menjadikan da berhasil dalam melawan kekerasan hati mereka.

Ketika orang terpilih itu datang kepada Allah untuk menerima hukum perjanjian. Para pengikutnya meninggalkan dia, dan memalingkan hati mereka dari Tuhan. Mereka menujukan pikiran mereka kepada kehidupan yang mewah, dan memilih menyembah anak lembu emas dibandingkan dengan menantikan pengantara mereka, yang sudah menunda kembali dari pertemuannya dengan Allah.

Khotbah ini, yang disampaikan oleh Stefanus pada saat pembelaan dirinya, penuh dengan makna rohani. Sebagaimana Musa menghilang selama beberapa saat untuk bersama dengan Allah, dan kembali untuk menegaskan kepada bangsanya tentang Perjanjian Lama, demikian juga Kristus tidak bisa kita lihat saat ini karena bersama dengan Bapa Surgawi-Nya. Ia akan kembali pada saatnya dan memberitakan damai sejahtera di dunia ini. Orang-orang Yahudi pada saat itu tidak percaya kepada pemimpin mereka, sebagaimana orang-orang di jaman ini tidak percaya kepada Kristus. Namun, mereka justru menari di sekeliling anak lembu emas kekayaan. Mereka berbicara tentang teknologi dan senjata mematikan, membanggakan harta milik dan roket mereka, tanpa bisa melihat Allah, atau memahami bahwa penghakiman-Nya akan datang ke atas mereka seperti awan hitam yang menjelang.

Stefanus menunjukkan kepada para hakim itu bahwa penghakiman Allahlah yang membuat bangsa Israel masuk ke pembuangan, karena mereka sudah meninggalkan Dia. Penghakiman ini tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap. Tuhan memutuskan perjanjian dengan umat-Nya setelah mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, menjadi licik, percaya kepada Astrologi, dan beribadah di tempat-tempat dimana roh jahat berdiam. Mereka menyembah semua ilah-ilah di sekeliling mereka dan membuka diri terhadap semua ide baru yang nampak bagus yang memukau mata mereka. Mereka tidak menganggap penting untuk terus memiliki pengenalan akan Allah yang tak nampak, dan karena itu memilih untuk tidak taat kepada Roh Kudus-Nya yang berbicara di dalam hati nurani mereka. Inilah penyebab utama penghukuman. Apakah anda mendengarkan Allah dan firman-Nya? Apakah anda melakukan kehendak-Nya dengan sukacita, langsung dan lengkap?

Stefanus mengingatkan para pendengarnya (dalam ayat 37) kepada pengharapan besar yang dibukakan Musa untuk mereka. Allah akan membangkitkan dari antara mereka seorang nabi seperti Musa, yang, sebagai mediator, akan mengarahkan hati para pengikutnya kepada perkenanan dan kuasa Ilahi. Semua pendengar di mahkamah agama itu tahu bahwa janji lama ini adalah perkataan Musa berkenaan dengan Mesias yang akan datang. Nabi yang akan datang itu akan menetapkan sebuah perjanjian yang baru, meneguhkan para pengikutnya dengan cara yang luar biasa, dan membawa mereka ke dalam persekutuan dengan Allah. Nubuat ini dikenal oleh orang-orang Kristen, termasuk Stefanus, yang memahami bahwa ayat ini merupakan ayat yang berbicara tentang Yesus.

Dengan cara ini Stefanus mempertahankan posisinya berkaitan dengan Musa dan hukum Taurat. Ia menghardik, pada saat yang sama, ketidaktaatan yang berlanjut dari bangsanya, dan menuntun mereka kepada Kristus, karena di dalam Dia bergantung pengharapan yang unik untuk penggenapan dari hukum Taurat dan penetapan dari perjanjian yang baru. Pembelaan diri yang kuat dari Stefanus ini menjelaskan, pada saat yang sama, bahwa karunia pemberitaan yang jelas yang diberikan oleh Roh Kudus sudah diberikan kepada pembicara yang sederhana ini.

DOA: Ya Allah yang kudus, ampuni kami atas kekerasan hati kami. Tolonglah kami mengenal Anak-Mu, agar kami tidak menolak Dia, tetapi taat kepada firman-Nya, dan menantikan Dia. Biarlah Roh Kudus-Mu meneguhkan kami di dalam Perjanjian yang Baru, menciptakan di dalam kehidupan kami kerendahan hati, kasih dan iman.

PERTANYAAN

  1. Apakah ketiga pokok utama dari khotbah Stefanus di hadapan mahkamah agama berkenaan dengan Musa dan hukum Tauratnya?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on September 27, 2012, at 10:26 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)