Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Acts - 012 (Peter’s Sermon at Pentecost)
This page in: -- Albanian -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Greek -- Hausa -- Igbo -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian -- Serbian -- Somali -- Spanish -- Tamil -- Telugu -- Turkish -- Urdu? -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

KISAH PARA RASUL - Mengiringi Pawai Kemenangan Kristus
Pendalaman Alkitab Kisah Para Rasul
BAGIAN 1 - PENDIRIAN GEREJA YESUS KRISTUS DI YERUSALEM, YUDEA, SAMARIA, DAN SYRIA - Melalui Rasul Petrus, Dibawah Tuntunan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1 - 12)
A - Perkembangan dan pertumbuhan gereja mula-mula di Yeruslem (Kisah Para Rasul 1 - 7)

6. Khotbah Petrus di Hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:14-36)


KISAH PARA RASUL 2:22-23
22 Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka;

Roh Kudus tidak menonjolkan diri-Nya sendiri, tetapi memuliakan Kristus. Allah tidak mementingkan diri, karena Allah itu kasih. Masing-masing Pribadi di dalam Tritunggal yang Kudus, Bapa, Anak dan Roh Kudus, saling mengasihi, dan membawa kita kepada Pribadi masing-masing. Anak memuliakan Bapa, dan Roh Kudus memuliakan Anak. Sebagaimana Anak mengutus Roh Kudus untuk mengimplementasikan keselamatan, demikianlah Bapa memberikan kepada Anak-Nya segala kuasa di langit dan di bumi. Barangsiapa menghendaki pengenalan akan Allah harus melihat dengan seksama tentang kasih di antara Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena Allah itu kasih, dan persekutuan-Nya terus ada di dalam kasih.

Petrus tidak berbicara panjang tentang kebenaran mengenai dicurahkannya Roh Kudus, karena ia kemudian mengalihkan kesaksiannya kepada pribadi Yesus Kristus. Gambaran tentang Tuhan mereka, yang sudah mengorbankan diri-Nya dan bangkit dari kubur-Nya pada hari Minggu pagi, memenuhi pikiran bawah sadar dari para murid. Mereka berdoa, merenungkan tentang hal itu, memandang kepada nubuatan, dan sampai kepada pemahaman yang nyata. Petrus menggambarkan tentang Yesus dari Nazaret kepada pendengarnya sehingga mereka juga bisa memahami alasan pencurahan Roh Kudus itu.

Sang pembicara memahami, dari dasar hatinya, bagaimana Roh Kudus melawan dosa bangsa Yahudi, yang sudah menolak Yesus dan membunuh-Nya. Petrus tidak bisa menghibur para pendengarnya dengan kata-kata yang indah atau janji-janji berkat. Pertama, ia harus menyatakan kepada mereka bahwa mereka adalah para penjahat. Namun ia tidak membukakan kenyataan ini dengan kasar atau tidak sopan. Ia membuat mereka menjadi jelas akan dosa mereka secara bertahap; di dalam bahasa kasih ia membawa mereka kepada pengenalan yang lengkap akan kejahatan mereka. Perlu dilihat bahwa di awal pembicaraannya ia tidak memakai gelar “Kristus” atau “Anak Allah,” tetapi menyebut Yesus sebagai “Anak Manusia.” Ia menginginkan agar orang-orang Yahudi terus mendengar perkataannya dan tidak langsung menjadi murka saat itu juga.

Petrus mengambil nafas dalam, karena bagian selanjutnya dari pembicaraannya menuntut perhatian dan pemahaman dari pendengarnya. Ia mengatakan, “Kamu semua tahu tentang Yesus dari Nazaret. Orang ini didukung oleh Allah dengan lebih banyak tanda-tanda dan mujizat dibandingkan dengan semua nabi yang lain sebelum Dia. Ia membangkitkan orang-orang mati, mengusir setan-setan, mengampuni dosa, mengenyangkan lima ribu orang yang lapar hanya dengan lima roti, dan menenangkan badai yang bergelora. Mujizat yang sangat luar biasa ini bukanlah perbuatan manusia, tetapi pekerjaan Allah. Sang Manusia Yesus hidup dalam keselarasan yang sempurna dengan kehendak Yang Mahatinggi karena Yang Mahabesar itu memang bekerja melalui diri-Nya. Dengan demikian, kuasa surga mulai berkembang di dunia. Kristus tidak bekerja secara terpisah dari Allah, Bapa-Nya. Ia satu dengan Dia sehingga Yang Mahakudus itu bisa melaksanakan seluruh kehendak-Nya melalui diri-Nya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus sendiri, “Makananku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku, dan menyelesaikan pekerjaan itu.”

Sangat aneh bahwa orang-orang Yahudi menolak Dia yang memiliki kuasa dan kedaulatan Allah. Petrus tidak mengatakan bahwa para imam kepala atau anggota Sanhedrin yang bertanggungjawab atas penolakan terhadap Yesus, tetapi bahwa para pendengarnya yang bersalah. Mereka sudah terlalu takut kepada para pemimpin mereka, dan karena itu sudah menjauh dari Yesus dari Nazaret dan tidak mau membela-Nya. Beberapa bahkan sudah mengambil bagian dalam seruan, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Petrus menusuk mereka dengan keberanian dari Roh Kudus, dengan mengatakan, “Kamu sendirilah yang sudah membunuh Dia yang sudah diutus oleh Allah, tetapi bukan dengan cara rajam seperti biasa, namun dengan menyerahkannya ke tangan orang-orang Romawi yang tidak mengenal Tuhan. Kamu sudah menyalibkan Dia melalui mereka. Ini menunjukkan adanya penghinaan ganda.” Petrus tidak berbicara kepada para pendengarnya mengenai perampokan, dusta, atau kecemaran, tetapi mengangkat dengan jelas bahwa sikap mereka terhadap Yesus sudah menjadikan mereka sebagai seteru Allah tidak taat, buta, dan tak berpengetahuan. Khotbah Petrus tidak menunjukkan adanya hukuman dari Roh Kudus. Memang di dalamnya ada, dijelaskan, kutukan terhadap setiap perbuatan kejahatan dan mengungkap semua sikap jahat melawan Allah, sebagaimana yang bisa dilihat di dalam ketidaktaatan dan permusuhan terhadap Allah.

Allah, bagaimanapun, tidak kalah dalam peperangan, meskipun Kristus sampai disalibkan, tetapi Ia menggenapkan keselamatan yang sudah ditawarkan-Nya melalui hikmat-Nya. Meski ada kejahatan yang sangat mengerikan itu Ia tetap dengan bebas menyatakan kasih-Nya. Tidak seorangpun yang bisa menggagalkan rencana Allah. Dia yang Kudus tetap berkehendak untuk menebus dunia, meski Ia tahu bahwa hal itu hanya bisa dilakukan oleh pengorbanan Anak-Nya di tangan orang-orang berdosa yang tidak taat. Kayu salib adalah kemenangan hikmat Allah dan tanda kebesaran dari kasih-Nya yang tidak tertandingi kepada dunia ini. Penentuan Allah ini, bagaimanapun, tidak berarti bahwa Allah tidak memandang kesalahan bangsa Yahudi, karena dengan sangat keras Roh Kudus sudah mengatakan melalui Petrus, “Kamu adalah pembunuh, penganiaya dan seteru Allah.”

Betapa besarnya perbedaan antara awal dengan akhir khotbah Petrus! Pertama, para rasul berdiri dengan penuh sukacita di dalam Roh Kudus, memuji dan mengucap syukur kepada Allah. Kemudian, Roh Kudus menuntun Petrus untuk dengan tegas mengecam, hati para pendengarnya. Kasih Allah bukan pura-pura atau lemah, tetapi kudus dan benar.

DOA: Ya Bapa yang Kudus, kami bersyukur kepada-Mu bahwa Engkau sudah memberikan Anak Tunggal-Mu untuk mati secara terhina bagi kami. Kami membunuh Dia di dalam kelicikan dan keras kepala kami. Ampuni kami atas dosa-dosa kami dan kuduskan kami sepenuhnya dengan Roh kasih-Mu yang ajaib.

PERTANYAAN:

  1. Mengapakah Petrus harus menjelaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa merekalah yang membunuh Yesus?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on September 27, 2012, at 10:16 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)