Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 130 (Yesus di hadapan Pengadilan Sipil Pilatus dan Herodes)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 6 - Catatan Mengenai Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Kristus (Lukas 22 - 24)

10. Yesus di hadapan Pengadilan Sipil Pilatus dan Herodes (Lukas 23:1-25)


LUKAS 23:13-25
13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, 14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 17 [Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.] 18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" 19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" 22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. 24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

Sang wali negeri Romawi itu menjadi kuatir dan ingin mencegah adanya keributan di antara orang banyak yang menghadapnya, karena memang sudah terjadi pemberontakan melawan kekuasaan kekaisaran, pemberontakan yang gagal karena adanya informasi dari orang-orang Yahudi yang membocorkan tentang usaha itu kepada penguasa Romawi. Itulah sebabnya Pilatus tetap berdiam diri dan bahkan akhirnya menyetujui permintaan kelompok orang-orang Yahudi itu. Ia siap untuk melakukan apapun yang mereka inginkan agar mereka tidak melaporkan dirinya kepada pemerintah pusat di Roma dan menuduhnya sebagai seorang pejabat yang tidak setia.

Pilatus mengundang para pemimpin bangsa itu dan para imam-imam kepala, dan mengijinkan banyak orang untuk datang sebagai saksi. Beberapa saat sebelum perayaan Paskah dimulai, ia berdiri dan menyampaikan pidatonya, membuktikan bahwa Yesus tidak bersalah, dan menegaskan bahwa ia siap untuk membebaskan Yesus, setelah ia memeriksa kasus itu di hadapan semua perwakilan dan para pemimpin bangsa Yahudi. Setelah penyelidikan oleh para ahli yang membuktikan bahwa Yesus memang bukanlah seorang pemberontak tetapi pembawa damai, semua tuduhan terhadap-Nya menjadi tuduhan yang tidak berdasar. Dalam mengambil keputusan, yang dianggapnya lebih memahami kebiasaan bangsa itu, dan yang sudah dengan licik mengirimkan Yesus ke hadapannya dengan memakai jubah kebesaran sebagai ejekan.

Pilatus berusaha untuk menenangkan orang-orang Yahudi dengan memerintahkan agar Yesus disesah. Ia berpikir bahwa dengan hukuman itu ia akan memuaskan tuntutan orang banyak dan sekaligus juga membuat Yesus menjadi sangat ketakutan dan berhenti mengajar. Juga, sang wali negeri yang plin-plan itu berusaha membuat dirinya memiliki kewenangan atas keputusan terakhir yang akan dijatuhkan, dan memberikan kepada bangsa Yahudi pilihan untuk melepaskan salah satu tahanan sesuai dengan kebiasaan Romawi pada saat perayaan Paskah. Dengan cara ini, dia yang menjadi perwakilan pengadilan sipil itu berharap bahwa orang banyak akan memilih melepaskan Yesus, Yang lemah lembut dan sempurna. Namun orang banyak itu berseru dengan nyaring, Bebaskan Barabbas, meskipun dia pembunuh dan pemberontak tetapi ia adalah seorang pahlawan; dan singkirkan Dia yang memanggil kami kepada pertobatan.” Hal yang aneh adalah bahwa nama dari sang pembunuh itu, “Barabbas”, berarti “anak dari seorang bapa.” Namun, bangsa itu justru menolak Anak dari Bapa surgawi, karena mereka memang tidak berada di dalam Tuhan, dan karena itu suara rakyat saat itu sama sekali bukan suara Tuhan. Kita semua berdosa dan memiliki kecenderungan jahat. Penghakiman rakyat adalah pandangan dunia, dan bukan pandangan Ilahi.

Setelah semua teriakan itu, Pilatus berusaha sekali lagi untuk mengatakan kebenaran, dan berusaha meyakinkan orang banyak bahwa Yesus sungguh-sungguh tidak bersalah.

Namun orang banyak itu terbakar oleh kemarahan, dan berseru dengan sangat keras, sementara para imam kepala mulai mengatakan, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Penyaliban sama sekali bukan kebiasaan orang Yahudi, tetapi sebuah penghukuman Romawi yang diberlakukan untuk para budak yang melarikan diri dan para penjahat yang tidak berkewarganegaraan Romawi. Bentuk penghukuman terberat untuk warga negara Romawi adalah pemenggalan. Jadi kita melihat bahwa penyaliban hanya diberlakukan untuk para penjahat yang bukan warga negara Romawi.

Pilatus menyadari bahwa Yesus yang lemah lembut itu sama sekali tidak bersalah dan tidak layak untuk mati di kayu salib. Karena itu ia bertanya dengan lantang, “Kejahatan apa yang dilakukan-Nya?” Meskipun ia tahu bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi Pilatus lembek itu siap untuk menyesah Dia yang benar itu untuk memuaskan orang banyak yang ada di sana, dan kemudian setelah itu melepaskan Yesus.

Tetapi orang banyak itu menjadi semakin marah dan murka, dan mulai mendekat dengan penuh keributan. Mereka bagaikan sekumpulan binatang buas yang mencium bau darah dan ingin memangsa. Mereka berseru dengan suara nyaring, “Salibkan Dia, salibkan Dia!”

Orang banyak itu tidak berhenti membuat kegaduhan dan keributan sampai Pilatus, dengan penuh rasa takut dan sekaligus sedih, tunduk kepada tuntutan mereka. Sang wali negeri itu tidak siap mengorbankan jabatannya demi kebenaran. Namun, ia justru melepaskan sang penjahat yang adalah musuh Romawi, serta menjatuhkan hukuman kepada sang Raja Damai untuk dihukum di kayu salib. Vonis itu sendiri sebenarnya merupakan suatu kejahatan. Itu berarti bahwa pada saat yang sama Tuhan Penguasa surga sedang dijatuhi hukuman dengan tidak adil oleh seseorang yang mewakili dunia ini, tetapi penghakiman itu sama sekali tidak menegakkan kebenaran, karena didasari oleh sikap mementingkan diri sendiri seperti yang menjadi kecenderungan kita juga. Kalau anda berada dalam posisi seperti Pilatus, apakah anda siap melawan desakan orang banyak demi seorang pemuda yang nampak tidak berarti itu?

DOA: Oh Tuhan, Engkaulah yang Benar dan tidak berdosa. Kami memuliakan Engkau dan meminta pengampunan dari-Mu, karena kami mengenal kebenaran tetapi melakukan ketidakbenaran karena alasan pribadi. Kuatkanlah kami agar kami menjadi berakar di dalam kasih, memilih menderita untuk kebenaran dibandingkan dengan melakukan apa yang salah.

PERTANYAAN 138: Berapa kali Pilatus menegaskan bahwa Yesus tidak bersalah?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 10, 2017, at 10:51 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)