Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 098 (Kesembuhan Sepuluh Orang Kusta)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 4 - Pelayanan Yesus dalam Perjalanan ke Yerusalem (Lukas 9:51 - 19:27)

25. Kesembuhan Sepuluh Orang Kusta (Lukas 17:11-19)


LUKAS 17:11-19
11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu.

Kristus Yesus adalah Juruselamat yang berkuasa yang membawa kedamaian kepada dunia yang kehilangan damai, dan meneguhkan kerajaan surga di dunia ini. Para pengikut-Nya pada saat itu tidak menyadari tujuan Kristus bagi dunia ini, tetapi mereka merasakan aliran kuasa Ilahi dari diri Orang nazaret itu, ketika mereka melihat Dia membangkitkan orang mati, meredakan angin ribut, mentahirkan orang kustra, dan memberikan belas kasihan kepada semua orang miskin yang dibawa kepada-Nya. Ia menjadi sangat dikenal bahkan di desa dimana terdapat sepuluh orang kusta yang diasingkan dari desa mereka, di dekat perbatasan antara Galilea dengan Samaria. Salah seorang dari orang-orang kusta itu adalah orang Samaria. Tetapi penderitaan sudah menyatukan mereka semua yang berasal dari suku-suku yang berbeda.

Ketika kelompok orang yang sangat menderita itu mendengar bahwa Yesus akan lewat di dekat mereka, mereka lalu naik ke tempat tinggi, yang memungkinkan mereka bisa melihat Dia dari jauh dan memanggil-Nya tanpa mengganggu orang-orang yang memang mengikuti-Nya. Harapan mereka berubah menjadi keinginan yang kuat dan keyakinan yang sangat teguh. Mereka berseru dengan segenap hati mereka, “Yesus, kasihanilah kami.” Apakah anda mendengar suara itu di dalam hati anda sendiri?

Yesus senantiasa menjawab semua orang yang meminta belas kasihan kepada-Nya. Dan kemudian Yesus berhenti, memandang kepada orang-orang yang tak berdaya itu dan melihat iman mereka, lalu mengucapkan satu kalimat, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Kristus tidak mengatakan, “Tahirlah!” tetapi, “Pergilah dan percayalah kepada-Ku dan kepada perkataan-Ku agar kamu bisa mengalami kesembuhanmu selaras dengan keyakinanmu.” Kelompok itu kemudian berangkat dengan pelan tetapi juga dengan penuh harap. Mereka memiliki keberanian untuk percaya kepada perkataan Yesus, tetapi mereka takut dicemooh dan dihukum oleh orang banyak. Namun ketika mereka mulai berjalan, mereka mulai sembuh. Semakin jauh mereka melangkah, semakin pulih kulit mereka dan jari-jari yang sudah hilang juga mulai tumbuh. Karena itu mereka berlalri dan bersukacita. Mereka mengalami sendiri bahwa iman di dalam Kristus sudah membasuhkan mereka. Peristiwa yang sangat ajaib ini adalah suatu mujizat. Yang terjadi adalah suatu kesembuhan massal, karena sepuluh orang disembuhkan sekaligus dan dibaharui di dalam Yesus Kristus.

Mereka bergegas mendatangi imam-imam untuk mendapatkan pengesahan tentang kesembuhan mereka, sehingga keberadaan mereka bisa dipulihkan di dalam masyarakat dan juga di antara kerabat dan sahabat-sahabat mereka. Tetapi salah seorang di antara mereka, seorang asing dari Samaria, memiliki pikiran yang berbeda. Ia sedikit demi sedikit memahami bahwa suatu mujizat Ilahi sedang terjadi di dalam kehidupannya, dan bahwa Orang Nazaret itu bukanlah sekedar manusia, tetapi Allah sendiri. Dan ketika ia menjadi semakin yakin, ia kembali mendatangi Yesus, memuliakan Allah yang sudah mengampuni dosa-dosanya dan menyembuhkannya dengan sempurna. Ia tidak langsung mendatangi para imam, dan ia juga tidak kuatir bahwa penyakitnya akan kambung karena ia tidak melakukan apa yang diperintahkan Kristus, karena yang diinginkannya adalah melihat sang Juruselamat, dan berterima kasih kepada-Nya. Karena itu ketik ia sampai di hadapan Orang Nazaret itu, ia langsung tersungkur di hadapan Yesus, dan menyembah-Nya sebagai kesaksian pribadinya, seolah-olah ia mengatakan kepada Yesus, “Tuhan, Engkaulah Tuhanku dan aku milik-Mu. Lakukan kepadaku sesuai kehendak-Mu.” Ucapan terima kasihnya adalah pernyataan imannya.

Yesus tidak menolak penyembahan, persembahan diri, dan ucapan syukur yang mendalam dari orang itu, karena Kristus adalah Allah sejati dari Allah yang sejati, yang layak menerima penyembahan, kehormatan dan kemuliaan. Yesus tidak menjadi sombong karena penghargaan itu, atau karena keberhasilan yang didapat-Nya do dunia, karena Ia rendah hati. Ia justru merasa sedih di dalam hati, karena hanya satu dari sepuluh orang dan justru seorang asing, yang bisa mengenal Yesus, yang melupakan dirinya dan kembali untuk memberikan penghormatan di dalam doa dan penyembahannya kepada Yesus. Yesus bertanya tentang sembilan orang Yahudi yang tidak berterima kasih atas pertolongan-Nya. Mereka penuh dengan sukacita tetapi lupa berterima kasih. Meminta kepada Allah itu mudah, dan pasti akan mendapatkan jawaban. Tetapi kita jarang menaikkan ucapan syukur kita atas jawaban itu. Di dalam dunia ini memang ada dua kenyataan besar yang sangat mengherankan: kasih Allah yang terus melimpah kepada manusia meski manusia tidak tahu berterima kasih, dan yang kedua sikap manusia yang tetap tidak tahu berterima kasih walaupun berkat Allah selalu berlimpah. Yesus berkata kepada orang Samaria yang menyembah-Nya, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Perkataan Yesus tidak menunjuk kepada iman yang tidak lengkap yang dimiliki oleh orang Samaria itu, tetapi kepada kepercayaannya kepada Yesus melalui pengharapan, kepercayaan, keberanian beriman, pengalaman akan kuasa Allah, dan pujian yang penuh dengan ucapan syukur. Kristus meneguhkan keselamatan dari orang kusta itu, karena dia sudah memiliki keyakinan akan kasih Allah. Orang kusta itu tidak memiliki kebaikan di dalam dirinya sendiri, tetapi ia menjadi lambang bagi orang-orang berdosa. Ia tidak memiliki kebaikan apapun yang bisa dipersembahkan kepada Yesus untuk bisa mendapatkan keselamatan, dan hanya memberikan kepercayaannya kepada Firman Allah sebagaimana yang dikatakan oleh Orang Nazaret itu. Karena itu kami menasehatkan agar anda berpegang teguh kepada Yesus, dan bersyukur kepada-Nya atas semua anugerah-Nya, sehingga anda bisa dipenuhi dengan kuasa, sukacita, dan kebahagiaan. Jangan melupakan ucapan syukur, tetapi naikkanlah ucapan syukur atas semua karunia-Nya, dan terus perhatikan semua jawaban atas doa, dan semua berkat Allah sehingga hati anda akan bisa selalu menaikkan syukur. Pujilah Tuhan dengan segenap hati, dan jangan berlambat dalam mengucapkan syukur kepada-Nya.

DOA: Oh Bapa Surgawi, terima kasih karena Engkau telah memberikan Anak-Mu yang tunggal agar kami yang tidak tahu berterima kasih bisa bersyukur kepada-Mu. Kami menyembah Engkau, dan menyerahkan diri kami sepenuhnya ke dalam tangan-Mu, sekarang dan sampai selamanya. Kami mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati, dan Roh-Nya berdiam di dalam hati kami. Peliharalah kami di sepanjang kehidupan kami sehingga kami bisa memuji kasih karunia-Mu.

PERTANYAAN 107: Bagaimana ucapan syukur orang yang disembuhkan itu menjadi pernyataan imannya?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 05, 2017, at 02:46 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)