Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 018 (Yesus Disunat dan Dipersembahkan Kepada Allah di Bait Suci)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 1 - PERISTIWA-PERISTIWA SEJARAH YANG BERKAITAN DENGAN KELAHIRAN KRISTUS (Lukas 1:5 - 2:52)

6. Yesus Disunat dan Dipersembahkan Kepada Allah di Bait Suci (Lukas 2:21-38)


LUKAS 2:21-24
21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. 22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”

Anak Allah dilepaskan dari hukum Taurat, karena di dalam kesatuan-Nya dengan Bapa dan Roh Kudus sejak kekekalan, Ia menetapkan segala hukum dan hukuman untuk menuntun orang-orang berdosa kepada pertobatan dan iman melalui pengorbanan-Nya. Kristus adalah Sang Pembuat Hukum dan Tuhan atas Hari Sabat. Ia memiliki hak untuk mengubah dan menggenapi penghakiman. Tetapi sebagai Anak Manusia dan Pembela bagi manusia, Ia tunduk kepada aturan hukum, menanggung dosa kita, dan memikul murka Allah, sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus mengenai kelahiran-Nya di dalam Galatia 4:4-5.

Di dalam Perjanjian Lama, sunat memiliki tiga makna:

  • Pengakuan manusia akan kecemaran yang mengikat dirinya sejak ia lahir, karena semua manusia berdosa sejak kanak-kanak dan layak menerima maut dan kebinasaan.
  • Seseorang yang disunatkan sedang mengikatkan diri kepada perjanjian dengan Allah, dan juga mengikatkan diri sebagai umat anugerah, karena korban yang sempurna itu sudah menjadi korban pendamaian bagi dosanya (Roma 3:25).
  • Keputusan untuk melawan kepentingan diri dan hidup yang jauh dari Allah, serta menyerahkan diri untuk pelayanan kepada Tuhan sebagai umat dari bangsa yang kudus.

Kalau kita menerapkan ketiga makna itu ke dalam diri Yesus, kita akan melihat bahwa dalam melakukan ritual itu Ia menerima bahwa Ia akan mati di dalam murka Allah karena dosa-dosa kita. Sebagai pengganti kita maka Ia menetapkan perjanjian dengan Allah, karena Dia yang dipilih sejak semula itu tetap ada di dalam hubungan perjanjian dengan Bapa-Nya. Lebih lagi di dalam sunat ini, dengan memberikan diri secara rela bagi kemuliaan Bapa-Nya, Ia melayani umat pilihan-Nya yang adalah anggota yang baru dari keluarga Allah (Yohanes 1:12; 1 Petrus 1:8-22).

Pelajarilah rahasia hukum Taurat, dan anda akan menemukan kesimpulan semuanya itu di dalam nama Yesus, yang diberikan kepada-Nya dalam ritual ini. Nama-Nya berarti Allah menolong dunia hanya melalui pendamaian dengan Kristus, yang dimulai pada hari penyunatan-Nya. Manusia hanya menyebut-Nya “Yesus” setelah anak domba penebusan diletakkan ke atas diri-Nya, sebagaimana kebiasaan dalam ritual sunat mereka. Kemudian nama dari Yang Mahakudus itu mulai muncul.

Yusuf menyunatkan Yesus Anak Maria itu dan memberikan nama kepada-Nya delapan hari setelah kelahiran-Nya di Betlehem.

Namun, Maria, ibu-Nya, harus menjalani ritual penyucian sesuai dengan aturan Perjanjian Lama. Empat puluh hari setelah mereka menyendiri, keluarga kudus itu mengadakan perjalanan ke Yerusalem, dimana Maria membeli dua ekor burung merpati bagi dirinya: satu sebagai korban bakaran, dan satunya lagi sebagai korban penghapus dosa (imamat 12:8). Korban penghapus dosa itu menjadi lambang bahwa semua manusia lahir dalam keadaan berdosa dan membutuhkan pengampunan Allah. Dengan melakukan hal itu, Maria menunjukkan kemiskinannya, karena orang-orang yang mampu dituntut untuk memberikan seekor domba sebagai korban bakaran, sedangkan orang-orang yang tidak mampu diijinkan untuk memberikan dua ekor burung merpati. Maria memberikan korban itu dengan sukarela, sesuai dengan kemampuan keluarganya. Meskipun sang Juruselamat itu suci dari segala kecemaran moral sejak Ia dikandung dan dilahirkan, Maria memahami keadaannya sebagai manusia, dan membawa korban penghapus dosa bagi dirinya sendiri.

Dengan kata-kata itu, kita juga membaca tentang penggenapan dari tuntutan ketiga dari hukum, yaitu menebus Yesus dari tugas keimaman, karena semua anak laki-laki sulung dianggap “kudus” bagi Tuhan, dan harus diserahkan untuk melayani Dia di Bait Suci sampai akhir hayatnya. Namun, semua anak sulung dilepaskan dari pelayanan ini melalui penunjukkan khusus kepada kaum Lewi sebagai pengganti semua anak sulung bangsa itu, untuk melayani di Bait Suci (Bilangan 3:13, 40). Sebagai pengingat untuk kebenaran ini, yaitu bahwa semua anak sulung secara otomatis seharusnya dipersembahkan kepada Allah, maka semua anak sulung akan di bawa ke hadirat Allah, dan orangtuanya harus membayarkan uang tebusan baginya, lima syikal, sesuai dengan upah bagi seorang tukang yang bekerja selama empat puluh hari (Bilangan 3:47).

Meski Yesus sudah ditebus dari tugas pelayanan keimaman, tetapi Ia tetaplah Imam Besar bagi semua manusia, dan selalu menguduskan diri bagi Allah, karena semua tuntutan hukum tidak hanya digenapi di dalam Dia, tetapi Ia sendiri menggenapi semua itu melalui kasih, kebenaran, dan pengorbanan-Nya bagi tuntutan yang melampaui semua hukum itu.

DOA: Yesus Tuhan kami, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau menggenapi hukum Taurat melalui sunat dan tebusan di Bait Suci, dan membebaskan kami dari semua penghukuman Perjanjian Lama sehingga melalui curahan darah-Mu yang kudus kami bisa melayani Allah.

PERTANYAAN 27: Bagaimanakah orangtua Yesus menggenapi hukum dari Perjanjian Lama?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on April 06, 2017, at 07:16 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)