Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- English -- Mark - 103 (The Burial of Jesus)
This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Tamil -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

MARKUS - Siapakah Kristus?
Belajar dari Injil Kristus Menurut Matiusus
BAGIAN 8 - KERINDUAN DAN KEMATIAN KRISTUS (Markus 14:1 - 15:47)

20. Penguburan Yesus (Markus 15:42-47)


MARKUS 15:42-47
42 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. 43 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 44 Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. 45 Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. 46 Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. 47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.

Bagaimana Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Majels Besar yang terkemuka, tahu dengan cepat mengenai kematian Yesus? Mungkin saja salah satu dari perempuan yang ada di sana memberitahukan hal itu kepadanya.

Tetapi mengapa perempuan itu langsung mendatangi seorang anggota Majelis Besar, dan bukan mendatangi Petrus dan Yohanes? Karena Yusuf yang terkemuka ini adalah seseorang yang mengikuti Yesus secara diam-diam, yang secara rahasia menjaga pengharapannya bahwa Yesus memang adalah sang Mesias yang dijanjikan. Karena itu, para perempuan itu percaya kepadanya, dan berani meminta pertolongannya (Yohanes 19:38).

Bagaimana Yusuf Arimatea bisa menghormati Yesus, meski ia sendiri adalah anggota Majelis Besar yang melawan Yesus? Mungkin ia tidak hadir ketika Majelis itu mengadakan perte,uan. Atau mungkin ia hadir, dan ia memberikan pandangan yang berbeda dengan anggota-anggota lainnya. Mungkin juga ada pengaruh dari pandangan Yahudi kuno yang mengatakan bahwa bahkan seorang pendusta sekalipun tidaklah sepenuhnya lepas dari kasih karunia Allah, dan pandangan itu diterapkan kepada Yesus, dan karena itu perlu ada paling tidak dua suara yang berpandangan bahwa Yesus harus dilepaskan, yang melawan pandangan di antara ketujuh puluh anggota Sanhedrin itu, barulah keputusan untuk menjatuhkan hukuman itu bisa benar-benar sah. Mungkin Yusuf dan Nikodemus adalah kedua suara yang mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah, dan hal itu membuat keputusan yang dibuat oleh Mahkamah agama itu sesuai dengan prosedur dan menjadi sah (Yohanes 19:39).

Yusuf adalah seorang yang memiliki karakter yang baik dan berbeda dengan kebanyakan orang-orang Yahudi ataupun orang-orang Romawi, sehingga ia dengan berani masuk ke benteng Antonia untuk bertemu dengan Pilatus, sang gubernur Romawi, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan membuat para imam kepala menjadi sangat marah. Ia tidak takut kepada anggota Mahkamah agama, dan tidak terlalu memperdulikan ritual hari Paskah, yang mengatakan bahwa orang yang bersentuhan dengan mayat akan menjadi najis selama satu minggu.

Pilatus heran bahwa Yesus mati dengan sangat cepat. Tidak lazim bahwa seorang yang disalibkan sudah mati sebelum 24 jam atau 48 jam, dan bahkan ada yang sampai bertahan sampai hari yang ketiga. Namun, Yesus lemah lembut, peka, dan memiliki kasih serta kehormatan yang besar. Tubuh-Nya sudah binasa, jiwa-Nya yang penuh kasih sudah lelah karena keselamatan dunia, neraka sudah menyerang Dia tanpa henti, dan murka Allah tercurah ke atas-Nya.

Baca dengan seksama mengenai kematian Yesus (Yesaya 53:5), dan anda akan banyak belajar: “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”

“Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, ... ia akan melihat terang dan menjadi puas.”

Pilatus tidak mau memperpanjang urusan mengenai kasus ini. Dia berpikir bahwa ia harus segera melepaskan diri dari masalah itu, yang memang sangat mengganggu hati nuraninya sendiri, karena ia merasa sudah menghukum mati seseorang dengan cara yang tidak sah karena tekanan bangsa itu. Ia merasa sangat senang menerima kunjungan dari salah satu anggota Mahkamah agama Yahudi yang terhormat, salah satu anggota Mahkamah yang pagi harinya membawa Yesus kepadanya untuk disalibkan. Pilatus menyerahkan tubuh Yesus kepada orang-orang yang menuduh-Nya. Tetapi Ia mau memastikan terlebih dahulu secara sah mengenai kepastian dari kematian Yesus, karena khawatir bahwa nanti ia akan menghadapi masalah, kalau tubuh itu diturunkan dalam keadaan hidup dan kemudian bisa pulih serta sehat kembali.

Karena itu ia kemudian memanggi sang perwira, yang kemudian memberikan kepastian kepadanya mengenai kematian Yesus. Bukan hanya para perempuan yang ada di sana, bahkan perwira pasukan Romawi juga memberikan kesaksian sejarah mengenai kematian Yesus di kayu salib.

Di sini, kita melihat pemeliharaan Allah, bahwa Yusuf Arimatea baru saja membeli sebuah kubur batu di luar kota Yerusalem, meski ia tinggal di kota lain. Dalam kasihnya kepada Yesus, Yusuf Arimatea merasakan ikatan pribadi dengan Yesus sehingga ia menempatkan tubuh Yesus di dalam kuburannya sendiri sebagai tanda penghargaan dan penghormatan yang besar kepada-Nya.

Demikianlah, tubuh Yesus tidak sekedar dilemparkan ke tanah begitu saja, atau dibiarkan untuk dimakan oleh binatang buas di padang gurun, sebagaimana yang biasa terjadi terhadap tubuh orang-orang yang mati disalibkan, tetapi tubuh Yesus diletakkan di dalam sebuah kubur yang sangat bagus yang sudah disiapkan, yang menunjukkan bahwa dengan kematian-Nya menggantikan kita dan kesediaan-Nya menanggung murka Allah, Ia sudah memberikan kepada kita pelayanan pendamaian itu diterima dan sangat dihargai oleh Allah. Bahkan, Yusuf tidak sendirian saja dalam menurunkan tubuh Yesus dari kayu salib. Nikodemus, seorang ahli dan pengajar hukum taurat beserta dengan beberapa orang saleh lainnya ikut menolong Yusuf. Para perempuan juga ikut mengambil bagian dalam menyatakan pelayanan kasih mereka. Ritual penguburan itu diselesaikan dengan cepat, karena hari Sabat sudah menjelang, yang akan dimulai pada jam yang keduabelas, atau jam enam sore. Pada saat hari Sabat dimulai, tidak ada seorangpun yang boleh bekerja atau melakukan kegiatan, dan setiap orang yang melanggar ketentuan itu terancam hukuman mati.

Hari Sabtu itu bertepatan dengan Hari Raya Paskah, lambang dari berlalunya murka Allah kepada bangsa itu yang memakan anak domba korban. Namun, Anak Domba Allah yang sesungguhnya dikuburkan dengan cepat dan diam-diam, dan tubuh-Nya terbaring dengan tenang di dalam kubur-Nya sepanjang hari Sabtu itu. Mereka juga menutup pintu kubur-Nya dengan meterai gubernur, sehingga tidak ada seorangpun termasuk pengikut-Nya, yang bisa mengambil tubuh-Nya, dan semua orang yang berduka karena kematian-Nya hanya bisa pulang ke rumah mereka dan menangis dengan penuh kesedihan.

DOA: Ya Allah yang Kudus, kami menyembah Engkau karena Engkau sudah menyiapkan semua detail bagi penguburan Anak-Mu. Engkau memimpin Yusuf dan Nikodemus untuk menunjukkan kasih mereka kepada Yesus sehingga mereka tidak lagi takut menghadapi tuduhan, bahaya, dan hinaan. Tolonglah kami agar tidak menjadi takut kepada hinaan dan kepada penentangan, tetapi berikan kepada kami keberanian untuk menyaksikan kasih-Mu kemana saja dan kapan saja sehingga setiap orang boleh mendengar bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang sudah menanggung segala dosa dunia. Amin.

PERTANYAAN:

  1. Apa hal yang luar biasa yang terjadi dalam peristiwa penguburan Yesus?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on October 07, 2014, at 08:57 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)