Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 216 (Destruction of Jerusalem)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 4 – Pelayanan Terakhir Yesus di Yerusalem (Matius 21:1 - 25:46)
C – Khotbah Kristus di Bukit Zaitun (Matius 24:1-25:46) –- Kumpulan Keenam dari Perkataan Yesus

6. Kehancuran Yerusalem (Matius 24:15-22)


MATIUS 24:15-22
15 “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya --16 maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. 17 Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, 18 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. 19 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. 20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. 21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. 22 Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.”
(Daniel 12:1, Markus 13:14-23, Lukas 21:20-24, 23:29)

Di sini Kristus menyimpulkan penghakiman kekal akan dijatuhkan ke atas dunia di hari-hari akhir sebelum kedatangan-Nya. Ia menjelaskan kepada para murid-Nya mengenai hukuman Allah yang akan datang, khususnya ke atas Yerusalem, karena bangsa Yahudi sudah menolak dan menyalibkan Anak Allah. Yesus Kristus meminta pengampunan bagi mereka dan Bapa-Nya mendengar doa-Nya.

Bangsa Yahudi saat itu terbagi ke dalam dua golongan. Orang-orang Zelot memakai kekerasan melawan para imam yang ada di dalam Bait Suci, melempari mereka dengan batu dan api. Darah dari para imam yang mati mengalir di dekat mezbah kudus, menutupi lantai Bait Suci itu. Di akhir tahun 70 M, ketika bangsa Romawi datang dan mengepung Yerusalem, orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi menyimpulkan bahwa pembunuhan para imam di Bait Suci itu merupakan kenajisan yang dinubuatkan akan terjadi dan menjadi kecemaran di tengah-tengah Bait Suci. Sebagai akibatnya, sesuai dengan tuntunan dari nubuatan Kristus yang sangat jelas, mereka pergi ke sebuah kota bernama Pella, yang terletak di seberang Sungai Yordan di antara sepuluh kota yang merdeka. Mereka melarikan diri sebelum pengepungan dimulai, dan menyelamatkan diri dari malapetaka besar yang kemudian menimpa seluruh penduduk kota kudus itu.

Ketika Titus, panglima Romawi, datang dengan pasukan yang sangat kuat, ia memulai pengepungan Yerusalem pada masa Paskah, ketika kota itu dipenuhi dengan para peziarah. Pengepungan itu berlangsung selama lima bulan, yang menyebabkan kelaparan melanda kota itu. Banyak di antara penduduk kota yang meninggalkan kota dan menyerahkan diri kepada pasukan Romawi, yang kemudian menyalibkan mereka tanpa belas kasihan. Ribuan dari antara mereka tergantung di kayu salib yang didirikan di sekitar tembok Yerusalem.

Setelah menaklukkan kota itu, membakar Bait Suci, dan menghancurkan gedung-gedung yang megah, bangsa Romawi memperbudak bangsa Yahudi. Demikianlah dimulai masa kesengsaraan dan penindasan yang sangat mengerikan sesuai dengan seruan mereka di hadapan Pontius Pilatus pada waktu penyaliban Yesus, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”

Pembinasaan keji yang sama juga akan bisa dilihat di zaman ini ketika ada perpecahan yang tidak semestinya di antara orang-orang percaya, yang menyebabkan terjadinya kepahitan dan dendam di antara mereka di dalam gereja. Ini bisa terjadi dalam bentuk penganiayaan yang berasal dari mereka yang ada di luar gereja. Kekristenan yang terpecah-pecah akan bertentangan dengan hakekat aslinya yang seharusnya penuh kasih dan pengampunan. Dan lagi,Juruselamat kita sendiri mengatakan bahwa rumah yang terpecah-pecah tidak akan bisa bertahan. Kalau kita mau mengambil bagian di dalam perpecahan yang demikian, kita harus bertobat dan meminta ampun. Kita harus saling tunduk satu kepada yang lain, dan mengejar sikap rendah hati. Kalau kita memiliki persoalan (selain dari adanya penyangkalan terhadap doktrin Kristus yang mendasar), kita harus berjuang untuk menciptakan damai agar kita tidak memancing teguran dari Tuhan kita. Barangsiapa yang dengan sengaja menyebabkan adanya pertengkaran akan harus bertanggungjawab atas akibatnya.

Pada masa-masa bahaya dan kesulitan semakin mendekat, bukan hanya baik, tetapi juga merupakan tanggungjawab kita, untuk berusaha menjaga diri dengan cara yang baik dan jujur. Kalau Allah membuka kesempatan untuk lolos, kita harus pergi dengan cepat; kalau tidak demikian, kita bukan sedang mempercayai Allah, tetapi justru mencobai Dia. Ketika maut ada di ambang pintu, penundaan sangat berbahaya. Lot diberitahu, “Jangan menoleh ke belakang” (Kejadian 19:17). Prinsip yang sama diaplikasikan kepada mereka yang masih berpegang kepada dosa. Ketika mereka melihat kepastian kehancuran mereka di masa depan, dan akibatnya, mereka mau tidak mau lari kepada Kristus, mereka harus memperhatikan hal itu. Kalau tidak, mereka akan mengalami kebinasaan kekal karena penundaan itu.

Ketika melarikan diri, orang yang bijaksana tidak akan membawa terlalu banyak miliknya, karena semua itu akan menjadi beban, dan menghambat pelariannya. Ketika bangsa Asyur dibuat gentar dan panik oleh Allah dan melarikan diri, mereka meninggalkan pakaian dan harta mereka (2 Raja 7:15). Mereka yang membawa paling sedikit barang bawaan akan menjadi yang paling aman di dalam pelarian mereka. Pada masa-masa bahaya yang demikian, kita harus bersyukur kalau masih hidup, meskipun harus kehilangan harta mereka, karena, “Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan” (Matius 6:25)? Sebuah pepatah Yunani mengatakan, “Pengembara yang tidak membawa uang tidak akan rugi jikalau dirampok” dan melarikan diri, seorang filsuf yang tidak pernah membawa apa-apa dalam perjalanannya pernah mengatakan, “Semua harta saya sudah saya bawa.” Demikian juga orang yang sudah memiliki Kristus di dalam hati akan membawa-Nya sampai selamanya, bahkan kalaupun ia sudah kehilangan semua barang miliknya.

DOA: Bapa, kami layak menerima murka-Mu dan dibinasakan seperti orang-orang lain, karena kami congkak, sombong, terpecah-pecah dalam kelompok dan bagian-bagian, dan saling membenci. Ampunilah kami atas anggapan bahwa kami lebih baik dibandingkan dengan orang-orang lain, dan menyatukan kami di dalam kerendahan hati karena kasih yang didasarkan kepada kuasa Injil-Mu.

PERTANYAAN:

  1. Apakah artinya pembinasa keji?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 08, 2023, at 03:50 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)