Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 172 (Sin of Divorce)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 3 – Pelayanan Yesus di Lembah Yordan dalam Perjalana nya ke Yerusalem (Matius 19:1 - 20:34)

2. Dosa Perceraian (Matius 19:7-9)


MATIUS 19:7-9
7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" 8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. 9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.”
(Matius 5:31-32, Lukas 16:18)

Perkawinan bukanlah suatu hobi atau hiburan bagi laki-laki. Perkawinan adalah perintah Ilahi, dan tanggungjawab besar untuk keberlangsungan kehidupan. Setiap kali gagasan tentang perkawinan yang terhormat runtuh di dalam suatu bangsa, maka pintu akan terbuka untuk terjadinya hubungan yang tidak sah melalui pil kontrasepsi, dan sebagai akibatnya rasa malu dan dosa juga menyusup masuk. Harus diingat bahwa barangsiapa melanggar hukum dan aturan dari sang Pencipta pastilah akan jatuh ke dalam penghukuman-Nya.

Hari ini, kita melihat bahwa rasa malu sudah diumbar dengan sangat nyata di film-film, buku-buku, dan papan-papan iklan, seolah-olah rasa moral manusia sudah mati. Beberapa tahun yang lalu, kebanyakan orang akan merasa malu melihat gambar yang tidak senonoh dan film pornografi. Hari ini, orang yang tidak mau melihat gambar dan film yang demikian justru dianggap sebagai kampungan dan kuno, seolah-olah perkembangan dan kemakmuran berkaitan dengan tindakan yang menjijikan dan tidak bermoral demikian. Karena itu, banyak orang mulai mempraktekkan dosa seolah-olah mereka sekedar sedang meneguk segelas air dingin saja. Apakah anda berpikir Kristus tidak melihat sejauh mana kejatuhan dalam hal karakter dan tindakan dari umat-Nya?

Kita akan terkejut ketiga perkawinan yang terhormat lenyap, kehormatan dan nilai keluarga merosot, dan kecemaran merajalela di antara orang-orang yang sudah menikah. Suami dengan istri tidak mau belajar untuk melatih pengendalian diri, kerendahan hati, dan rasa puas, karena kehidupan modern membawa mereka kepada kenajisan, kesombongan, dan kelonggaran. Dalam kenyataannya, dimanapun Kristus tidak menjadi pusat dari kehidupan perkawinan, kekacauan akan muncul, dan pertengkaran, tuduhan yang keji, pemberontakan dan kesakitan akan berkuasa. Kecemaran dan kebencian kemudian akan nampak dengan nyata dan kehidupan akan terasa seperti neraka, dibakar oleh api kebencian dan permusuhan. Perceraian kemudian menjadi jalan keluar bagi kedua belah pihak, meskipun itu bukan jalan keluar menurut Kristus.

Betapa pahitnya perceraian! Karena hal itu menghancurkan kesatuan hati. Hal itu membuat anak-anak kehilangan sarang mereka. Mereka sering menjadi pesimis dan kriminal, karena kalahnya kasih menciptakan di dalam diri mereka kebencian yang mendalam. Perceraian tidak menjadi dosa terhadap diri mereka sendiri, tetapi terhadap anak-anak dan masyarakat juga. Mereka tidak belajar untuk menyangkal dirinya dan tidak tahu bahwa kehidupan berarti pelayanan dan bukan kenyamanan.

Di dalam Perjanjian Lama, kalau seorang laki-laki dan seorang perempuan ditemukan melakukan perzinahan, mereka harus dirajam sampai mati (Ulangan 22:20). Pihak yang tidak bersalah yang pasangannya melakukan perzinahan memiliki hak, setelah merajam pasangan yang berzinah itu, untuk kawin lagi; karena dengan kematian si pezinah, maka kawin lagi dianggap sah.

Tetapi Musa, bukan Allah sendiri (Ulangan 24:1), membuat kompromi karena sikap keras kepala bangsanya. Kalau seorang suami mendapati kecemaran istrinya, ia memiliki hak untuk menceraikannya. Dari prinsip ini, beberapa ahli Taurat kemudian mengembangkan aturan yang panjang lebar pada masa Yesus, dan memberikan hak kepada laki-laki untuk menceraikan istrinya bahkan untuk alasan yang sepele sekalipun.

Yesus melawan penyimpangan dari tatanan alam ini dan berusaha untuk memelihara dan menyelamatkan perkawinan dari segala penyelewengan, dan melarang perceraian. Kristus kembali kepada prinsip yang sangat mendasar. Perkawinan diperintahkan oleh Allah sejak awal penciptaan sebagai sesuatu yang baik dan lengkap. Kasih Allah itu kudus, dan kasih itu melindungi perkawinan. Karena itu, semua pemuda dan pemudi harus mempelajari hakekat dari kehidupan perkawinan sebelum mereka menikah, karena perkawinan bukanlah hanya sesuatu yang sekedar lewat saja tetapi sebuah perjanjian untuk adanya anugerah yang terus menerus.

Seorang Kristen tidak boleh menceraikan istrinya, karena ia menikahi istrinya di bawah tuntunan Allah dan harus hidup dengannya di bawah kuasa Roh Kudus. Pengampunan Allah menciptakan di dalam dirinya kesiapan untuk mengampuni di dalam perkawinan dan menawarkan kesabaran dan ketekunan kepadanya dengan sukacita dan ucapan syukur. Kita memuji Allah karena memberikan hukum perkawinan yang menguduskan keluarga kita di dalam Roh Kudus-Nya sehingga Ia bisa menciptakan di dalam keluarga-keluarga itu suasana surga di tengah-tengah dunia yang cemar ini.

Para ilmuwan di zaman kita ini memperingatkan kita bahwa meningkatnya pencemaran akan membawa akibat kepada bencana besar yang mengancam manusia. Jawaban kita untuk peringatan yang demikian adalah bahwa kalau seorang laki-laki hanya menikahi satu perempuan saja, dan mereka siap untuk mengendalikan diri berkaitan dengan jumlah keturunan mereka, membesarkan anak-anak mereka di dalam kasih Kristus, maka semua manusia akan hidup dalam kedamaian dan keselarasan. Tetapi kalau di negara-negara didominasi oleh orang-orang Kristen melakukan pengendalian diri dan membatasi jumlah anak-anak, maka negara-negara yang didominasi oleh agama-agama lain akan memenuhi dunia dengan surplus jumlah kelahiran.

DOA: Bapa Surgawi, kami memuliakan Engkau karena komitmen kepada perkawinan dan kasih yang Engkau tawarkan kepada orang-orang yang menikah. Kami meminta pengampunan-Mu atas pelanggaran kami terhadap aturan Allah, dalam cara apapun, dan meminta Engkau menguatkan kasih dan saling menghargai di antara suami dan istri di seluruh dunia. Kami menyesal atas semua iklan yang cemar dan cobaan yang jahat dari kehidupan modern kami. Kami memohon agar ada pertobatan di antara bangsa kami sehingga mereka akan belajar kekudusan dan kesetiaan di dalam takut akan Allah dan kekudusan di dalam Roh Kudus.

PERTANYAAN:

  1. Apa yang dikatakan Yesus mengenai perceraian?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 28, 2023, at 05:37 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)