Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 157 (Transfiguration of Jesus)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 2 - Kristus Mengajar dan Melayani di Galilea (Matius 5:1 - 18:35)
D - Orang-Orang Yahudi Yang Tidak Percaya dan Permusuhan Mereka Kepada Yesus (Matius 11:2 - 18:35)
3. Pelayanan dan Perjalanan Yesus (Matius 14:1 - 17:27)

m) Yesus Dimuliakan Di atas Gunung Hermon (Matius 17:1-8)


MATIUS 17:1-8
1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. 4 Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." 6 Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. 7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" 8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.
(Matius 3:17, Markus 5:37; 9:2-13, Lukas 8:51; 9:28-36, Roma 1:16, 2 Petrus 1:16-18)

Enam hari setelah penderitaan mereka karena keterkejutan mendengar kabar tentang sudah mendekatnya penangkapan, kematian dan pengajaran untuk menyangkal diri, Yesus meninggalkan para murid-Nya. Pengharapan duniawi mereka sudah sirna, dan mereka harus menyiapkan diri untuk penganiayaan. Ia memilih tiga orang dari antara mereka dan membawa mereka naik ke Gunung Hermon untuk berdoa. Sementara Ia berdoa, Ia berubah rupa. Wajah-Nya bersinar seperti matahari, karena selubung sudah diangkat dari hakekat keilahian-Nya. Kemuliaan kekal-Nya menjadi sangat nyata. Perubahan rupa ini terjadi ketika Ia sedang berdoa. Kemudian para murid-Nya menyadari kenyataan dari kehidupan-Nya yang tidak akan ditaklukkan oleh kematian. Yesus mengubah rupa-Nya menjadi mulia agar mereka bisa yakin akan janji-Nya membangkitkan mereka di dalam kemuliaan.

Mereka yang oleh iman merasakan keindahan Tuhan tidak akan tidak menghendaki keinginan untuk tetap ada di sana sepanjang kehidupan mereka. Sangat indah untuk mengambil bagian di dalam kehadiran kekudusan Allah – tetap berada di tempat kudus Allah seperti ada di rumah yang sangat nyaman, dan bukan berada di luar terhilang di dalam gelap.

Kristus menubuatkan tentang penderitaan-Nya dan mengatakan kepada para murid-Nya untuk menantikan hal yang sama. Petrus lupa akan hal ini, atau, untuk mencegahnya, ia berusaha membangun empat buah tenda di atas gunung kemuliaan, jauh dari semua masalah. Ia masih tetap memaksa, “Guru, lepaskan diri-Mu” meskipun ia sudah pernah ditegur dengan sangat keras karena hal itu.

Tiba-tiba, Musa dan Elia nampak berdiri di dekat Yesus. Orang-orang kudus yang sudah mati sebenarnya hidup, berpikir, berbicara dan melayani Allah di dalam keindahan dan kekudusan kemuliaan. Penampakan yang sangat indah ini menegaskan iman dari ketiga murid itu, menguatkan kenyataan bahwa Kristus adalah Tuhan atas semua Hukum Musa dan penggenapan dari semua nubuat. Ia akan mati sebagai korban tak bercacat, karena Ia adalah Kristus yang sejati yang dijanjikan bagi orang-orang bukan Yahudi. Kematian Kristus akan sepenuhnya sesuai dengan Musa, pengantara dari Perjanjian Lama, dan dalam keselarasan dengan berita Yohanes Pembaptis, yang mempersiapkan masa Perjanjian Baru. Ini juga akan membawa mereka kepada kenyataan bahwa Allah sendiri yang menghendaki Anak-Nya untuk mati, karena tidak ada yang akan masuk ke dalam kemuliaan-Nya tanpa melalui pendamaian dari Kristus.

Musa dan Elia adalah tokoh-tokoh terkemuka dan menonjol di dalam Surga, namun mereka sebenarnya hanyalah hamba, hamba rohani semata, dan hamba yang tidak selalu melakukan apa yang dikehendaki Allah. Musa sering berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan Elia sering dikuasai oleh perasaannya. Tetapi Kristus adalah “Anak” dan di dalam Dia Allah selalu berkenan. Musa dan Elia kadangkala menjadi alat untuk memperdamaikan antara Allah dengan bangsa Israel. Musa adalah pembawa syafaat yang hebat, dan Elia adalah nabi pemberi peringatan yang sangat hebat. Di dalam Kristus, Allah memperdamaikan dunia dengan diri-Nya. Syafaat-Nya jauh lebih luas dibandingkan dengan syafaat Musa, dan pembaharuan yang dibawa-Nya lebih berpengaruh dibandingkan dengan yang dibawa Elia.

Petrus menyatakan kerinduan semua akan adanya pertemuan surgawi di dalam roh yang mulia di hadirat kemuliaan Kristus, karena kita semua rindu untuk hidup bersama selamanya bersama dengan Allah di dalam surga. Inilah kerinduan yang menjadi bisikan hati kita. Petrus ingin berpegang kepada surga dengan membangun kemah itu bagi para bapa yang mulia itu, dan sepenuhnya lupa akan sahabat-sahabatnya dan lupa akan dirinya sendiri. Ia tidak sepenuhnya sadar karena kemuliaan Allah melampaui semua pengetahuan.

Allah menyelubungi para tokoh itu dengan kabut kemuliaan-Nya yang bersinar terang, penuh kehidupan, dan perlindungan. Betapa luar biasanya dunia kalau kabut kasih Ilahi menyelimuti bangsa kita sehingga kita bisa sujud dengan ketakutan di hadirat Allah yang Kudus dan menyembah Dia. Oh, kiranya kita bisa mendengar suara Bapa surgawi kita yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah kasih Allah yang menjadi manusia. Jalan Kristus ke salib adalah rencana Allah untuk menyelamatkan dunia. Bapa berkenan dengan ketaatan Anak-Nya sehingga Ia berkehendak untuk menebus dunia ini dengan kematian-Nya yang menjadi pengganti.

Suara Allah menembus ke dalam hati para rasul yang sangat terkejut itu. Tetapi Kristus merangkul para murid-Nya dan mengangkat mereka kembali. Barangsiapa yang mendengar suara-Nya akan mati bagi dosa-dosanya, tetapi akan hidup untuk kebenaran. Mari kita lupakan terang yang bersinar dari dunia ini, dan hanya memandang kepada Yesus, terang yang sejati itu. Sudahkah anda melihat Dia? Apakah Dia menjadi pusat di dalam hati anda, fokus dari kehidupan anda?

Berbeda dengan Musa dengan Tauratnya dan Elia dengan pernyataan kenabiannya, Kristus akan senantiasa kita perlukan. Pembimbing duniawi kita akan berlalu, tetapi Yesus Kristus tetap sama kemarin, sekarang, dan sampai selamanya (Ibrani 13:7-8).

DOA: Bapa Surgawi, kami memuliakan Engkau karena memuliakan Yesus di hadapan para murid-Nya yang terpilih, dan karena pernyataan diri-Nya sebagai Juruselamat di dalam kemuliaan-Nya yang sejati. Kami berterima kasih kepada-Nya karena Ia sudah mengosongkan diri-Nya dan mati bagi kami menggenapkan janji-Mu di dalam Hukum Musa dan pernyataan para nabi. Tolonglah kami untuk hanya memandang kepada Yesus saja, Anak-Mu yang tunggal, agar gambaran-Nya termeteraikan di dalam hati kami, sehingga kami bisa diubahkan ke dalam ketaatan yang penuh kepada-Nya, dan agar kami bisa juga memberikan keselamatan dari-Nya kepada orang-orang yang ada di sekitar kami. Kami memuji Engkau karena Kristus, melalui kematian-Nya mengeluarkan kami dari dosa dan membawa kami ke dalam kemuliaan.

PERTANYAAN:

  1. Mengapakah Kristus berubah rupa hanya di depan sedikit murid saja?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 28, 2023, at 04:16 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)