Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 041 (The Beatitudes)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 2 - Kristus Mengajar dan Melayani di Galilea (Matius 5:1 - 18:35)
A - Khotbah di Bukit: Tentang Peraturan di dalam Kerajaan Surga (Matius 5:1 - 7:27) -- Koleksi Pertama dari Perkataan Yesus

a) Ucapan Bahagia (Matius 5:1-12)


MATIUS 5:1-2
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:

Kristus memiliki belas kasihan kepada umat-Nya yang tidak mengenal Tuhan mereka dan tidak mengenal diri mereka sendiri. Ia memilih murid-murid-Nya dari antara orang-orang yang terhilang. Ia memanggil mereka dan membawa mereka ke sebuah bukit dimana Ia duduk dan mengajar murid-murid-Nya yang terpilih dan orang-orang banyak di sekitar mereka. Di tengah alam terbuka itu, Kristus mengungkapkan prinsip-prinsip dari Kerajaan Ilahi dan menyatakan aturan surgawi.

Banyaknya mujizat kesembuhan Kristus di Galilea, yang kita baca di bagian akhir pasal sebelumnya, dibuat untuk mempersiapkan jalan bagi khotbah yang sangat fundamental ini dan untuk menyiapkan orang menerima pengajaran dari Dia yang menunjukkan kuasa, kebaikan dan belas kasihan Ilahi. Kemungkinan, khotbah ini adalah kesimpulan dari apa yang dikhotbahkan-Nya di beberapa sinagog di Galilea. Tema dasar khotbah-Nya adalah “Bertobatlah, Kerajaan Surga sudah dekat.” Melalui khotbah-Nya Ia menghendaki untuk memperbaharui bukan hanya perilaku tetapi juga tujuan kehidupan kita, bukan hanya perbuatan tetapi juga maksud kita. Ia meyakinkan kita akan Firman Allah, “Kembalilah kepada-Ku, dan Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam” (Maleakhi 3:7).

Tempat dilaksanakannya khotbah itu adalah di salah satu bukit di Galilea. Kristus tidak memiliki tempat khusus yang nyaman untuk berkhotbah, bahkan Ia tidak memiliki tempat “untuk meletakkan kepala-Nya.” Ketika para ahli Taurat dan orang-orang Farisi memiliki kursi Musa untuk duduk, dengan semua kenyamanan, kehormatan dan kemegahan, dan di sana ada kecemaran terhadap Hukum, Tuhan Yesus, Guru Agung kebenaran itu harus memilih sebuah bukit menjadi mimbar-Nya. Bukit ini bukanlah tempat kudus seperti Gunung Sion. Dengan cara ini Kristus menjadi teladan bahwa manusia harus berdoa dan mengkhotbahkan Injil yang kudus itu dimanapun juga.

Kristus memberikan khotbah-Nya ini sebagai penjelasan untuk Hukum Ilahi-Nya di atas sebuah gunung, karena di atas sebuah “gunung” juga hukum Perjanjian Lama diberikan. Tetapi perhatikan perbedaannya. Ketika Taurat diberikan kepada Musa, Tuhan yang “turun” ke gunung itu, sekarang Tuhan, “naik.” Di gunung Sinai Tuhan berbicara dengan suara guruh dan petir, tetapi di Galilea, dengan suara yang lembut. Sebelumnya umat-Nya diperintahkan untuk menjaga jarak, sekarang mereka justru diundang untuk datang mendekat, perubahan yang sangat penuh dengan berkat! (2 Korintus 3:7; Ibrani 12:18).

Para pendengar yang berdiri dekat Yesus adalah para murid-Nya yang mengikuti panggilan-Nya (Markus 3:13; Lukas 6:13). Kepada mereka Ia menunjukkan perkataan-Nya, karena mereka mengikuti Dia karena kasih dan bukan karena keperluan tertentu, sementara orang-orang lain datang kepada-Nya karena mau disembuhkan. Ia mengajar para murid-Nya, karena mereka siap untuk mendengar. Mereka ingin memahami setiap kata yang diajarkan-Nya. Karena mereka kemudian akan mengajar orang-orang lain di masa yang akan datang maka sangat penting sekali bahwa mereka memiliki pemahaman yang jelas dan gamblang mengenai segala Hukum-Nya.

Yesus membuka khotbah di bukit-Nya itu dengan kata yang sangat unik, “Berbahagialah.” Ia mengulanginya sampai sembilan kali seperti bunyi lonceng dari surga, memberitakan kepada kita bahwa kebahagiaan dan sukacita adalah dasar dan rahasia dari hukum di dalam Kerajaan-Nya. Anda tidak harus memenuhi peraturan dan undang-undang yang sangat memberatkan atau melakukan ritual tertentu untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah, tetapi anda hanya harus menerima perkataan yang lembut dengan iman yang sederhana. Kemudian anda akan diselamatkan dari penghakiman Ilahi dan dibebaskan dari penghukuman kekal. Kristus mengundang anda untuk memiliki sukacita melimpah karena Ia tidak datang untuk membinasakan orang-orang berdosa tetapi untuk menyelamatkan mereka. Peraturan Allah bagi manusia didasarkan kepada sukacita yang kekal, bukan atas penindasan dan air mata.

PERTANYAAN:

  1. Mengapakah hukum Kristus dimulai dengan kata “Berbahagialah” dan bukannya kata “Kamu harus” atau “Janganlah kamu?”

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 22, 2023, at 03:50 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)