Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Previous Lesson -- Next Lesson MARKUS - Siapakah Kristus?
Belajar dari Injil Kristus Menurut Matiusus
BAGIAN 3 - PERTENTANGAN ANTARA YESUS DENGAN PARA PEMIMPIN BANGSA YAHUDI (Markus 2:1 - 3:6)
3. Pembicaraan Mengenai Puasa (Markus 2:18-22)MARKUS 2:18-22 Orang yang beragama biasanya menganggap puasa sebagai cara untuk mendapatkan perkenanan di mata Allah sehingga melalui usahanya ini, Yang Mahakudus akan menjawab permintaannya. Dan memang, tidak mudah untuk berpuasa sepanjang hari, karena perut menegang karena lapar, dan bibir menjadi kering karena haus. Kristus tidak mengajarkan para murid-Nya untuk berpuasa secara aku, tetapi agar mereka bersama dengan Dia selamanya, dan bersama merasakan sukacita di hadirat-Nya. Para pengikut-Nya sudah berusaha bersama dengan Yohanes Pembaptis untuk mengalahkan dosa-dosa mereka melalui puasa dan pertobatan, tetapi merka gagal. Namun Yesus menolong jiwa-jiwa yang gelisah itu dengan kelimpahan kasih-Nya. Orang-orang Farisi, kelompok agama yang sangat kaku, berpegang secarar kaku kepada hukum tentang puasa tetapi tanpa roh, dan memutuskan dengan keteguhan tekad mereka untuk menegakkan kebenaran mereka sendiri dengan pekerjaan yang didasari oleh hukum. Mereka tidak mengakui bahwa orang-orang yang berpuasa juga berdosa, dan bahwa berpuasa tidak bisa mengubah hakekat manusia. Yesus memberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya suatu hakekat yang baru. Ia memurnikan mereka dengan darah-Nya, dan memberikan kepada mereka kehidupan dengan kuasa Roh-Nya. Jadi, Ia mengalahkan tradisi dan ritual, dan memberikan kemerdekaan dari hukum dengan pengendalian diri di bawah kuasa Roh Kudus. Para pengikut-Nya tidak lagi perlu menarik perhatian Allah kepada mereka melalui doa dan puasa, karena Yang Mahakudus datang di dalam Pribadi Anak-Nya kepada manusia, bagaikan mempelai laki-laki mendatangi mempelai perempuan yang sudah siap menemuninya. Sejak kedatangan Kristus ke dunia ini, kita sudah hidup dalam sukacita perkawinan, karena Allah secara rohani bersatu dengan orang-orang percaya. Lebih lagi, iman di dalam Kristus meneguhkan perjanjian yang baru. Sukacita, dan bukannya puasa atau tangisan, yang menjadi karakteristik gereja. Barangsiapa mengikut Kristus akan dibenarkan. Allah menyambut kita karena syafaat Kristus, dan bukan karena pekerjaan kita yang tidak sempurna. Barangsiapa berusaha untuk mendapatkan surga melalui amal atau puasa pasti akan gagal, karena dia masih hidup di atas dasar kekuatannya sendiri, berusaha dengan sia-sia untuk menyenangkan Allah dengan mentaati hukum Taurat. Kristus membebaskan kita dari belenggu hukum Taurat dan membuat kita berkenan kepada Allah yang Roh-Nya berdiam di dalam hati kita secara cuma-cuma oleh rahmat-Nya, dan bukan dengan pembayaran. Yesus menyebut kita sebagai sahabat-sahabat mempelai pria. Kristus mengakui masa depan gereja, karena Dia mengerti bahwa para pengikut-Nya tidak akan bisa mengikuti hukum Taurat. Injil-Nya diumpamakan sebagai anggur baru, yang difermentasi di dalam kuasa-Nya. Cara hukum Taurat yang lama dan penyembahan yang kelam tidak cocok dengan sukacita kehidupan yang merdeka. Karena itu, kuasa yang batu membutuhkan cara yang baru dalam persekutuan dan penyembahan, yang menaikkan nyanyian pujian, kemurahan hati pada masa kesusahan dan kesulitan, doa-doa bersama di rumah-rumah, dan senantiasa mengasihi musuh-musuh mereka. Roh Kristus dan sukacita Tuhan meneguhkan pembentukan baru di dalam Roh yang baru. DOA: Oh Kristus, kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau mengundang kami ke dalam perjamuan kawin-Mu, Engkau sudah menyucikan kami dengan darah-Mu yang mahal, dan menguduskan kami dengan kuasa Roh-Mu. Tolonglah kami untuk menundukkan diri sepenuhnya kepada kehendak dan perkenanan-Mu, dan ajarkanlah kami iman sehingga kami tidak berjalan dalam kesedihan, tetapi menyatakan keindahan hadirat-Mu di dalamkami senantiasa. Amin. PERTANYAAN:
|